Selasa, 27 Mei 2025
Saatnya Menjadi Waras. Jangan Cuma Berani Mengkritisi Habib
Sabtu, 24 Mei 2025
KETIKA MENTAL ABS MERASUK KE GEREJA
Pada jaman rezim Soeharto, kita
kenal istilah “Asal Bapak Senang” alias ABS. Istilah ini dikenakan kepada
Presiden RI, Soeharto. Maksud dari istilah ini adalah bawahan-bawahan Soeharto
selalu memberi laporan yang baik dan bagus dengan tujuan supaya Soeharto
senang. Apapun keadaan dan situasinya, laporannya selalu yang baik dan bagus.
Presiden tidak suka jika ada
berita negatif tentang negeri ini. Presiden akan marah kalau mendengar berita
buruk itu. Tentulah, pemberi laporan akan sedikit mendapat teguran dan ancaman.
Oleh karena itu, para menteri berusaha memberikan laporan yang positif, bukan
hanya untuk menghindari dari teguran dan amarah, melainkan juga supaya presiden
senang. Dari sinilah muncul istilah ABS itu.
Bisa dikatakan bahwa metode
“Asal Bapak Senang” menutup mata dan telinga presiden akan situasi dan kondisi
bangsa yang sebenarnya. Presiden tidak akan tahu bahwa ada rakyat yang
kekurangan makanan atau anak sekolah terlantar. Bawahan-bawahan presiden selalu
memberi laporan bahwa rakyat hidup damai sejahtera dan pendidikan Indonesia
maju.
Metode Asal Bapak Senang ini
ternyata bukan hanya ada dalam dunia sekular (politik kenegaraan). Di kehidupan
Gereja juga bisa ditemui metode dan juga sekaligus mental ABS ini. Mungkin
istilahnya tidak ABS melainkan AUS (Asal Uskup Senang).
RENUNGAN HARI MINGGU PASKAH VI, THN C
Renungan
Hari Minggu Paskah VI, Thn C
Bac
I Kis 15: 1–2, 22–29; Bac II Why 21: 10–14, 22–23;
Injil Yoh 14: 23 – 29
Kalau kita membaca dan
merenungkan bacaan pertama hari ini, kita dapat mengetahui sedikit situasi
jemaat perdana yang ada di luar Yerusalem. Para jemaat, yang belum lama
menerima pengajaran tentang Kristus dan telah menerima Kristus, mengalami dilema
dalam hidup terkait iman akan Kristus. Ada orang-orang menyebarkan ajaran
terkait dengan Kristus tapi bertentangan dengan apa yang pernah disampaikan
oleh para rasul. Hal ini membuat jemaat merasa gelisah dan goyah imannya. “Kami
telah mendengar, bahwa ada beberapa orang di antara kami, yang tiada mendapat
pesan dari kami, telah menggelisahkan dan menggoyangkan hatimu dengan ajaran
mereka” (ay.24). Karena itulah, para rasul menyampaikan pesan lewat Rasul Paulus,
Barnabas, Silas dan Yudas. Pesan para rasul ini sejalan dengan pesan Yesus. Dalam
Injil Yesus berpesan, “Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” (ay. 27c). Para murid-Nya
tak perlu gelisah dan gentar, karena ada Roh Kudus “yang diutus Bapa dalam
nama-Ku” (ay. 26). Roh Kudus ini akan mengingatkan para murid akan semua yang
pernah dikatakan Yesus.
Yohanes, dalam kitab Wahyu
yang menjadi bacaan kedua, secara tidak langsung merefleksikan persoalan yang
ada dalam bacaan pertama dan nasehat Yesus dalam Injil. Yohanes hendak
mengingatkan jemaatnya bahwa iman mereka itu didasarkan pada iman para rasul. Kota
yang kudus (ay. 10) dalam penglihatan Yohanes adalah Gereja. Lalu Yohanes
menulis bahwa “tembok kota itu mempunyai dua belas batu dasar dan di atasnya
tertulis kedua belas nama kedua belas rasul Anak Domba” (ay. 14). Karena itu,
jika umat menemukan ajaran iman yang bertentangan dengan ajaran para rasul,
dengan sendirinya umat tak perlu gelisah dan gentar. Langsung tolak. Roh Kudus
akan mengingatkan mereka akan hal itu.
Dewasa ini para murid Kristus
masih terus menghadapi ajaran-ajaran yang bertentangan dengan ajaran para rasul.
Hal itu bisa datang dari kalangan islam, bisa juga dari kalangan protestan. Tak
sedikit ustad-ustad dan juga pendeta-pendeta menyampaikan pengajaran yang
membuat umat katolik gelisah dan gentar. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita
untuk tidak usah gelisah dan takut. Yesus sudah menjanjikan Roh Kudus yang akan
mengingatkan kita akan pengajaran Yesus yang diwartakan para rasul.
by: adrian