Renungan
Hari Rabu Biasa XXVI, Thn B/I
Bac
I Neh 2: 1 – 8; Injil Luk 9: 57 – 62;
Dalam bacaan-bacaan liturgi hari ini seakan terdapat pertentangan. Injil hari ini memuat kisah tentang beberapa orang yang berkeinginan mengikuti Tuhan Yesus, namun mengajukan beberapa syarat. Ada yang ingin menguburkan ayahnya dahulu (ay. 59) dan ada yang mau pamitan dahulu (ay. 61). Persyaratan ini mengindikasikan masih adanya keterikatan dengan hal-hal dunia, yang seharusnya dilepaskan ketika mengikuti Tuhan Yesus. Oleh karena itu, Tuhan Yesus menasehati mereka, “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.” (ay. 62).
Sepintas nasehat Tuhan Yesus
tadi tidak selaras dengan sikap Nehemia. Dalam bacaan pertama, yang diambil
dari Kitab Nehemia, dikisahkan bahwa Nehemia hidup di istana Raja Artahsasta. Sekalipun
ia hidup dalam kemewahan istana raja, hatinya masih berada di Yehuda, yang
sudah porak poranda. Malah ia memohon kepada raja agar diperkenankan untuk
pulang dan membangun kembali kota Yehuda, termasuk Bait Suci. Permohonan itu
dikabulkan. Perlu disadari bahwa terkabulkannya permohonan itu karena
penyertaan Tuhan (ay. 8).
Sekilas dua bacaan hari ini
bertentangan: Injil melarang menoleh ke belakang, bacaan pertama justru menoleh
ke belakang. Namun perlu disadari bahwa keduanya memiliki kesamaan, yaitu demi
kerajaan Allah. Niat Nehemia untuk membangun kembali Yehuda juga demi “kerajaan”
Allah, karena di sanalah bait suci berada. Jadi, persoalannya bukan soal
menoleh ke belakang atau tidak, melainkan demi kerajaan Allah atau bukan. Sabda
Tuhan hari ini mengajak kita untuk melihat setiap karya dan perbuatan kita. Tuhan
menghendaki supaya apa yang kita pikirkan dan kerjakan semata-mata demi
kemuliaan Allah.***
by:
adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar