Jumat, 03 November 2023

MEMBACA SURAH AT-TAKWIR AYAT 15-22 DENGAN AKAL SEHAT


Al-qur'an adalah wahyu Allah. Apa yang tertulis di dalamnya diyakini sebagai perkataan allah sendiri, yang disampaikan kepada muhammad. Jadi, konteks al-qur'an adalah allah berbicara dan muhammad mendengar. 

Dalam QS 81: 15-22 Allah berfirman kepada muhammad, "Aku bersumpah demi bintang-bintang yang beredar lagi terbenam, demi malam apabila telah larut, sesungguhnya itu benar-benar firman utusan yang mulia yang memiliki kekuatan dan kedudukan tinggi di sisi yang memiliki ʻArasy, yang di sana ditaati lagi dipercaya. Temanmu itu bukanlah orang gila."

Sengaja kami tampilkan kutipan aslinya. Artinya, yang tertulis dalam kutipan di atas, itulah yang diucapkan allah swt. Cobalah membacanya dengan akal sehat.

Selasa, 31 Oktober 2023

BELAJAR SETIA DALAM KESAHAJAAN

 

Malam mulai pekat. Sehabis mengajar di sejumlah perguruan tinggi di kota Makasar, Enoch Kumendong (58) segera pulang. Sesampainya di teras rumah, sang istri, Jacqueline Panggalo (53) menyambutnya dengan senyuman ramah. Begitu pula dengan anak-anaknya yang sedang menonton televisi langsung menyapanya. Kepenatan Enoch pun seperti pudar, songsongan istri dan anak-anak memberikan makna mendalam baginya.

Hampir 40 tahun Enoch mengabdikan diri pada dunia pendidikan. Profesi itu memang tak pernah memberikan gelimang harta. Namun ada kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri di batinnya. Dari dunia tersebut Enoch dan Jacqueline bisa memberikan teladan kesederhanaan kepada anak-anak. “Bagi saya kebendaan itu tak selalu penting, saya bahagia dengan keadaan yang serba sederhana,” ujar Enoch.

Sesama Guru

Awalnya Enoch bercita-cita menjadi imam praja Keuskupan Agung Makasar. Setelah menamatkan seminari menengahnya di Petrus Claver, ia melanjutkan ke seminari tinggi di Yogyakarta. Namun jalan hidupnya berkata lain. “Pembimbing rohani mengatakan saya tak cocok menjadi imam,” kenangnya.

Sekeluarnya dari seminari, Uskup Agung Makasar, Mgr. Schneiders CICM, menugaskannya menjadi guru di Tana Toraja. Enoch langsung dipercaya menjadi kepala sekolah di sebuah SPG dan SMU. Saat itu ia terpikat dengan salah seorang muridnya, Jacqueline, yang kemudian ia nikahi pada tahun 1969. Sang istri kemudian menjadi guru di SD St. Yosef Makasar, sementara Enoch terus berkarya.

Selang beberapa tahun Enoch melanjutkan studi di Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Makasar. Baru sampai tingkat sarjana muda, universitas itu tutup. Enoch melanjutkan ke Universitas Hasanudin. Setelah lulus, Enoch menjadi dosen di beberapa perguruan tinggi. Dengan bertambahnya jumlah anak (5 orang), Enoch harus kian giat mengajar. Ia mengajar juga di Seminari Petrus Claver dan SMU Rajawali. Setiap hari Enoch harus mempersiapkan beberapa mata pelajaran yang berbeda.

Enoch dan Jacqueline menganggap bahwa profesi guru merupakan panggilan. Karena itu, meski penghasilan pas-pasan, mereka tetap mencintai pekerjaan. “Kami harus bisa hemat,” tukas Enoch. Pernah suatu waktu Enoch ingin beralih profesi dan pindah ke Jakarta. Tapi keinginan itu urung, karena ia merasa tak punya bakat berbisnis.

Senin, 30 Oktober 2023

KENAPA MUALAF DOYAN BERBOHONG? INILAH PENJELASANNYA

 

Masalah pindah keyakinan atau agama itu adalah hal yang biasa. Hal itu merupakan hak azasi setiap manusia. Tidak ada yang melarang. Akan tetapi, ada hukuman bagi orang yang murtad. Bagaimana jika orang islam yang murtad. Selain hukuman di masa depan, hukuman langsung pun dapat dikenakan. Yang terkenal adalah dibunuh. Hal ini didasarkan pada sabda Nabi Muhammad, “Siapa saja yang mengganti agamanya, maka hendaklah kalian bunuh dia.” (HR al-Bukhari, no. 6922). Jadi, umat islam lainnya diperbolehkan membunuh umat islam yang telah murtad. Selain itu, tempat bagi orang murtad adalah neraka (QS Al-Baqarah: 217).

Akan tetapi, kita tidak akan mengusik persoalan itu. Masalah membunuh orang murtad adalah keyakinan orang, yang tidak akan dicampuri. Kita hanya melihat fenomena mualaf, orang kafir yang menjadi islam.

Jika kita perhatikan di media sosial, baik media cetak maupun media elektronik, adalah suatu kebiasaan menjelang Hari Raya Idul Fitri beberapa media menampilkan sharing beberapa tokoh mualaf. Ada tokoh mualaf yang bersharing dari hati, namun tak sedikit juga yang menyampaikan kebohongan. Sekedar menyebut nama:

a.   Ustadz Bangun Samudra, yang konon mengaku sebagai lulusan terbaik Vatikan.

b.  Steven Indra Wibowo, yang mengaku mantan frater anak petinggi PGI, yang berhasil mengislamkan 126 orang

c.   Hj Irene, yang mengaku mantan biarawati

d.  Sinansius Kayimter (Umar Abdullah Kayimter), yang mengaku kepala suku Asmat

Masih ada banyak lagi tokoh mualaf yang selalu menyebarkan kebohongan (misalnya ustadz Felix Siauw). Mereka-mereka ini sering diundang untuk berceramah, kotbah atau berdakwah. Dan bisa dipastikan dalam dakwahnya itu, kebohongan menjadi bumbu utama. Anehnya, begitu banyak umat islam suka dengan dakwah mereka. Tak jarang takbir kemenangan dikumandangkan ketika para mualaf ini menekankan keburukan agama sebelumnya dan menyanjung kehebatan islam yang menjadi dasarnya menjadi islam.

Lebih aneh lagi, sama sekali tidak ada teguran dari lembaga otoritas islam tertinggi di Indonesia ini. Lembaga ini seakan-akan tutup telinga terhadap kebohongan tersebut, sekalipun kebohongan itu berdampak buruk bagi citra islam. Tentulah orang yang kritis akan menilai bahwa islam identik dengan kebohongan.

Benarkah para mualaf itu berbohong? Ada banyak tulisan yang membongkar kebohongan mereka. Misalnya “Membongkar Kebohongan Steven Indra”, “Ustadz Bangun Samudrayang Sangat Cerdas”, “Hj Irene Handono Mantan Biarawati Palsu?” dan “Benarkah Kepala Suku Besar Asmat Masuk Islam?” Dari tulisan-tulisan itu, bahkan anak SD pun dapat menilai adanya kebohongan dari pernyataan-pernyataan mualaf itu. Kenapa kebohongan ini disebar-luaskan? Bukankah ini berarti memperkuat citra bahwa islam itu agama pembohong?

Menjadi pertanyaan adalah kenapa para mualaf ini begitu berani dan yakin diri dengan kebohongannya. Ataukah karena umat islam memang suka dibohongi atau dibodoh-bodohi? Ada beberapa alasan kenapa para mualaf berbohong: