Minggu, 28 Februari 2021

FAKTA MENARIK DARI BERTAMBAHNYA USIA



Bertambahnya usia seringkali beriringan dengan terjadinya proses penuaan seseorang. Meskipun di masyarakat sering terdengar istilah “usia boleh bertambah tapi penampilan tetap muda”, namun proses penuaan tak bisa dipungkiri. Terlepas dari itu semua, sebenarnya terdapat beberapa fakta yang berhubungan dengan bertambahnya usia seseorang. Berikut ini beberapa fakta menarik dari bertambahnya usia.

1.    Frekuensi bernafas

Semakin bertambah umur seseorang, proses bernafasnya bisa lebih lambat dan secara perlahan-lahan. Akan tetapi yang perlu dicatat, perempuan dan anak-anak bernafas lebih cepat daripada kaum pria. Saat beristirahat, rata-rata orang bernafas 12 sampai 15 kali per menit.

2.    Mendengkur

Menginjak usia 60 tahun, seseorang biasanya akan mengalami kesulitan bernafas dan sekitar 60 persen serta 40 persen wanita akan mendengkur ketika tidur. Dengkuran rata-rata memiliki intensitas suara 60dB, tingkat intensitas suara normal. Namun terkadang bisa melebihi 80 dB. Intensitas 80 dB setara dengan suara bor pemotong beton. Sedangkan suara dengan intensitas lebih dari 85 dB bisa merusak telinga manusia.

3.    Air liur untuk mengolah makanan

Jumat, 26 Februari 2021

MEMAHAMI PESAN TERSEMBUNYI DE-RADIKALISASI


 

Istilah de-radikalisasi selalu dikaitkan dengan terorisme, dan istilah terorisme selalu dikaitkan dengan islam. Umumnya terorisme biasanya dipahami sebagai tindakan kekerasan yang mengatas-namakan suatu agama tertentu sehingga menimbulkan ketakutan pada umat agama lain. Bisa dikatakan bahwa kaum teroris merupakan kelompok orang yang radikal, kelompok orang yang melaksanakan ajaran agamanya secara radikal. Memang ada pandangan bahwa kaum teroris telah menyalah-gunakan ajaran agamanya atau salah memahami ajaran agamanya. Bahkan ada pandangan yang ekstrem, yang menilai bahwa kaum teroris bukanlah penganut agama yang ajaran agamanya sedang dijalankan (baca: islam).

Konsep radikal sendiri sebenarnya mempunyai makna positif. Setiap umat agama, apapun agamanya, terpanggil untuk melaksanakan ajaran agamanya secara konsisten dan konsekuen, alias radikal. Akan tetapi, dalam konteks ini paham radikal selalu dikonotasikan dengan negatif. Kelompok radikal atau orang yang terpapar paham radikal selalu dinilai buruk, karena mereka akan dikaitkan dengan tindak kekerasan, bahkan kejahatan.

Biasa ditemui dalam pemberitaan di media massa terkait dengan pelaku teroris yang tertangkap bahwa mereka akan menjalani program de-radikalisasi. Atau juga adanya program de-radikalisasi yang ditujukan kepada orang atau sekelompok orang yang disinyalir sudah terpapar paham radikal. Contoh terakhir adalah kasus pembebasan Ustad Abu Bakar Ba’asyir (ABB), seorang tokoh ulama islam yang dikenal cukup radikal. Ada banyak seruan yang ditujukan kepadanya agar ia kelak dapat menjalankan dakwanya yang sejuk (tidak ada kekerasan). Dengan kata lain, ABB diminta untuk tidak menjadi radikalis. Semua contoh dengan radikalisme ini terkait dengan islam.

Secara sederhana konsep atau paham de-radikalisasi dimaknai sebagai upaya untuk menghapus paham atau ajaran islam yang radikal. Ada yang mengaitkannya dengan istilah moderat. Karena itu, konsep atau paham de-radikalisasi mengarahkan orang menjadi islam moderat. Pesan apa yang mau disampaikan dengan konsep atau paham de-radikalisasi ini?

Kamis, 25 Februari 2021

HADAPI KRITIK DENGAN SIKAP POSITIF

 


Tentulah setiap kita pernah menerima kritikan dari orang lain, entah itu sahabat ataupun lawan kita, entah itu dari atasan, rekan sekerja atau juga bawahan kita. Biasanya kecenderungan kita atas kritikan adalah melawan, menolak atau cuek. Semua ini termasuk dalam sistem pertahanan diri (Self defence). Banyak dari kita takut dengan kritik.

Kecenderungan untuk mempertahankan diri merupakan ciri orang yang tidak dapat menerima diri. Orang seperti ini selalu merasa dirinya yang benar dan hebat. Dia tidak bisa melihat kebenaran dan kebaikan yang dilontarkan orang lain terhadap dirinya dalam bentuk kritikan. Menerima kebenaran dari orang lain akan dapat merendahkan martabat dan harga dirinya.

Kebenaran yang disampaikan, baik oleh teman maupun musuh kita, baik atasan, rekan ataupun bawahan kita, bisa menjadi pelengkap atas kekurangan kita. Namun, karena kita merasa kebenaran kita sudah penuh, kita lantas menolaknya. Dan tak jarang ketika orang melontarkan kritikan terhadap kita, kita tidak lagi memperhatikan kebenaran dalam kritikan tersebut. Yang seringkali kita lakukan adalah membuat “kebenaran” baru yang hanya untuk menutupi kesalahan dan kekurangan kita.

Orang yang tak bisa menerima diri selalu lebih senang menerima pujian daripada kritikan. Tanpa disadari, sikap tidak mau menerima diri dapat menjadi awal kehancuran diri kita. St. Ignatius dari Antiokhia pernah menulis, “Mereka yang memuji saya mendera saya.”  Hal ini senada dengan apa yang dikatakan Putra Sirakh dalam kitabnya, “Seorang musuh manis dengan bibirnya, tetapi dalam hati merencanakan bagaimana ia dapat menjatuhkan dirimu ke dalam lobang.” (Sir 11: 16).