Selasa, 28 Mei 2013

Orang Kudus 28 Mei: St. Margaretha Pole

Beata Margaretha Pole, Martir
Margaretha lahir di sebuah desa dekat kota Bath, Inggris Selatan, pada 14 Agustus 1473. Ia dikenal sebagai seorang wanita bangsawan, pengiring Ratu Katarina, permaisuri pertama Raj Henry VIII.

Sepeninggal suaminya, Margaretha menjadi guru pribadi putrid Raja Henry VIII, Maria. Dalam kedudukannya sebagai guru pribadi itu, Raja Henry mengangkat Margaretha sebagai Pangeran Wanita Salisbury. Walaupun Henry mengenal baik kesucian hidup Margaretha, ia tidak segan memecat Margaretha ketika Margaretha menentang perceraiannya dengan Katarina dan niatnya menikahi Anne Boleyn.

Karena Reginaldus, putera Margaretha, yang kemudian menjadi seorang cardinal mencela Henry karena tuntutannya untuk mengawasi Gereja, Henry memutuskan untuk melenyapkan keluarga Margaretha. Akhirnya Margaretha dipenggal kepalanya pada tahun 1541 karena dituduh mengkhianati raja. Margaretha dinyatakan sebagai ‘Beata’ pada tahun 1886

Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Jumat, 03 Mei 2013

(Inspirasi Hidup) Kendalikan Marah dgn Ikhlas & Maaf

KENDALIKAN MARAH DGN IKHLAS & MAAF
"Terus memendam amarah sama seperti menggenggam bara panas untuk dilontarkan kepada seseorang, Andalah yang akan terbakar"-  Sidharta Gautama

Dalam hidup memang wajar kalau ada peristiwa-peristiwa yang membuat kita marah dan kecewa. Tapi cepat kendalikan emosi Anda kembali. Jangan biarkan rasa amarah, dendam, iri, kesal atau kecewa kepada pasangan, teman, rekan kerja atau atasan di kantor  bercokol lama di hati kita.  

Kekesalan, amarah dan kekecewaan hanya akan mengaktifkan hukum tarik menarik, membuat Anda menerima apa yang Anda berikan. Bila kesal pada pasangan atau ada kawan yang mengingkari janji, lalu Anda menyalahkan mereka atas kekacauan semua itu, maka Anda akan mendapatkan kembali keadaan yang dipersalahkan itu.

Kembalinya keadaan itu tidak harus selalu dari orang yang Anda salahkan, tetapi sejatinya Anda akan mendapatkan kembali keadaan yang Anda salahkan itu.

Ikhlaskanlah, maafkanlah. Hati akan terasa lebih lega dan ringan dalam menjalani hidup, lebih fokus terhadap tujuan hidup tanpa terbebani penyakit-penyakit hati yang hanya akan menghabiskan energi positif.

"Jika saya mengikhlaskan diri saya, saya menjadi yang saya inginkan. Jika saya mengikhlaskan yang saya punya, saya akan menerima apa yang saya butuhkan."  Demikianlah kata-kata bijak Tao Te Ching.

Semoga Tuhan mengaruniai sabar yang tak terbatas dan ikhlas yang tak bertepi untuk kita semua, sehingga apapun rintangan dan cobaan yang dilalui akan terasa lebih ringan.

by: adrian, diolah dari email Anne Ahira
Baca juga refleksi lainnya:

Kamis, 02 Mei 2013

Stress Berawal dari Meja Kerja

MEJA KERJA BERANTAKAN DAPAT PICU STRESS
Orang sering mengatakan bahwa kondisi psikis manusia dapat juga ditentukan oleh faktor eksternal. Faktor eksternal ini dapat berupa macam-macam, salah satunya adalah situasi dan kondisi ruang atau tempat kita bisa melakukan aktivitas. Misalnya ruang kerta atau meja kerja. Meja kerja yang berantakan dapat menjadi salah satu pemicu timbulnya stres.

Penelitian yang dilakukan Staples mengungkapkan bahwa hampir setengah dari seluruh jumlah pekerja di Inggris memiliki meja kerja yang berantakan. Hal ini memicu timbulnya masalah dengan rekan kerja, peringatan dari atasan, bahkan meningkatkan risiko stres.

Survei yang dilakukan terhadap 2.000 pekerja di Inggris mengungkapkan bahwa hampir sepertiganya memiliki meja kerja berisi makanan yang sudah setengah habis, sampah bungkusan makanan dan botol, serta hampir setengahnya meninggalkan cangkir dan piring kotor di meja kerja. Bahkan 1 dari 20 pekerja meninggalkan piring kotornya di meja selama 3 hari atau lebih.

Survei yang dibuat Staples ini mungkin hanya menyentuh ruang kerja yang berpendingin. Bisa dibayangkan bila survei juga menyentuh para pekerja yang bekerja di ruang yang tak memiliki alat pendingin ruangan. Sampah yang menumpuk bisa dalam wujud puntung rokok.

Staples memberikan gambaran tentang keadaan tempat kerja para responden. Rata-rata 19 lembar kertas tidak terpakai tergeletak di meja pekerja Inggris. 48 Persen pekerja bahkan kesulitan menemukan dokumen penting akibat mejanya tidak terorganisir dengan baik. Sementara 10 persen pekerja Inggris mengakui terakhir mereka merapikan meja kerja adalah sekitar 6 bulan yang lalu.

Meja kerja yang berantakan sebenarnya tidak luput dari perhatian atasan. Seperempat dari responden mengaku pernah menerima peringatan dari atasannya, bahkan 1 dari 10 pekerja menerima peringatan secara resmi.

Selama ini dipercaya bahwa wanita biasanya lebih rapi dan bersih jika dibandingkan dengan laki-laki, namun hal ini tidak berlaku dalam urusan meja kerja. Berdasarkan hasil survei, pekerja wanita memiliki kebiasaan yang sama berantakannya dengan pekerja laki-laki.

"Meja kerja yang berantakan tidak hanya buruk untuk pola pikir Anda, tetapi juga dapat merusak hubungan Anda dengan rekan kerja," ungkap Dr. Tomas Chamorro, profesor psikologi bisnis di University College London.

"Penelitian kami menunjukkan bahwa meja kerja yang berantakan memiliki efek yang negatif pada karir, misalnya membuat Anda terlihat tidak profesional, dicap buruk oleh atasan, bahkan sampai membuat Anda menerima peringatan resmi. Jangan abaikan masalah ini, setiap pekerja harus bisa mengerti dan merasakan manfaat dari meja kerja yang rapi," imbuhnya.

Selain dapat memperburuk hubungan dengan rekan kerja dan atasan, meja kerja yang berantakan juga memiliki dampak yang signifikan terhadap tingkat stres di kantor. 56 persen partisipan merasa tingkat stres mereka meningkat saat mengawali hari kerja dengan melihat meja yang kotor. Walaupun demikian, hanya setengah dari mereka yang merapikan mejanya paling tidak 1 kali dalam sebulan.

"Meja kerja yang berantakan memiliki dampak yang sangat serius terhadap tingkat stres dan kebahagiaan di kantor. Lebih dari setengah responden mengatakan stres di awal hari kerja berlanjut menjadi cemas dan suasana hati menjadi negatif," ucap Dr. Tomas seperti dikutip dari Metro, Kamis (18/4/2013).

Oleh karena itu, penting untuk pekerja memerhatikan kerapian dan kebersihan meja kerja agar terhindar dari stres berlebih di tempat kerja. Akan tetapi, semua ini tergantung juga dengan kepribadian manusianya. Karena ada manusia yang sudah terbiasa hidup dalam keamburadulan. Meja kerjanya sangat berantakan, penuh sampah, abu rokok dan bau tak sedap. Namun sang pekerja tetap merasa nyaman. Teguran dari atasan sama sekali tak berguna. Malahan atasannya tak berdaya sama sekali.

by: Adrian, dari http://health.detik.com/read/2013/04/18/075715/2223397/763/meja-kerja-berantakan-hati-hati-bisa-picu-stres-di-kantor?l992205755