Senin, 08 Desember 2014

Renungan HR SP Maria Dikandung Tanpa Noda - Thn B

Renungan HR SP Maria Dikandung Tanpa Noda, Thn B/I
Bac I    Kej 3: 9 – 15, 20; Bac II                    Ef1: 3 – 6, 11 – 12;
Injil      Luk 1: 26 – 38;

Hari ini Gereja Universal mengajak kita untuk merayakan hari raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda (Immaculata). Santa Maria dikandung tanpa noda sudah menjadi dogma Gereja sejak 8 Desember 1854 ketika Paus Pius IX menerbitkan “Bulla Ineffabilis Deus.” Sebelum menjadi dogma, gelar Maria dikandung tanpa noda sudah diisyaratkan lewat dua penampakan Bunda Maria, yaitu penampakan Maria di Guadalupe (tahun 1531), dimana Bunda Maria menyatakan kepada Juan Diego, “Akulah Perawan Maria yang tak bercela….”; dan penampakan Maria kepada St. Katarina Laboure, dimana Bunda Maria meminta dibuatkan medali wasiat dengan tulisan, “Maria yang dikandung tanda noda dosa, doakanlah kami yang berlindung padamu.” Dogma Immaculata diperkuat lagi dengan penampakan Maria di Lourdes (tahun 1858), dimana Maria mengatakan, “Akulah yang dikandung tanpa noda dosa.”

Injil hari ini secara implisit mau menegaskan akan gelar Maria Immaculata ini. Dalam kunjungan Malaikat Gabriel kepada Maria, Gabriel menyatakan bahwa Maria, “penuh rahmat.” Rahmat yang penuh ini mengisyaratkan kekudusan Maria. Ini dikaitkan dengan rencana Allah yang mau hadir menjadi manusia dalam wujud manusia. Kejatuhan manusia pertama ke dalam dosa, seperti yang digambarkan dalam bacaan pertama, membuat setiap manusia tak luput dari dosa asal. Adam dan Hawa menciptakan dosa asal. Karena Allah mau mengambil wujud manusia Yesus, maka Yesus pun akan mengambil kodrat manusiawi dalam segala hal kecuali dosa. Untuk membebaskan ini maka konsekuensinya adalah Maria harus bebas dari dosa asal. Karena itulah, rahmat Allah memenuhi Maria.

Bacaan kedua hari ini diambil dari Surat Paulus kepada Jemaat di Efesus. Memang surat ini sama sekali tidak ada kaitan langsung dengan gelar Maria Immaculata. Namun surat Paulus ini dapat menjadi permenungan lanjut dari bacaan pertama dan Injil. Jika dalam bacaan pertama dan Injil diungkapkan rencana keselamatan Allah pada manusia, dalam suratnya Paulus kembali menegaskan hal itu kepada umat. Bagi Paulus keselamatan itu datang dalam diri Yesus Kristus. Tuhan Yesus telah mengangkat kita jadi anak-anak Allah dan mengaruniakan segala berkat rohani.

Sabda Tuhan hari ini mau mengatakan kepada kita bahwa Allah ingin menyelamatkan umat manusia. Kejatuhan manusia pertama ke dalam dosa, membuat hidup manusia tak luput dari dosa asal. Karena itu, Allah berencana menebusnya melalui Yesus Kristus, yang adalah keturunan si wanita (Kej 3: 15). Yesus, yang sama seperti kita kecuali dalam hal dosa, lahir dari Maria yang sudah terlebih dahulu dikaruniai rahmat Allah yang penuh. Kepenuhan rahmat inilah yang memungkinkan Yesus Kristus lahir tanpa dosa asal sehingga Dia bisa menebus dosa umat manusia. dalam Yesus inilah kita akhirnya beroleh berkat rohani. Di sini Tuhan menghendaki supaya kita senantiasa menjaga berkat rohani itu dalam kehidupan kita agar jangan sampai rusak atau hilang.

by: adrian

Minggu, 07 Desember 2014

Jangan Hanya Pembenaran, Buktikan Kebenaran

Seorang karyawan sebuah “perusahaan” datang mengungkapkan isi hatinya. Dia bilang bahwa teman-teman di kantor menuduhnya mencuri uang kantor. Malah ada rekan kerja yang berusaha melacak keuangannya. Padahal dia sudah bekerja keras dan hidup jujur, demikian curahan isi hatinya.

Satu hal lain lagi yang membuat dia kesal adalah tudingan orang bahwa seringnya dia keluar kota mendampingi boss, dikatakan bahwa dia gunakan uang kantor untuk keperluan pribadi. Padahal semua biaya perjalanan itu ditanggung oleh boss. Sungguh menyakitkan hati dituduh begitu. Pastilah mereka-mereka itu iri hati dan tidak suka melihat orang senang.

Sepintas saya merasa prihatin dan bersimpati dengan nasib karyawan ini. Saya merasa jengkel dan marah dengan orang-orang yang menuduhnya telah mencuri uang kantor, alias korupsi. Kenapa orang sukanya menuduh. Tanpa disadari saya melihat bahwa kebenaran ada pada pihak karyawan itu. Apa yang diutarakannya adalah kebenaran. Dengan kata lain, kebenarannya adalah: karyawan itu tidak korupsi dan orang lain memfitnah dirinya.

Benarkah demikian? Setelah saya renungkan, ternyata saya keliru. Apa yang diungkapkan oleh karyawan itu bukanlah kebenaran, melainkan pembenaran. Dia ingin mendapatkan kebenaran dengan cara pembenaran. Pembenaran bukanlah kebenaran yang sebenarnya. Pembenaran bisa menjadi sarana untuk menyembunyikan kebenaran.

Renungan Hari Minggu Adven II - B

Renungan Hari Minggu Adven II, Thn B/I
Bac I    Yes 40: 1 – 5, 9 – 11; Bac II           2Ptr3: 8 – 14;
Injil      Mrk 1: 1 – 8;

Bacaan pertama dan Injil hari ini memiliki kesamaan, karena sama-sama menampilkan seruan orang yang menyiapkan bagi kedatangan Tuhan. Dalam bacaan pertama yang diambil dari Kitab Nabi Yesaya, dikatakan bahwa Yesaya menerima mandat dari Allah untuk menghibur orang Israel yang ada di pembuangan. Yesaya menyampaikan bahwa masa perhambaan akan berakhir. Akan tetapi, umat harus mempersiapkan diri menyambut kedatangan pembebasan itu. Salah satu wujud persiapan itu adalah dengan bertobat. Inilah inti dari bunyi suara yang berseru-seru itu.

Jika dalam bacaan pertama hanya disampaikan bunyi suara yang berseru-seru, Injil dengan tegas menunjuk sumber suara itu. Dia-lah Yohanes Pembaptis. Dalam Injil terlihat jelas bahwa memang tugas Yohanes Pembaptis adalah mempersiapkan umat untuk menyambut kedatangan Tuhan. Kedatangan Tuhan, yang dalam alam pikir Yahudi dikenal dengan Mesianisme, diyakini akan membawa pembebasan bagi bangsa Israel dan mengembalikan kejayaan Israel. Sama seperti yang diwartakan Nabi Yesaya, persiapan yang ditawarkan Yohanes juga mengarah kepada pertobatan.

Bacaan kedua hari ini diambil dari Surat Petrus yang Kedua. Senada dengan bacaan pertama dan Injil, Petrus juga menyinggung soal hari kedatangan Tuhan. Dalam suratnya itu, Petrus kembali menyampaikan apa yang pernah disampaikan oleh Sang Guru bahwa hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Tidak ada yang tahu kapan persisnya. Oleh karena itu, Petrus mengajak umat untuk “berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia.” (ay. 14). Tobat berarti berdamai dengan Tuhan. Jadi, Petrus mau mengatakan bahwa dalam masa penantian ini hendaknya umat mempersiapkan diri dengan bertobat.

Tak ada manusia yang sempurna di muka bumi ini. Setiap kita pastilah pernah berdosa. Namun Tuhan kita adalah Allah yang Maharahim dan Pengampun. Allah ingin supaya di saat Dia datang menemui kita, diri kita dalam keadaan siap. Artinya, kita tidak bercacat dan bernoda. Untuk itu ada pintu ampun bagi mereka yang bertobat. Inilah yang hendak disampaikan sabda Tuhan hari ini. Di masa adven ini, kita diajak untuk mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Tuhan, baik di masa yang akan datang maupun perayaan natal. Tuhan menghendaki agar kita mempersiapkan diri kita dengan bertobat, meninggalkan kemanusiaan lama kita.

by: adrian