Rabu, 10 Agustus 2016

AHOK MEMANG LUAR BIASA

Tentu publik Indonesia, khususnya warga DKI Jakarta, sudah tak asing lagi dengan nama Basuki Tjahaya Purnama, yang biasa disapa Ahok. Dia adalah Gubernur DKI, menggantikan Joko Widodo, yang terpilih menjadi Presiden RI. Dalam pilkada 2017 nanti, Ahok kembali mencalonkan diri. Sempat berencana menempuh jalur independen, namun akhirnya Ahok memilih jalur partai. Ada 3 partai yang mendukung Ahok, yaitu Nasdem, Hanura dan Golkar.
Banyak pihak menjagokan Ahok untuk menang dalam pilkada nanti, dengan alasan memang Ahok luar biasa. Dan memang Ahok itu luar biasa hebat. Kehebatannya terlihat dari kebijakan-kebijakannya selama memimpin Jakarta. Kebijakan itu selalu bersifat people oriented. Rencana Ahok mengajukan uji materi UU Pilkada ke MK terkait cuti saat kampanye, harus dilihat dalam konteks ini (people oriented). Hal ini dilakukan Ahok untuk menghindari, menggunakan istilah beliau, “hak rakyat dibajak oleh segelintir politisi”.
Kehebatan Ahok lainnya terlihat dalam elektabilitasnya di pilkada nanti. Semua lembaga survei melaporkan bahwa Ahok jauh mengungguli calon-calon lain. Hal ini membuat partai-partai kesulitan untuk mencari lawan tanding dalam pilkada DKI 2017 nanti. Elektabilitas yang tinggi membuat Ahok hebat lantaran beliau itu minoritas: Kristen dan China pula. Padahal di Jakarta ada basis FPI yang selalu membawa ajaran agama, yang melarang kafir memimpin.
Tingginya elektabilitas Ahok menunjukkan runtuhnya hegemoni islam fanatik-picik. Wawasan mayoritas umat islam sudah mulai terbuka. Bukan tidak mustahil kita dapat membaca bahwa islam moderat dan toleran, yang merupakan jati diri islam, mulai tumbuh. Jadi, kehadiran Ahok sebagai gubernur dan calon gubernur membuka wawasan umat islam untuk menampilkan jati diri islam yang asali.
Kehebatan Ahok lainnya terlihat dari fenomena yang muncul beberapa hari lalu, yaitu terbentuknya koalisi kekeluargaan. Sebagaimana diketahui, pada Senin (8/8/2016) lalu tujuh partai membentuk Koalisi Kekeluargaan terkait Pilkada DKI Jakarta 2017. Tujuh partai itu adalah PDIP, Gerindra, PAN, PKS, Demokrat, PPP dan PKB. Koalisi ini terbentuk semata-mata karena Ahok. Jadi, bisa dikatakan Ahok-lah yang membuat ketujuh partai ini bersatu.

Selasa, 09 Agustus 2016

MENGELOLA PERAN, MEMBUAT DIRI BERHARGA

Masing-masing kita tentulah mempunyai peran dalam hidupnya. Peran itu melekat erat dengan kemanusiaan kita. Jadi, jika kita dikenal sebagai makhluk individual dan sosial, peran juga memiliki dimensi tersebut. Dimensi positif dan negatif pun ada dalam peran, mengingat hal itu ada dalam diri kita. Namun, peran positif akan membuat diri kita berharga.
Peran yang melekat pada diri kita tidak hanya tunggal. Peran itu bersifat multi. Seseorang bisa memiliki lebih dari satu peran. Dan kepada kita dituntut supaya menampilkan peran yang terbaik. Sekalipun peran itu diarahkan keluar dari diri, efeknya kena juga kepada kita.
Begitu banyaknya peran yang kita miliki, membuat kita terkadang mengalami kegagalan dalam berperan. Misalnya, seorang ibu gagal menampilkan dirinya sebagai seorang isteri, tapi sukses sebagai ibu. Salah satu kegagalan ini disebabkan oleh keterbatasan yang kita miliki.
Tulisan ini berusaha menampilkan bagaimana mengelola peran-peran yang kita miliki. Untuk mengetahuinya, langsung saja membuka di: Budak Bangka: (Inspirasi Hidup) Mengelola Peran

Senin, 08 Agustus 2016

TAK ADA YANG ANEH DENGAN PENGAKUAN FREDDY BUDIMAN

Setelah kematiannya, Jumat (29/07/2016) lalu, Freddy Budiman, terpidana mati kasus narkoba, masih menyisahkan persoalan. Pengakuannya kepada ketua KONTRAS, Harris Azhar, membuat kalangan kepolisian dan TNI gerah. Bukan tidak mungkin masih ada aparat lain yang belum disebut, seperti misalnya hakim, jaksa dan petugas bea cukai.
Pengakuan atau testimoni Freedy kepada Harris kemudian dibuka ke publik lewat media sosial. Hal inilah yang membuat aparat hukum itu seperti kebakaran jenggot. Tak mau semua mata rakyat tertuju kepada mereka, akhirnya 3 institusi, yang merasa diserang oleh testimoni itu, menggunakan senjata ampuh mereka, yaitu pencemaran nama baik. Dan korbannya adalah Harris Azhar.
Karena itulah, situasi negara ini menjadi runyam. Melihat fenomena ini, seorang mantan hakim, mengomentari Freddy Budiman, berkata bahwa Freddy Budiman hidup saja sudah bikin masalah, mati pun bikin masalah. Ini seakan-akan mau mengatakan bahwa Freddy Budiman adalah pribadi bermasalah, entah hidup entah juga mati.
Saya tidak tertarik dengan diskusi soal waktu atau media penyampaian testimoni itu atau juga soal isi testimoni itu sendiri. Saya lebih tertarik dengan substansi dari testimoni itu, yaitu adanya keterlibatan aparat dalam bisnis narkoba. Upaya 3 institusi mempidanakan laporan Harris membuat publik menilai bahwa aparat bersih dari narkoba, dan bahwa aparat tidak terlibat.
Ada juga yang merasa kaget mendengar pengakuan Freddy itu. Padahal perlu diketahui bahwa bisnis narkoba, kapan dan dimanapun, mempunyai 3 pilar utama. Tanpa ketiga pilar bisnis tersebut cepat atau lambat akan mati dengan sendirinya. Ketiga pilar itu adalah: