Minggu, 16 Agustus 2015

Renungan HR SP Maria Diangkat ke Surga - Thn B

Renungan HR SP Maria Diangkat ke Surga, Thn B/I
Injil    Luk 1: 39 – 56;

Hari ini Gereja Universal mengajak umatnya untuk merayakan hari raya Santa Perawan Maria diangkat ke surga. Bacaan-bacaan liturgi hari ini memang tidak ada yang menyinggung kisah pengangkatan ini. Malah peristiwa pengangkatan Bunda Maria ke surga tidak terungkap secara eksplisit dalam Kitab Suci. Pengangkatan ke surga dapat dilihat sebagai bentuk penghormatan. Dan itulah yang terjadi pada Bunda Maria. Ada dua bacaan liturgi yang menyinggung tentang Maria, yaitu bacaan pertama dan Injil. Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Wahyu, umumnya orang melihat perempuan dalam bacaan itu mengacu kepada Maria. Dialah yang berselubungkan matahari dan melahirkan Anak laki-laki, yang kita kenal dengan nama Yesus. Dia sangat istimewa sehingga tempat yang pantas baginya adalah surga.
Injil hari ini memuat kisah Maria mengunjungi Elisabeth, yang saat itu sedang masa akhir kehamilannya. Kisah ini bukan sekedar kunjungan biasa saja, karena dikatakan bahwa Maria tinggal bersama Elisabeth sekitar tiga bulan. Ini artinya, Maria turut terlibat dalam proses kelahiran Elisabeth. Dia membantu Elisabeth dan Zakaria. Maria, yang adalah Ibu Tuhan, datang melayani sesamanya. Di balik tindakan Maria ini terungkap keutamaan-keutamaan hidupnya yang berkenan di hati Allah. Keutamaan-keutamaan inilah yang membuat Bunda Maria sangat istimewa sehingga pantas kalau ia diangkat ke surga.
Bacaan kedua sama sekali tidak menyinggung Maria, namun dapat diterapkan kepada Maria dalam kaitan pengangkatannya ke surga. Paulus, dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus, merefleksikan kemuliaan Yesus Kristus. Bagi Paulus, kemuliaan itu didapat, karena Tuhan Yesus sudah mengalahkan musah-musuh-Nya; dan musuh terakhir adalah maut. Paulus pernah berkata bahwa sengat maut adalah dosa (1Kor 15: 56). Jadi, kemuliaan didapat dengan mengalahkan dosa. Dan inilah yang terjadi juga dengan Maria. Dia telah mengalahkan dosa sehingga ia layak mendapat mahkota kemuliaan dengan diangkat ke surga.
Sabda Tuhan hari ini, untuk menjawab tema perayaan kita, mau menyadarkan kita bahwa Bunda Maria adalah pribadi yang sangat istimewa. Keistimewaannya itulah yang membuat dirinya diangkat ke surga. Keistimewaan Bunda Maria terlihat dari sikap hidupnya yang berkenan di hadirat Allah dan berusaha untuk mengalahkan dosa. Melalui sabda-Nya, dan ditunjang dengan tema hari raya ini, Tuhan menghendaki supaya kita berusaha meniru teladan Bunda Maria. Tuhan hendak mengajak kita untuk menjadi pribadi-pribadi yang istimewa dengan hidup sesuai kehendak Allah serta berusaha mengalahkan dosa. Dengan menjadi pribadi yang istimewa, bukan tidak mungkin suatu saat kita pun diangkat ke surga..***
by: adrian

Sabtu, 15 Agustus 2015

Ziarah ke Israel #12

GEREJA EIN KAREEM
Hari ketiga ziarah. Di sini adalah Gereja Yohanes Pembaptis, dimana diyakini ia dilahirkan. Dari sini kami mengunjungi sumur Bunda Maria, tempat perjumpaan Bunda Maria dan Elisabeth, sanaknya. Jadi, setelah menerima kabar gembira dari Malaikat Gabriel, Maria segera mengunjungi saudarinya itu. Pertemuan terjadi di sebuah sumur, karena setelah melalui perjalanan panjang dan melelahkan, Maria beristirahat untuk mengambil air minum. Orang yang melihat dia segera menyampaikannya kepada Elisabeth dan Elisabeth pun segera turun ke sumur itu. Saat ini, di atas sumur itu berdiri sebuah mesjid dengan nama Mary’s Spring.

 

Renungan Hari Sabtu Biasa XIX - Thn I

Renungan Hari Sabtu Biasa XIX, Thn B/I
Bac I  Yos 24: 14 – 29; Injil      Mat 19: 13 – 15;

Kitab Yosua masih menjadi bahan bacaan pertama hari ini. Tampak jelas bahwa kisah dalam bacaan pertama ini merupakan kisah akhir hidup Yosua (ay. 29). Diceritakan bahwa Yosua mengumpulkan pemuka-pemuka suku Israel. Yosua memberi dua pilihan kepada mereka: beribadah kepada Tuhan, yang selama ini disembah nenek moyang mereka, atau kepada allah lain, secara khusus allah orang Amori. Yosua tidak hanya memberikan pilihan, tetapi juga menyampaikan konsekuensi dari pilihan itu. Di sini Yosua tidak memaksakan atau menghalangi mereka dalam memilih.
Sikap Yosua ini bertentangan dengan sikap para murid dalam Injil. Diceritakan bahwa ada orang membawa anak-anaknya kepada Tuhan Yesus untuk diberkati, namun dihalangi oleh para murid. Mereka memarahi orang-orang itu (ay. 13). Tuhan Yesus menegur sikap mereka dan meminta agar mereka membiarkan anak-anak datang kepada-Nya. “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga.” (ay. 14).
Dalam kehidupan seringkali kita memaksakan kehendak atau keinginan kita pada orang lain. Dan tanpa disadari pemaksaan itu membuat orang lain tidak dapat mencapai apa yang diinginkannya. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk mengubah gaya hidup kita tersebut. Tuhan menghendaki agar kita tidak memaksakan keinginan kita kepada orang lain. Adalah bijak bila kita memberikan beberapa alternatif, sebagaimana yang ditunjukkan Yosua.***
by: adrian