Kamis, 23 Maret 2017

NICE DAY DIBACA TERMOS



Selesai misa, saya diundang makan di rumah Pak Yakobus. Rumahnya tak jauh dari gereja; persis di samping gereja. Di ruang tengah rumah itu, hanya ada saya dan Shela, putri bungsu Pak Yakobus, sementara tuan rumah sibuk menyiapkan makan malam. Di atas meja sudah ada piring dan nasi dalam termos nasi.
Sambil menunggu hidangan disiapkan, saya mencoba ngobrol dengan Shela.
Saya  : Shela uda kelas berapa?
Shela : Kelas satu (sambil menampilkan jari satu ke arah saya)
Saya  : Sudah bisa membaca?
Shela tidak memberi jawaban. Akan tetapi, dia hanya menganggukkan kepala dengan penuh keyakinan. Matanya lebar menatap saya, seakan mau mengatakan, “Saya bisa membaca.” Namun karena tidak ada jawaban, saya kembali bertanya.
Saya  : Shela sudah bisa baca?
Shela : Bisa, Romo.
Saya langsung menunjuk tulisan yang ada di termos nasi. Di sana ada dua kata, yaitu NICE DAY. Saya tunjuk kata pertama.
Saya  : Ini bacanya apa?
Shela : Termos.
Saya  : $%#@*(&^%!?????????
Koba, 18 Maret 2017
by: adrian
Baca juga humor lainnya

Selasa, 21 Maret 2017

ADA IMAN DALAM LEMBARAN RUPIAH

Tulisan ini jauh dari niat untuk menjelek-jelekkan agama tertentu. Ini hanyalah ungkapan keprihatinan pada suatu peristiwa. Dari keprihatinan ini lahirlah sebuah refleksi. Refleksi adalah ibarat bercermin. Siapa saja bisa bercermin pada kaca yang sama, karena yang dilihat adalah diri sendiri.
Berawal dari Cerita
Minggu, 19 Maret 2017, pukul 17.45 WIB. Baru beberapa detik meninggalkan rumah umat menuju mobil, yang diparkir di pinggir jalan depan rumah, saya kembali dipanggil. Kebetulan ada seorang ibu, tetangga depan rumah, datang. Setelah tiba di hadapan mereka, mulailah mereka bercerita. Ada kemarahan, kejengkelan dan juga kecemasan dalam cerita mereka.
Inti dari cerita mereka adalah: tentang satu keluarga yang belum lama ini masuk islam. Isterinya orang Maumere dan suaminya dari Kupang. Dua-duanya awalnya katolik. Mereka menikah sekitar bulan Oktober lalu, diberkati oleh pastor paroki. Namun kini mereka sekeluarga (dua anak) sudah masuk islam. Karena menjadi mualaf, mereka selalu mendapat uang (entah dari mana dan dari siapa). Kepada salah satu ibu, yang bercerita itu, dikatakan oleh isteri mualaf itu, bahwa enak jadi islam karena dapat duit gratis.
Mendengar cerita tersebut, saya langsung teringat akan rumor tentang dana mualaf dari Pemda Kabupaten Bangka Tengah. Dana mualaf adalah dana yang diperuntukkan bagi orang-orang kafir yang memutuskan menjadi islam. Konon katanya, setelah selesai masa kampanye pilkada lalu, di akhir Januari Erzaldi, Bupati Bangka Tengah, yang adalah juga kandidat Gubernur Babel waktu itu, akhirnya mengesahkan dana mualaf itu. Artinya, dana mualaf itu memang ada. Cerita dua ibu di atas seakan membenarkan keberadaan dana mualaf itu.
Setelah tiba di pastoran, saya langsung menuju kamar makan. Waktu menunjukkan saatnya untuk makan malam. Saya makan malam hanya ditemani oleh bapak, yang sehari-harinya mengurus taman dan gereja. Sambil makan saya mendengarkan cerita bapak itu, dan ceritanya sama seperti cerita dua ibu di atas. Obyek ceritanya sama. Ada kemarahan, kejengkelan dan juga kecemasan dalam ceritanya.
Saya dapat merasakan kesedihan dan keprihatinan mereka atas peristiwa itu. Kepada mereka saya juga mengungkapkan keprihatinan dan duka saya. Bagi saya umat katolik Paroki Koba sedang mendapat ujian. Saya mengajak mereka untuk tetap setia dalam iman yang dikuatkan melalui doa. Sambil berdoa, serahkanlah semua ini kepada Allah. Umat tidak perlu marah kepada siapapun, termasuk keluarga mualaf itu. Juga tak perlu merasa malu. Saya sampaikan bahwa yang harus malu adalah umat islam, karena ternyata iman bisa dibeli dengan rupiah.
Iman dalam Lembaran Rupiah

Senin, 20 Maret 2017

PAUS FRANSISKUS: PERTOBATAN TIDAK DATANG TIBA-TIBA

Masa prapaskah kental dengan pesan tobat. Setiap umat katolik dipanggil untuk bertobat sebagai wujud persiapan diri menyambut hari raya Paskah. Tobat secara sederhana dimaknai sebagai berubah, dan perubahan itu selalu terarah kepada yang baik dan benar. Jadi, jika sebelumnya orang berlaku jahat dan tidak benar dalam kehidupannya, maka dengan bertobat dia meninggalkan semuanya itu dan hidup dalam kebaikan dan kebenaran.
Perubahan adalah sebuah proses. Untuk sampai pada suatu hasil dari perubahan tidaklah mudah; tidak seperti membalikkan telapak tangan. Perubahan membutuhkan waktu, karena selalu ada tarik menarik antara dosa dan kebaikan. Keinginan manusia untuk meninggalkan dosanya selalu dihalangi agar manusia kembali lagi ke dalam dosa.
Paus Fransiskus mengatakan bahwa pertobatan tidak datang tiba-tiba, tetapi lahir dari belajar melakukan hal-jal baik, melalui aksi nyata setiap hari. Bahkan bagi orang yang paling suci sekalipun, pertobatan terjadi melalui kerendahan hati dan selalu berusaha menjadi lebih baik dari hari sebelumnya, ungkap Paus dalam misa 14 Maret di Kapela Domus Sanctae Marthae.
“Pertobatan tidak terjadi secara tiba-tiba seperti menggunakan mantra ajaib,” kata Paus Fransiskus. “Bukan seperti itu, pertobatan adalah sebuah jalan, jalan keluar dari pengaruh jahat dan pembelajaran,” ujar Paus.
Umat katolik dapat mewujudkan tobatnya melalui Sakramen Tobat. Salah satu bentuk konkret dari pertobatan adalah aksi nyata tidak mengulangi dosa-dosa yang telah diakui dalam sakramen tobat. Jadi, pertobatan bukan hanya sekedar mengakui dosa-dosa di hadapan imam, melainkan berusaha untuk tidak lagi melakukannya dalam kehidupan. “Kita belajar untuk melakukan kebaikan melalui aksi konkret. Bukan dengan kata-kata, tapi tindakan,” tanda Paus.
Paus Fransiskus menambahkan bahwa orang-orang Kristen dipanggil untuk menempuh jalan pertobatan prapaskah, karena sadar bahwa Tuhan adalah seorang Bapa yang berbicara, yang mencintai kita semua. “Dia menemani kita dalam perjalanan pertobatan. Yang Dia minta hanya kerendahan hati,” ungkap Paus. “Doa dosa kita pun akan diampuni.”
by: adrian
baca juga tulisan lainnya: