Masalah pindah keyakinan
atau agama itu adalah hal yang biasa. Hal itu merupakan hak azasi setiap
manusia. Tidak ada yang melarang. Akan tetapi, ada hukuman bagi orang yang
murtad. Bagaimana jika orang islam yang murtad. Selain hukuman di masa depan,
hukuman langsung pun dapat dikenakan. Yang terkenal adalah dibunuh. Hal ini
didasarkan pada sabda Nabi Muhammad, “Siapa saja yang mengganti agamanya, maka
hendaklah kalian bunuh dia.” (HR al-Bukhari). Jadi, umat islam lainnya diperbolehkan membunuh umat islam yang telah murtad. Selain itu, tempat bagi
orang murtad adalah neraka (QS Al-Baqarah: 217).
Akan tetapi, kita tidak
akan mengusik persoalan itu. Masalah membunuh orang murtad adalah keyakinan
orang, yang tidak akan dicampuri. Kita hanya melihat fenomena mualaf, orang
kafir yang menjadi islam.
Jika kita perhatikan di
media sosial, baik media cetak maupun media elektronik, adalah suatu kebiasaan
menjelang Hari Raya Idul Fitri beberapa media menampilkan sharing beberapa
tokoh mualaf. Ada tokoh mualaf yang bersharing dari hati, namun tak sedikit
juga yang menyampaikan kebohongan. Sekedar menyebut nama:
(a) Ustadz Bangun Samudra,
yang konon mengaku sebagai lulusan terbaik Vatikan.
(b) Steven Indra Wibowo,
yang mengaku mantan frater anak petinggi PGI, yang berhasil mengislamkan 126
orang
(c) Hj Irene, yang mengaku
mantan biarawati
(d) Sinansius Kayimter (Umar
Abdullah Kayimter), yang mengaku kepala suku Asmat
Masih ada banyak lagi tokoh mualaf yang selalu menyebarkan kebohongan (misalnya ustadz Felix Siauw). Mereka-mereka ini sering diundang untuk berceramah, kotbah atau berdakwah. Dan bisa dipastikan dalam dakwahnya itu, kebohongan menjadi bumbu utama. Anehnya, begitu banyak umat islam suka dengan dakwah mereka. Tak jarang takbir kemenangan dikumandangkan ketika para mualaf ini menekankan keburukan agama sebelumnya dan menyanjung kehebatan islam yang menjadi dasarnya menjadi islam.
Lebih aneh lagi, sama sekali tidak ada teguran dari lembaga otoritas islam tertinggi di Indonesia ini. Lembaga ini seakan-akan tutup telinga terhadap kebohongan tersebut, sekalipun kebohongan itu berdampak buruk bagi citra islam. Tentulah orang yang kritis akan menilai bahwa islam identik dengan kebohongan.
Benarkah para mualaf itu berbohong? Ada banyak tulisan yang membongkar kebohongan mereka. Misalnya “Membongkar Kebohongan Steven Indra”, “Ustadz Bangun Samudrayang Sangat Cerdas”, “Hj Irene Handono Mantan Biarawati Palsu?” dan “Benarkah Kepala Suku Besar Asmat Masuk Islam?” Dari tulisan-tulisan itu, bahkan anak SD pun dapat menilai adanya kebohongan dari pernyataan-pernyataan mualaf itu. Kenapa kebohongan ini disebar-luaskan? Bukankah ini berarti memperkuat citra bahwa islam itu agama pembohong?
Menjadi pertanyaan adalah kenapa para mualaf ini begitu berani dan yakin diri dengan kebohongannya. Ataukah karena umat islam memang suka dibohongi atau dibodoh-bodohi? Ada beberapa alasan kenapa para mualaf berbohong:
1. Alasan Sosial: supaya cepat diterima di lingkungannya yang baru. Dengan menjelek-jelekkan dan mengungkapkan kelemahan lingkungan sebelumnya, umat di lingkungan baru dapat segera menerimanya. Apalagi bila diiming-imingi dengan kata-kata “Hidayah Allah STW”
2. Alasan Popularitas: menyebarkan kebohongan tentang kelemahan atau kejelekan agama sebelumnya membuat diri seorang mualaf cepat terkenal. Apalagi banyak umat islam yang mudah dibodoh-bodohi.
3. Alasan Ekonomi: dengan popularitas yang dimilikinya, para mualaf ini dapat dengan mudah tampil sebagai pendakwah. Sudah menjadi rahasia umum ada banyak pendakwah yang berorientasi duit ketimbang penyebaran agama. Dengan kebohongan itu, para mualaf ini bukan hanya sekedar menyebarkan agama, tetapi juga mencari uang. Kebohongan yang dibuatnya menjadi jalan pelancar pendapatan.
4. Alasan Keselamatan: memang al quran sudah mengatakan bahwa hanya umat islam saja yang masuk sorga; orang kafir pasti di neraka. Kebaikan dan amal kasih yang dilakukan orang kafir tak ada gunanya, tidak mendatangkan pahala. Akan tetapi, dengan menjadi islam pun belum tentu juga otomatis masuk sorga, karena seseorang harus melakukan berbagai macam kewajiban. Salah satu jalan mudah (dan murah) untuk masuk sorga adalah dengan mengislamkan orang kafir. Hadits At Tabrani berkata: Nabi Muhammad bersabda, “Siapa yang dapat mengislamkan orang dengan usahanya, maka pastilah ia masuk ke dalam sorga,” Masuk sorga di sini suatu kepastian dan otomatis. Jadi, tak perlu lagi sibuk-sibuk dengan kewajiban lainnya. Nah, para mualaf ini sudah mendapatkan popularitas. Dengan popularitas itu dan dengan kebohongan-kebohongannya, mungkin akan ada orang kafir yang tertipu dan akhirnya menjadi islam. Kan sudah pasti masuk sorga.
Demikainlah empat alasan kenapa para mualaf berbohong dalam dakwahnya. Kebohongan itu selalu terkait dengan identitas dirinya, kejelakan agama sebelumnya dan kehebatan agama islam. Dari sini orang dapat menilai bahwa dalam islam segala cara dihalalkan, yang penting tujuannya baik (menyebarkan islam). Hal ini semakin mendapatkan pembenarannya dalam aksi terorisme.
Para mualaf ini tentulah akan sering berdakwah atau berceramah. Dasarnya saja sudah pembohong, maka dapat dipastikan isi dakwah atau ceramahnya juga adalah kebohongan. Akan tetapi, umat islam yang mendengarkannya biasa-biasa saja, malah ada yang senang. Menjadi pertanyaan, apakah orang islam suka dibohongi atau memang suka dibodoh-bodohi.
Untuk memperdalam lagi, silahkan lihat video berikut:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar