Minggu, 26 Juni 2016

Orang Kudus 26 Juni: St. Marguerite Rutan

BEATA MARGUERITE RUTAN, MARTIR
Marguerite Rutan lahir pada 23 April 1726 di Metz, Perancis. Ia adalah puteri dari Charles Gaspard Rutan dan Marie Forat. Sejak masih kecil ia membantu usaha keluarganya sampai dengan berusia 21 tahun. Marguerite terpanggil untuk menolong orang-orang miskin. Menjawab panggilan Tuhan, Marguerite memutuskan untuk bergabung dengan Kongregasi Puteri Kasih St. Vinsensius a Paulo pada tahun 1756.
Pada tahun 1799 Marguerite dipindahkan untuk berkarya di rumah sakit di Dax. Hubungan baik juga ia jalin bersama para penduduk. Marguerite kemudian menjadi direktur dan superior komunitasnya. Pada masa Revolusi Perancis Marguerite ditangkap karena menolak bersumpah setia kepada negara. Ia kemudian dijatuhi hukuman mati dengan cara dipenggal kepalanya.
Marguerite Rutan meninggal dunia pada 9 April 1794 di Dax, Landes, Perancis. Pada 19 Juni 2011 ia dibeatifikasi oleh Paus Benediktus XVI, yang diwakili oleh Kardinal Angelo Amato.
Baca juga orang kudus hari ini:

Jumat, 24 Juni 2016

Ini yang Harus Dilakukan Orangtua terhadap Anak Remajanya

PERAN ORANGTUA DALAM PERKEMBANGAN MENTAL KEPRIBADIAN ANAK USIA REMAJA
Pertengahan Januari 2016 lalu, karyawan keuskupan mendatangkan 3 ekor anak anjing untuk dipelihara. Kelihatan anak-anak anjing itu baru saja lepas susu. Penampilan ketiga anak anjing itu sungguh sangat menarik, lucu dan menggemaskan. Keberadaannya sungguh menyenangkan, bukan saja bagi karyawan yang mendatangkan dan akan memeliharanya, tetapi juga bagi para romo di keuskupan.
Pada 9 Maret, setelah pelayanan Paskah di Paroki Ujung Beting (saya berangkat  pada 8 Februari), saya mendapati anak-anak anjing itu sudah tidak terurus. Badan mereka penuh koreng, dan darinya mengeluarkan bau yang tidak sedap. Seorang rekan imam berkomentar, “Waktu kecil anjing itu diperhatikan, tapi sekarang siapa yang memberinya makan?” Rekan imam ini seakan mau menyindir karyawan yang tidak lagi mau memberi makan anak-anak anjing itu. Akhirnya rekan imam inilah yang meluangkan waktu untuk memberi makan pada ketiga anak anjing itu.
Namun, sebagaimana tindakan yang sudah-sudah, apa yang dilakukan rekan imam ini pun setali tiga uang. Ia hanya sebatas memberi makan. Tidak ada tindakan untuk merawat dan memelihara anak anjing itu. Ketiga anak anjing itu tetap tumbuh besar dengan koreng-koreng di tubuhnya, dan aroma tak sedap menyertainya.
Demikianlah gambaran dunia anak-anak dalam rumah tangga dewasa kini. Kebanyakan orangtua hanya bisa melahirkan anak tanpa mau peduli akan pembinaan mental kepribadian anak. Ketika anak masih balita, orangtua kelihatan senang dan sayang kepada anaknya. Tapi ketika anak mulai besar, tak sedikit dari orangtua mulai lupa akan kewajibannya untuk mendidik dan membina anak sehingga anak benar-benar tumbuh secara sehat, baik fisik, psikis maupun spiritual. Orangtua merasa sudah melakukan tugas hanya dengan memberi makan, uang sekolah dan kebutuhan lainnya.
Jika orangtua hanya puas dengan memberi kebutuhan akan makanan, pendidikan sekolah dan kebutuhan fisik lainnya, orangtua tak jauh beda dengan orang yang hanya bisa memberi makan anak anjing tapi tak mampu merawat dan memeliharanya. Hal ini menyebabkan anak tumbuh tidak dengan baik. Ada kekurangan yang kemudian dirasakan, sebagaimana anak anjing dalam contoh di atas yang menampilkan koreng pada tubuhnya dan aroma busuk.
Usia Remaja, Usia Krisis

Kamis, 23 Juni 2016

Bukan Anak Pak Sinaga

Suatu hari keluarga Pak Sinaga kedatangan tamu. Putra mereka, yang baru duduk di kelas 1 SD, bernama Aleks menyambut tamu tersebut. Ketika pintu dibuka, sang tamu melihat si Aleks menyambut dengan senyum.
Tamu           : Kamu siapa?
Aleks           : Saya putra Pak Sinaga.
Tiba-tiba ibunya muncul dari belakang dan menyambut tamunya. Sang ibu sempat tersenyum mendengar jawaban putranya. Setelah tamunya pulang, si ibu memanggil puteranya dan menyatakan bahwa jawabannya tadi sedikit keliru.
Ibu              : Lain kali kalau ada yang tanya kamu siapa, jangan bilang “Saya putra Pak Sinaga”, tetapi “Saya Aleks Sinaga.”
Pada hari Minggu Aleks mengikuti pelajaran Sekolah Minggu. Waktu itu pertemuan kedua untuk tahun itu, sehingga kakak pendamping mencoba mengingat-ingat anak-anaknya. Ia tiba pada Aleks.
Kakak          : Kamu putra Pak Sinaga, kan?
Aleks           : Awalnya saya pikir begitu, tapi ibu saya bilang bukan.
Kakak          : Loh, jadi kamu siapa?
Aleks           : Aleks Sinaga
Kakak          : #@%$&^#*&^#????
Jakarta, 22 Juni 2016
edited by: adrian
Baca juga humor lainnya: