Jumat, 16 Agustus 2013

Tentang IT

Pertemuan pertama dengan Rm. Yudhi, pembicaraan seputar dunia internet, atau yang dikenal dengan istilah IT (Informasi Teknologi).

Yudhi : Nanti abang urus juga LAN.
Saya   : Apa itu LAN?
Yudhi : Lokal Area Network.

Yudhi langsung memberi contoh dengan memegang kabel yang biasa digunakan untuk akses internet. Saya langsung memahaminya sebagai internet dengan kabel, lawan dari wireless: internet tanpa kabel.

Saya   : Jadi, kalau yang wireless itu disebut IAN, ya?
Yudhi : Apaan tu? 

Yudhi sedikit bingung dengan istilah IAN. Selama kursus dan bergaul dengan dunia IT, dia sama sekali tak pernah mendengar istilah IAN.

Saya   : Interlokal Area Network. Kan kalau ada lokal, ada juga interlokal.
Yudhi : @*%$<^#*@???

by: adrian
Baca juga humor lainnya:

Orang Kudus 16 Agustus: St. Benediktus Yoseph Labre

SANTO BENEDIKTUS YOSEPH LABRE, PENGAKU IMAN
Benediktus Yoseph Labre, putera tertua dari limabelas bersaudara, lahir di Ammettes, Flanders, Perancis, pada tanggal 26 Maret 1748. Ayah dan ibunya, Yohanes Baptista Labre dan Anne Barbe Grandsire, adalah petani sederhana di desa Ammettes. Pendidikan keras ayahnya membuat Benediktus bertumbuh menjadi seorang pekerja keras, cermat, cekatan dan beriman.

Satu-satunya cita-cita yang membakar hatinya ialah menjadi Abdi Allah sebagai imam atau biarawan. Pada umur 12 tahun, ia mulai menjalani pendidikan imamatnya di bawah bimbingan pamannya, Pater Francois Labre. Empat tahun kemudian, ia diterima di biara pertapaan Kartusian di Montreul-sur-Mer. Aturan hidup di biara ini terkenal keras. Di biara ini Benediktus hanya bertahan 1 bulan lamanya karena gangguan kesehatan. Tak lama kemudian iamengajukan permohonan ke sebuah biara di La Trappe, tetapi permohonannya ditolak karena ia masih muda. Benediktus kemudian diterima di sebuah biara Trapist di Sept-Fonts. Enam bulan kemudian ia terpaksa meninggalkan biara itu karena gangguan kesehatannya.

Sejak itu Benediktus mulai sadar bahwa panggilannya untuk menjadi Abdi Allah harus ditempuhnya dengan tetap menjadi seorang awam sebagaimana Yesus dan para rasul. Karena itu ia berkeputusan untuk menjadi peziarah. Antara tahun 1770 – 1777, iamenjelajahi semua kota besar di Eropa Barat seperti, Jerman, Perancis, Spanyol dan Italia. Akhirnya ia menetap di Roma. Di sana Benediktus menjadi pengemis yang hidup dari belaskasihan orang lain. Ia rajin mengunjungi gereja-gereja untuk berdoa dan merayakan ekaristi. Pada awal masa puasa tahun 1783 ia jatuh sakit lalu meninggal dunia pada hari Jumat Agung, tanggal 7 April 1783.

Benediktus Yoseph Labre dikagumi banyak orang karena kesalehannya, tetapi sekaligus diejek dan diolok-olok oleh orang yang mengenalnya. Keramahan dan kerendahan hatinya, cinta dan kesalehannya mengilhami banyak orang di kota Roma. Selama masa hidupnya yang diliputi kesengsaraan itu, ia dikaruniai banyak penglihatan ajaib. Satu abad setelah kematiannya, Benediktus dinyatakan kudus oleh Paus Leo XIII (1878 – 1903).

sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Jumat Biasa XIX-C

Renungan Hari Jumat Biasa XIX, Thn C/I
Bac I   : Yos 24: 1 – 13; Injil         : Mat 19: 3 – 12

Sabda Tuhan dalam Injil hari ini sangat menarik untuk direnungkan. Tema umumnya adalah tentang perkawinan atau menikah. Dari pernyataan Yesus, kita dapat menarik beberapa kesimpulan tentang perkawinan untuk kepentingan para imam, biarawan dan biarawati serta untuk kaum awam.

Yang pertama sekali harus disadari adalah bahwa menikah itu merupakan suatu panggilan hidup, bukan keharusan. Demikian juga sebaliknya. Orang tidak menikah bukan karena tidak laku, melainkan karena ada beberapa sebab. Yesus memberikan tiga alasan: cacat dari lahir, dibuat orang sehingga tidak bisa nikah atau karena tujuan luhur (demi kerajaan Allah). Untuk alasan ketiga inilah dapat dilihat bahwa menikah itu sungguh suatu panggilan hidup. Ini juga yang menjadi salah satu alasan kenapa para imam, biarawan dan biarawati tidak menikah.

Menikah atau tidak menikah sebagai suatu panggilan hidup merupakan kehendak Allah. Semuanya berawal dan tertuju kepada Allah. Hal ini dapat dilihat juga dalam bacaan pertama. Yosua mengisahkan kembali perjalanan hidup bangsa Israel yang tak pernah lepas dari peran serta Allah. Satu hal yang hendak ditekankan adalah KESETIAAN. Kepada orang Israel, Allah mengharapkan kesetiaan mereka pada-Nya. Demikian juga, jika pilihan hidup kita menikah atau tidak menikah, diharapkan untuk tetap setia pada jalan hidup yang sudah dipilih.

by: adrian