Selasa, 08 Agustus 2023

UANG BISA MENJEBAK DALAM DOSA

 

Pada waktu kaki Yesus diminyaki Maria dengan minyak narwastu, Yudas Iskariot berkomentar, “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinardan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?” Dikatakan bahwa pernyataan Yudas itu bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya (Yoh 12: 1 – 6)

Uang itu memang menggoda, karena ia adalah salah satu bentuk godaan. Uang, sebagai godaan, masuk dalam kelompok harta kekayaan. Oleh karena itu, orang yang selalu dan sering bersentuhan dengan uang, seperti kasir, bendahara, dll, adalah orang pertama yang digoda atau tergoda.

Contoh di atas sudah membuktikan. Yudas Iskariot adalah pemegang kas kelompok para murid. Dia memegang uang. Dan uang itu juga yang menggoda dia. Makanya dikatakan ia sering mengambil uang dalam kas. Bahkan karena godaan uang ia rela menjual Yesus.

Kita juga tentu masih ingat Muhammad Nazaruddin, mantan bendahara Partai Demokrat, atau Gayus HP Tambunan. Mereka-mereka ini selalu bersentuhan dengan uang. Karenanya, uang itu juga yang menggoda mereka untuk korupsi.

Apakah korupsi ini terjadi karena iman yang lemah? Bisa ya, bisa juga tidak. Namun harus diingat bahwa sekuat apapun iman seseorang, jika terus menerus digedor dengan godaan tadi, pastilah lemah juga. Bayangkan, setiap hari bersentuhan dengan godaan itu. Yesus sendiri pernah mengatakan bahwa sekalipun roh itu memang penurut, namun daging lemah, sehingga kita harus waspada supaya tidak jatuh dalam godaan (Mat 26: 41).

Bukan lantas berarti iman itu tidak ada gunanya. Iman tetap dibutuhkan. Akan tetapi, iman yang kuat ini harus ditunjang dengan sikap rendah hati dan penuh syukur. Orang yang memiliki sikap syukur akan dijauhi keinginan untuk korupsi, karena ia senantiasa mensyukuri apa yang ada pada dirinya. Ia tida mudah jauh kepada sikap iri hati atau serakah, yang menjadi benih korupsi.

Di samping itu, diperlukan juga sistem transparansi laporan keuangan. Iman yang dibantu dengan transparansi akan membuat orang tahan akan godaan uang. Transparansi merupakan salah satu langkah pencegahan agar orang tidak larut dalam godaan uang dalam tindakan korupsi. Dengan transparansi, kita melibatkan orang lain sebagai pengontrol, sehingga bukan kita sendiri yang menghadapi godaan korupsi. Karena korupsi itu tumbuh dalam suasana ketertutupan.

diambil dari tulisan 7 tahun lalu

Jumat, 04 Agustus 2023

MEMBACA QS 6: 101 DENGAN NALAR AKAL SEHAT


 QS 6: 101 berbunyi sbb: "Dia (Allah) pencipta langit dan bumi. Bagaimana (mungkin) Dia mempunyai anak, padahal Dia tidak mempunyai istri? Dia menciptakan segala sesuatu dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." Kutipan ini keluar dari mulut allah swt, dan didengar oleh muhammad.

Rabu, 02 Agustus 2023

SPIRIT TERORISME DALAM TOA ADZAN

 

TOA bagi umat islam adalah simbol agama. Toa sudah diidentikkan dengan bagian penting dari shalat, sementara shalat sendiri merupakan salah satu kewajiban dari 5 rukun islam. Akan tetapi, bagi umat non muslim TOA adalah terror. Ada kasus kerusuhan. Ada orang dipenjara dengan dakwaan penghinaan agama islam. Semuanya berawal dari TOA. Ada apa dengan TOA? Tentulah semua orang sudah tahu jawabannya. Suara TOA sangat membisingkan. Umat non-muslim merasa terganggu dengan suara-suara yang keluar dari TOA itu.

Saya melihat keberadaan TOA ini tak jauh bedanya dengan teroris. Malah, dalam satu titik, keduanya bisa disamakan. Sebagaimana teroris menganggu ketenangan, demikian pula TOA. Ia sungguh menggangu orang yang membutuhkan ketenangan. Suara yang keluar dari TOA sungguh sangat membisingkan. Karena itu, pada bulan Juni 2015 lalu Jusuf Kalla, yang kala itu menjabat sebagai wakil presiden, pernah melarang masjid memutar kaset mengaji karena menyebabkan “polusi suara”. Jelas, yang dimaksud polusi itu adalah kebisingan yang dilahirkan dari TOA. Hingga kini pun masalah TOA itu masih ada.

Saya pribadi sering mengalami gangguan dari TOA ini. Di banyak tempat sering ketenangan istirahat pagi saya terganggu dengan suara TOA. Biasanya pada pukul 04.00 sudah mulai terdengar suara lagu irama Arab atau pembacaan ayat-ayat al-qur’an. Beberapa orang mengatakan bahwa mereka pernah mendatangi masjid itu, dan ternyata sepi. Jadi, pengurus masjid datang, menghidupkan tape recorder lalu “hilang” entah kemana. Pertanyaan, apakah mereka sadar kalau sekitar masjid itu tidak semuanya umat islam, yang tidak membutuhkan suara TOA itu? Ataukah ini mental mayoritas sehingga bisa berbuat seenaknya saja?

Pernah juga saya mendengar kelompok ibu-ibu sedang pengajian. Semua ada di dalam masjid. Akan tetapi terasa aneh, kenapa segala pembicaraan mereka harus disiarkan ke luar masjid melalui TOA? Malah ada anak-anak bermain dan rebutan mic dan ngobrol, yang semuanya itu tersiar ke luar masjid. Ini pernah saya alami, dan ini menggangu ketenangan istirahat siang saya.

Ini belum lagi soal kotbah Jumat yang tersiarkan juga lewat TOA. Bukan hanya sekedar menimbulkan kebisingan, tetapi juga terkadang isi kotbahnya membuat telinga umat agama lain menjadi merah. Mungkin karena mental minoritas atau tahu sifat galak mayoritas membuat semua itu dipendam saja. Atau karena mengikuti ajaran agamanya, mendoakan orang yang membenci atau memusuhinya.