Masa
kampanye pemilihan presiden 2019 sudah berlangsung sejak September lalu. Hingga
kini sudah dua bulan berlalu. Selama dua bulan ini dua kubu calon presiden
belum juga menawarkan program atau gagasan untuk memperbaiki kondisi bangsa
dewasa ini. Hal inilah yang menjadi bahan kritik para pengamat politik dan juga
aktivis media, baik cetak maupun elektronik.
Para
pengamat menilai bahwa selama dua bulan masa kampanye ini dua kubu calon
presiden, baik Capres Jokowi maupun Capres Prabowo, lebih banyak perang diksi. Kubu
Probowo menyerang kubu Jokowi terkait soal kebijakan pemerintah selama ini,
yang di mata mereka gagal, sedangkan kubu Jokowi balas balik menyerang kubu
Prabowo. Selama ini publik lebih disajikan soal isu ingkar janji, politik
kebohongan, tempe setipis ATM dan lain sebagainya. Intinya, dua bulan ini
rakyat hanya menyaksikan dua kubu ini saling serang menyerang, bukan dalam
konteks program atau gagasan, melainnya soal yang remeh temeh.
Karena
itu, para pengamat mengkritik kedua kubu ini. Mereka menilai bahwa pola
kampanye selama dua bulan ini bukannya mencerdaskan warga, tetapi justru membuat
warga bingung. Ada juga pengamat yang menilai bahwa pola kampanye selama ini
bersifat kekanak-kanakan. Maka kebanyakan pengamat meminta supaya kedua kubu
calon presiden menampilkan gagasan dan program yang akan mereka terapkan ketika
terpilih menjadi presiden dan wakil presiden.
Satu
pertanyaan kecil adalah benarkah rakyat bingung dengan pola kampanye selama
ini, atau jangan-jangan itu hanya kebingungan para pengamat politik yang hasrat
nalarnya tak terpuaskan.
Ada
kesan bahwa para pengamat ini adalah orang yang tidak sabaran. Mereka ingin
hasrat nalarnya segera dicerahkan sehingga mereka punya bahan untuk menilai,
mengkritik atau hal lainnya. Sebenarnya rakyat biasa sama sekali tidak
terpengaruh soal pola kampanye yang sudah berlangsung ini. Hal ini disebabkan
karena rakyat hanya ingin menikmati irama permainan kampanye, bukan mengamati.
Melihat
fenomena ini dapat dikatakan bahwa ibarat menyaksikan penampilan wayang. Ada
penonton duduk tenang menyaksikan dan menikmati adegan demi adegan, sementara ada
penonton yang tidak sabaran; mereka menginginkan dalang segera mengubah pakem yang sesuai dengan selera mereka. Inilah
yang terjadi dua bulan masa kampanye pilpres 2019 ini.
Oleh
karena itu, janganlah mengubah pola permainan kampanye ini. Biarkanlah mereka
jalan sesuai dengan iramanya. Mari kita menikmati saja. Yakinlah, ada saatnya
apa yang kita tunggu-tunggu akan muncul. Maklum, masa kampanye masih lima bulan
lagi. Tentulah tiap kubu sudah punya strategi sendiri dalam menyiasati masa
kampanye ini. Soal program dan gagasan akan muncul pada waktunya. Jadi, sambil
menunggu, nikmati saja tampilan sekarang ini.
Apakah
ini tidak mencerdaskan? Ini bukan sekedar mencerdaskan atau tidak. Rakyat butuh
hiburan (pengamat memang tidak butuh). Masa kampanye adalah masa hiburan. Pola kampanye
dua bulan ini sudah menghibur rakyat. Mereka menyajikan adegan kekanakan para
calon yang lucu nan konyol. Rakyat tidak mempersoalkannya. Mereka hanya tertawa
dan tersenyum.
Tak
lama lagi masyarakat akan memasuki bulan ketiga masa kampanye. Mungkin akan
muncul adegan baru tapi dengan irama permainan yang sama; atau juga sudah
muncul irama yang baru seperti yang diharapkan para pengamat politik. Kita tidak
tahu persis. Tapi, apapun irama permainannya, nikmati saja. Jangan berusaha
mengubahnya.
Dabo,
15 November 2019
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar