BERSYUKURLAH & JANTUNG ANDA LEBIH
SEHAT
Dalam Kitab Suci Perjanjian
Baru, ada 68 ayat dengan kata syukur,
4 di antaranya bersyukur. Dua orang
yang paling sering menggunakan kata ini adalah Tuhan Yesus dan Paulus. Satu peristiwa
dalam hidup Yesus saat menggunaan kata ini adalah ketika Ia harus memberi makan
empat ribu orang dengan bermodalkan 7 roti dan beberapa ekor ikan (Mat 15: 32 –
39). Tuhan Yesus mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur….
(ay. 36). Sekalipun menghadapi situasi sulit, Tuhan Yesus tetap menghaturkan
syukur atas apa yang ada (7 roti dan beberapa potong ikan).
Paulus dalam surat-suratnya
selalu menggunakan kata ini. Kata syukur
dipakai Paulus bukan sebagai ungkapan pribadinya. Paulus senantiasa
menghaturkan syukur atas apa yang dialaminya. Pengalaman Paulus bersyukur ini
hendak ditanamkannya kepada umat. Oleh karena itu, Paulus selalu juga mengajak
umat untuk senantiasa bersyukur (Misalnya, Efesus 5: 20; Filipi 4: 6; Kolose 3:
15; 4: 2; 1Tesalonika 5: 18, dll).
Dalam suratnya yang pertama
kepada jemaat di Tesalonika, Paulus mengajak umat untuk bersyukur dalam segala
hal, karena hal itu merupakan kehendak Allah (1Tes 5: 18). Saran Paulus ini
sebaiknya tidak dianggap angin lalu begitu saja, karena ada alasan baik di
balik itu semua. Bersyukur bukan hanya bermakna rohani, tetapi juga memiliki
efek pada kesehatan fisik.
Mereka dengan perasaan penuh
syukur atau terima kasih mengalami tidur serta suasana hati yang lebih baik. Tambahan
lainnya perasaan tersebut membantu menurunkan tingkat inflamasi pada pasien
gagal jantung.
Pada penelitian sebelumnya,
telah ditunjukkan bahwa spiritualitas secara umum, berkaitan dengan kualitas
hidup serta kesehatan fisik yang lebih baik. Dalam studi kali ini, Paul Mills, dari bagian kesehatan
masyarakat dan psikiatri, University of
California, San Diego, beserta timnya mempersempit fokus tersebut dan
mencoba menghubungkan antara perasaan bersyukur dengan jantung yang biasa
diekspresikan dalam pernyataan a grateful
heart.
Menurut Mills, yang
terafiliasi dengan Chopra Center for
Wellbeing, Carlsbad, California, mereka ingin meneliti perasaan bersyukur
tersebut pada populasi yang pernah mengalami masalah dengan kesehatan
jantungnya.
Untuk itu, tim studi yang
juga melibatkan Deepak Chopra (yang dikenal secara luas atas dukungan kesehatan
alternatifnya), menarik 186 pasien dari klinik jantung California.
Kesemua pasien ini mengalami
gagal jantung stadium B. Kondisi tersebut menunjukkan kalau mereka memiliki
sejumlah gangguan fungsi serta pembengkakan jantung tetapi bukan dengan simptom
yang lebih serius. Dikatakan para pariset, tahan B ini menjadi waktu penting
untuk intervensi karena kerusakan yang terjadi dapat dibalikkan.
Responden kemudian diteliti
tingkat rasa bersyukur, kesejahteraan spiritual dan efikasi diri. Efikasi diri
ini adalah keyakinan akan kemampuan diri untuk berhasil dalam mengelola fungsi
jantungnya. Pasien juga dinilai simptom depresi yang dialami serta kualitas
tidur dan kelelahan. Terakhir, para periset mengecek darah partisipan untuk
melihat indikator peradangan.
Dari sudut tersebut, para
peneliti menjumpai bahwa pasien yang lebih bersyukur dilaporkan tidur lebih
baik, suasana hatinya lebih sedikit mengalami tekanan, tidak terlalu lelah,
efikasi dirinya lebih tinggi dan indikator peradangan yang lebih rendah.
Nina
Kupper, professor psikolog dari Tillburg University, Belanda, mengatakan bahwa emosi positif secara
umum dihubungkan dengan kesehatan yang lebih baik. Dan karenanya, “Perasaan
bersyukur sebagai sebuah konsep, bisa menjadi pembuka ke emosi positif lebih
dari yang dilakukan spiritualitas.” Terkait dengan penekanan akan pentingnya
emosi positif terhadap proses pemulihan, perasaan tersebut sangat penting dalam
menjaga keseimbangan antara beban penyakit dan kapasitas seseorang saat
berurusan dengan penyakitnya.
Dalam sub-study yang dilakukan, juga dijumpai bahwa pasien yang membuat
jurnal rasa syukur terhadap perawatan mereka mengalami penurunan indikator dari
imflamasi atau peradangan serta peningkatan variabilitas denyut jantung (yang
merupakan ukuran lain dari penurunan risiko).
Bersyukur ternyata bukan
hanya berdimensi rohani (iman). Mensyukuri atas apa yang ada dan atas apa yang
dirasakan serta dialami bukan hanya merupakan kehendak Allah. Jadi, dengan
bersyukur kita sudah melaksanakan kehendak Allah. Akan tetapi, bersyukur juga
memiliki dimensi psikis yang berdampak pada kesehatan. Dengan hidup selalu
bersyukur, jantung kita menjadi sehat.
Melihat manfaatnya, baik
bagi iman maupun kesehatan jantung, maka marilah kita bersyukur. Bersyukurlah
senantiasa!!!
by: adrian, dari sumber Kompas Health
Baca
juga tulisan lainnya:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar