Renungan
Pesta Yesus Menampakkan Kemuliaan
Bac
I Dan 7: 9 – 10, 13 – 14; Injil Mrk 9: 2 – 10;
Hari ini Gereja Universal mengajak kita untuk merayakan pesta Yesus menampakkan kemuliaan-Nya. Injil hari ini mengisahkan peristiwa tersebut. Yang beruntung dapat melihat langsung kejadian itu adalah Petrus, Yohanes dan Yakobus. Dikatakan "beruntung" karena apa yang mereka saksikan merupakan peristiwa langka. Apa yang mereka lihat mirip seperti penglihatan Daniel dalam bacaan pertama (ay 9).
Kelangkaan itu menimbulkan
berbagai perasaan: kagum terpesona, senang dan juga takut. Perasaan takut ini
bukan dalam pengertian takut seperti ketakutan akan hantu atau semacam fobia.
Perasaan takut di sini lebih dalam arti sikap gentar. Istilahnya tremendum. Sikap ini merupakan sikap religius
yang pernah diungkapkan Rudolf Otto, dengan konsepnya "Numinosum tremendum et
fascinosum".
Semua perasaan tersebut membuat
Petrus, mewakili rekannya yang lain, mengungkapkan niatnya untuk mendirikan
tenda. Mendirikan tenda berarti niat untuk tetap tinggal agar bisa menikmati
terus kebahagiaan itu lebih lama lagi dan hanya mereka saja yang menikmatinya.
Dengan kata lain, ada niat Petrus dan kawan-kawan untuk memonopoli kebahagiaan
itu. Ada semangat egoisme.
Jelas sekali niat tersebut
bertentangan dengan misi TuhanYesus, karena niat tersebut menolak jalan yang harus
ditempuh Tuhan Yesus, yaitu jalan salib. Karena itulah, Tuhan Yesus mengajak mereka untuk
turun gunung sambil mengatakan rencana Allah, yakni "Anak Manusia bangkit
dari antara orang mati." (ay 9). Tentulah rencana Allah ini tidak sesuai
dengan keinginan ketiga rasul itu.
Sabda Tuhan hari ini mau
mengajak kita untuk siap menerima rencana Tuhan dalam kehidupan kita, sekalipun
rencana itu bertentangan dengan keinginan dan harapan kita. Yang perlu diingat
dan disadari adalah bahwa Tuhan selalu punya rencana yang baik buat umatnya.
Rencana Tuhan indah. Tuhan tidak ingin umatnya menderita. Oleh karena itulah,
Sabda Tuhan mau menyadarkan kita akan rencana Tuhan itu pada hidup kita. Tuhan
meminta agar kita mau mendahulukan rencana-Nya dalam hidup kita daripada rencana
kita sendiri. Pertanyaannya, beranikah kita? ***
by:
adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar