Rabu, 30 Januari 2019

MEMAHAMI KATA "KAFIR" MENURUT ISLAM


Menarik mengikuti polemik kata “kafir” antara Sdr. IQmal Putra Hayat Bsl (IPH) dan Sdr. Fajar Ali Susanto (FAS) di Facebook. Polemik ini bermula dari tanggapan Sdr. IQmal terhadap komen Purwanto Brahmantyo, yang menanggapi status Sdr. Gunawan Budi Utomo di grop Facebook AHOK 4 DKI 1. Status Sdr. Gunawan sendiri, yang dikirim 24 September 2015, pukul 16: 12 (tepat hari raya Idul Adha), sebenarnya merupakan komen dia atas tulisan di ISLAMTOLERAN.COM, dengan judul “Fantastis! Gubernur Yang Suka Diteriaki Kafir Oleh FPI Ini Berkurban 30 Ekor Sapi”
Atas artikel situs Islam Toleran itu, Sdr. Gunawan menulis status yang sama dengan judul artikel, lalu menambah satu frase “Silahkan Like”. Sebelum Sdr. Purwanto menuliskan komennya, ada beberapa orang menanggapi status Gunawan tersebut. Akhirnya Sdr. Purwanto memberikan tanggapannya. Tercatat tiga kali Sdr. Purwanto memberikan komen; dan ketiga komen itu sama saja (semacam copy paste). Adapun komen Sdr. Purwanto berbunyi, “semua merasa jadi tuhan sehingga dengan mudahnya mengecap seseorang di anggap kafir! Hebat betul.” Komen ini diposting pada tanggal 24 September, pukul 17: 27.
Jika disimak dari nada tulisan Sdr. Purwanto, tampak jelas kalau komennya bukan hanya ditujukan untuk menanggapi status Sdr. Gunawan, tetapi juga komen-komen sebelumnya. Intinya, Sdr. Purwanto merasa miris melihat orang yang begitu mudah mengkafirkan orang lain yang berbeda. Sdr. Purwanto menilai orang yang dengan mudah mengkafirkan orang lain sudah identik dengan Tuhan.
Dari komen Sdr. Purwanto inilah akhirnya muncul polemik antara Sdr. IQmal dan Sdr. Fajar. Sekedar diketahui, pada bagian lain, masih dalam topik yang sama, Sdr. IQmal menanggapi komen Mariani Sukaejie dengan menulis, “memang situs ISLAMTOLERAN sesat dan menyesatkan karena adminnya sendiri bukan islam tp Kristen.” Berikut ini akan saya tampilkan komen-komen diskusi mereka. Jadi, atas komen Sdr. Purwanto. Sdr. IQmal memberi tanggapan, yang kemudian ditanggapi oleh Sdr. Fajar sehingga terjadilah diskusi menarik di antara keduanya. Kami akan menyingkat nama keduanya.

Senin, 28 Januari 2019

INI DASAR GEREJA KATOLIK MENOLAK KONTRASEPSI


Salah satu tujuan orang menikah adalah mendapatkan keturunan. Ketika menciptakan manusia pertama, Allah memberkati mereka dan bersabda, “Beranakcuculah dan bertambah banyak; …” (Kej 1: 28). Ini mau memperlihatkan kehendak Allah, yaitu keluarga yang diberkati dan kehadiran anak dalam keluarga. Dengan kata lain, kelahiran atau kehadiran anak dalam hidup rumah tangga adalah kehendak Allah.
Perkawinan merupakan ikatan perjanjian antara dua pribadi manusia, yaitu pria dan wanita. Perjanjian nikah mencerminkan kuasa kasih yang luar biasa yang memberi kehidupan dalam perjanjian dengan cara yang khas. Semua perjanjian yang lain menunjukkan kasih Allah dan meneruskan kasih Allah, tetapi hanya dalam perjanjian nikah, kasih itu begitu nyata dan penuh kuasa karena ia menyampaikan suatu bentuk kehidupan. Kehidupan itu, yang diawali dari pertemuan sel telur dan sperma, bernama anak. Jadi, anak merupakan perwujudan dan keutuhan perjanjian itu.
Secara sederhana bisa dikatakan demikian. Setelah menciptakan manusia – Adam dan Hawa – Allah memberkati mereka. Lalu Allah membuat perjanjian di antara mereka agar manusia itu melanjutkan karya penciptaan Allah dengan beranakcucu dan bertambah banyak. Dengan menikah, orang membaharui perjanjian yang pernah Allah sampaikan kepada manusia pertama. Dengan menikah Allah menggunakannya untuk memberi sesuatu kehidupan baru.
Alat kontrasepsi, dari fungsi asalinya saja sudah bertujuan menghalangi tumbuhnya kehidupan baru. Dengan perkataan lain, alat kontrasepsi bertentangan dengan kehendak Allah, yang menghendaki kehidupan baru melalui ikatan perjanjian nikah. John Kippley, dalam bukunya Sex dan Perjanjian Nikah, mengatakan membaharui perjanjian nikah dan menggunakan alat kontrasepsi untuk menghancurkan kemungkinan tumbuhnya suatu kehidupan baru adalah sebanding dengan menerima komuni dalam Perayaan Ekaristi dan kemudian meludahkannya ke tanah.
Oleh karena itu, suami isteri kristiani hendaknya melaksanakan kehendak Allah ini dalam hidup keluarga mereka. Para suami isteri harus menerima setiap kehamilan dan kelahiran sebagai sebuah pembaharuan janji nikah dan berkat dari Allah. Agar tidak terbebani secara ekonomi karena banyaknya anak, maka Gereja Katolik menawarkan solusi Keluarga Berencana Alamiah. Solusi ini sama sekali tidak seperti alat kontrasepsi. Ia menuntut kerja sama dan sikap saling menghormati antar suami isteri dalam rencana menghadirkan kehidupan baru. Dengan kata lain, mereka menjadi tuan atas diri dan keadaan.
Diolah dari Scott & Kimberly Hahn, Roma Rumahku, hlm 45 - 48

MEMAHAMI ALASAN GRAMEDIA MEMBAKAR BUKU TERBITANNYA


Hari ini, lima tahun lalu, persisnya pada 28 Januari 2014, www.budak-bangka.blogspot.com menurunkan tulisan dengan judul “Alasan Gramedia Membakar Buku”. Tulisan tersebut hendak membahas peristiwa Penerbit Gramedia yang membakar buku karya Douglas Wilson, 5 Kota Paling Berpengaruh di Dunia, setelah mendapat aksi demo dari kelompok islam. Majelis Ulama Islam (MUI) pun turut memberi tekanan.
Dengan tulisan lugas dan bahasa yang sederhana, penulis mencoba memaparkan persoalan tersebut. Memang penulis tidak memberikan penilaian secara tegas atas peristiwa ini. Mungkin dengan maksud supaya bisa tampil netral. Penulis meletakkan semua analisa dan poin-poin permasalahan tersebut dengan gamblang sehingga pembaca sendiri dapat menilai. Penilaian itu dapat ditujukan kepada sikap Gramedia yang membakar buku, dan juga sikap MUI dan juga umat islam pada umumnya.
Apa saja alasan Gramedia membakar buku 5 Kota Paling Berpengaruh di Dunia. Untuk mengetahui alasan tersebut, langsung saja baca di sini. Selamat membaca!!!