Sabtu, 15 Oktober 2016

HANYA MAU MASUK POLISI


Suatu hari, di sebuah TK, ibu guru bertanya kepada para muridnya.
Guru  : Siapa yang mau masuk sorga?
Murid : sayaa! (semua hampir serentak menjawab sambil mengangkat tangan kanannya, kecuali Toni)
Guru  : Ada yang mau masuk neraka?
Murid : Tidaaak! (anak-anak menjawab serentak)
Lagi-lagi Toni tidak memberikan reaksi atas pertanyaan gurunya. Dia hanya duduk diam di belakang, tanpa ekspresi. Melihat hal ini, Bu Guru mendekatinya dan bertanya.
Guru  : Toni, kamu mau masuk sorga atau neraka?
Toni   : Tidak dua-duanya, Bu.
Guru  : Lho, kenapa?
Toni   : Sejak kecil hingga sebelum bapak meninggal, bapak berpesan, “Toni, apapun yang terjadi, kamu harus masuk Polisi.
Guru  : %$#*&@)^%???
edited by: adrian
baca juga humor lainnya:
Cara Menentukan Jumlah Persembahan

Jumat, 14 Oktober 2016

Orang Kudus 14 Oktober: St. Gundisalvus Lagos

BEATO GUNDISALVUS LAGOS, PENGAKU IMAN
Gundisalvus lahir pada sekitar tahun 1360 di Lagos, Algarve, Portugal. Ia adalah putra dari seorang nelayan. Suatu hari Gundisalvus berkunjung ke sebuah gereja yang digembalakan oleh imam-imam Agustinian di Lisbon. Perjumpaan ini melahirkan rasa ketertarikan untuk menjalani hidup sebagai biarawan. Karena itu, Gundisalvus memutuskan untuk bergabung dengan Ordo St. Agustinus di Lisbon pada tahun 1380.
Setelah ditahbiskan sebagai imam, Gundisalvus dikenal karena keahliannya dalam teologi dan sebagai pengkotbah. Ia selalu menolak menerima gelar “master” terkait keahliannya itu. Perhatian Gundisalvus adalah mengajar anak-anak dan orang-orang yang tidak berpendidikan. Gundisalvus pernah menjabat superior pada beberapa biara Agustinian sampai ia menjabat sebagai prior biara Torres Vedras.
Gundisalvus menghabiskan sepuluh tahun terakhir hidupnya untuk berkarya mengajar anak-anak dan juga membantu orang-orang miskin. Gundisalvus meninggal dunia pada 15 Oktober 1422 di Torres Vedras, Faro, Portugal. Pada 23 Mei 1778 ia dibeatifikasi oleh Paus Pius VI.
Baca juga orang kudus hari ini:

Kamis, 13 Oktober 2016

HINGGA TUBUH RENTA, KAMI MASIH AKUR DAN TERUS BERDUA

Catatan Pengantar
Banyak orang berpikir bahwa perkawinan itu seperti berbisnis, ada untung dan rugi. Jika pendapat ini benar, maka Sumarto adalah orang yang beruntung. Orangtua dari Romo Wiratmo, OFMCap dan Romo Winarto, Pr ini membagikan pengalamannya kepada Maria Etty, yang kemudian dibukukan pada tahun 2002.
Awetnya Perkawinan Ini
Namaku R.F.J Dirdjo Sumarto. Saat ini (tahun 2002) usiaku 91 tahun, sementara istriku, Anastasia Siti Siliyah 80 tahun. Tanggal 1 Desember 1928 merupakan hari bersejarah bagi kami. Aku menikahi Siti di Gereja Purbayan, Solo. Saat itu usianya masih 14 tahun, sedangkan saya 26. Kini kami sudah 65 tahun mengarungi bahtera rumahtangga bersama, menghantar anak-anak (12 orang, tak termasuk anak asuh) ke jenjang kehidupan yang mapan.
Manis getirnya berumahtangga tentu sudah kami rasakan bersama. Tapi semua itu kami lalui dengan selamat. Hal ini kuyakini sebagai anugerah Tuhan yang sangat berharga. Bila ada orang bertanya apa resep hingga perkawinan kami bisa seawet ini, akan kujawab, “Kuncinya adalah doa, sehingga kami bisa terhindar dari pertengkaran hebat dalam perkawinan ini.”
Ketika menikah saya sudah bekerja sebagai guru Budi Pekerti dan Bahasa Jawa. Dengan penghasilan yang cukup baik untuk ukuran masa itu, kami membangun bersama kehidupan kami. Usia 15 tahun Siti sudah menjadi menjadi seorang ibu. Demikianlah tahun demi tahun anak-anak kami bertambah hingga 12 orang. Jarak usia mereka rata-rata terpaut 2 – 3 tahun. Saya selalu mendampingi istriku selama persalinan.