Renungan
Hari Minggu Biasa XXX, Thn B/I
Bac
I Yer 31: 7 – 9; Bac II Ibr 5: 1 – 6;
Injil Mrk 10: 46 – 52;
Bacaan pertama hari ini diambil dari Kitab Nabi Yeremia. Dalam kitabnya, Yeremia menyampaikan firman Allah buat umat Israel, yang saat itu hidup dalam penderitaan. Dalam penderitaan itulah harapan tumbuh. Dan firman Allah mengandung pengharapan itu. Yeremia mengajak umat Israel untuk bersukacita sebab Tuhan akan memenuhi harapan mereka. Di sini terlihat bahwa Tuhan memperhatikan penderitaan umat-Nya: orang buta dan lumpuh, serta perempuan yang mengandung (ay. 8).
Gambaran pemenuhan harapan
umat dalam bacaan pertama tadi, terlihat dalam Injil. Tuhan Yesus adalah
kepenuhan harapan itu. Ia datang dan menyembuhkan Bartimeus, orang buta. Tuhan
Yesus membawa sukacita bagi Bartimeus, simbol orang menderita yang mengharapkan
pembebasan. Yang menarik dari kisah penyembuhan Bartimeus ini adalah
tindakannya yang menanggalkan jubahnya dan segera berdiri lalu pergi
mendapatkan Tuhan Yesus (ay. 50). Menanggalkan jubah dapat dilihat sebagai lambang
pertobatan, dan pertobatan ini diikuti dengan hidup dekat dengan Tuhan Yesus.
Tuhan Yesus adalah kepenuhan
pengharapan bangsa Israel dan umat manusia. Namun dalam pengharapan itu umat
dituntut untuk bertobat sehingga ia dapat berdamai kembali dengan Allah. Inilah
yang hendak disampaikan dalam bacaan kedua, yang diambil dari Surat kepada
Orang Ibrani. Dalam suratnya, penulis melihat Tuhan Yesus sebagai Imam Besar
yang mempersembahkan korban pelunasan dosa sehingga umat dapat kembali
berhubungan dengan Allah. Yesus Kristus tidak seperti imam besar lainnya,
karena Tuhan Yesus tidak berdosa dan Ia mengorbankan diri-Nya sebagai
korbannya.
Sabda Tuhan hari ini mau
mengatakan kepada kita bahwa Tuhan Yesus merupakan kepenuhan nubuat Allah akan
janji keselamatan yang telah disuarakan oleh para nabi Perjanjian Lama. Janji
keselamatan itu tidak hanya diperuntukkan bagi umat Israel, melainkan juga umat
manusia. Namun tuntutannya sama, yaitu adanya pertobatan dan senantiasa hidup
dekat-Nya. Melalui sabda-Nya ini, Tuhan menghendaki supaya kita senantiasa
bertobat dan selalu hidup dekat dengan Dia. Hidup dekat bukan berarti “ada di”,
tetapi “ada bersama”, karena dalam kebersamaan itu kita bergerak bersama Tuhan.***
by:
adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar