Senin, 26 September 2016

Orang Kudus 26 September: St. Delfina Glandieves

BEATA DELFINA GLANDIEVES, PENGAKU IMAN
Delfina Glandieves lahir pada sekitar tahun 1284 di Provence, Perancis. Ia adalah puteri dari keluarga bangsawan Puimichel. Sejak masih kecil Delfina kehilangan kedua orangtuanya. Ia diasuh oleh bibinya, abdis biara St. Catherine di Sorbo. Ketika berusia 14 tahun Delfina menikah dengan Santo Elzear. Keduanya mempraktekkan hidup dengan mempertahankan keperawanan mereka.
Delfina  dan Elzear bergabung dengan Ordo Ketiga St. Fransiskus. Ketika Elzear bertugas di istana Kerajaan Naples, Delfina ikut bersamanya dan bersahabat dengan Ratu Sanchia. Setelah kematian Elzear Delfina terus tinggal di istana Naples mendampingi Ratu Sanchia.
Pada saat Raja Robert, suami Ratu Sanchia, meninggal dunia, Ratu memilih menjadi biarawati Klaris, dan Delfina ikut menemaninya sampai kematian Ratu Sanchia. Delfina menjual semua hartanya dan membagikannya kepada orang miskin. Setelah itu ia pergi mengasingkan diri dari Naples ke Cabrieres, kemudian ke Apt, dimana suaminya dimakamkan.
Delfina Glandieves meninggal dunia pada 26 November 1360 di Apt, Perancis. Jenasahnya dimakamkan di samping suaminya. Pada sekitar tahun 1694 ia dibeatifikasi oleh Paus Innosensius XII.
Baca juga orang kudus hari ini:

Sabtu, 24 September 2016

CARA SBY PERTAHANKAN DINASTI YUDHOYONO DI DEMOKRAT

Pilkada DKI 2017 mempunyai daya magnetnya sendiri. Hampir semua mata penjuru Indonesia tertuju ke Jakarta. Karena itu, wajar bila seorang teman berkomentar bahwa pemilihan menuju DKI-1 tak jauh beda dengan pilpres lalu. Hal ini dimaklumi mengingat DKI Jakarta merupakan barometer politik Indonesia.
Pusat episentrum perpolitikan pilkada DKI adalah sosok petahana, yaitu Basuki Tjahaya Purnama, atau yang biasa disapa Ahok. Sejak mengajukan diri kembali menjadi Gubernur DKI Jakarta periode 2017 – 2022, mulai dari calon independen hingga calon partai, ada banyak partai dan perseorangan berusaha untuk menjegal niat Ahok. Partai-partai, minus 3 partai pengusung awal Ahok (Nasdem, Hanura dan Golkar) membentuk koalisi kekeluargaan dengan prinsip: asal bukan Ahok. Tak kalah menarik juga kemunculan beberapa tokoh, mulai dari Yusril hingga Rizal Ramli, yang juga berprinsip sama seperti partai.
Akhirnya semua kita mengetahui akhir dari drama percalonan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta. Koalisi Kekeluargaan pecah (sama seperti koalisi permanen pada masa pilpres 2014 lalu), yang berawal dari masuknya PDIP ke kubu petahana. Perpecahan ini memunculkan dua poros, yaitu poros Yudhoyono atau biasa disebut poros Cikeas, dan poros Prabowo. Sementara itu, beberapa tokoh yang cukup santer namanya, seperti Yusril, Rizal Ramli, Anis Baswedan, Hasnaeni Moein, dll, bak hilang ditelan bumi. Metro TV, dalam acara “Selamat Pagi Indonesia” Jumat (23/09) menyebut mereka sebagai “Layu Sebelum Berkembang”.
Sangat menarik untuk mencermati pilihan poros Cikeas, yang terdiri dari Partai Demokrat, PAN, PKB dan PPP. Setelah melalui rapat panjang, Kamis (22/09) malam poros ini mendeklarasikan Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni sebagai pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI untuk melawan pasangan calon Ahok dan Djarot, yang Kamis kemarin sudah mendaftar di KPU. Sekedar diketahui Agus Harimurti adalah anak kandung SBY, yang saat ini masih aktif di ketentaraan dengan pangkal mayor infanteri.
Banyak reaksi dan tanggapan dari pengamat, baik senior maupun yunior. Ada pengamat menilai langkah poros Cikeas mengusung Agus Harimurti sebagai langkah antara bingung dan terpaksa. Ada juga yang mempertanyakan apakah ini merupakan langkah berani atau bunuh diri. Umumnya mereka terkejut atau kaget atas terpilihnya Agus Harimurti. Karena itu, Kosmas Lawa Bagho membuat tulisan di kompasiana dengan judul “Poros Cikeas Membuat Kejutan yang Mengejutkan”. Semua memberi penilaian negatif terhadap terpilihnya Agus Harmurti sebagai calon gubernur.

Jumat, 23 September 2016

KADO ULTAH KE-61 BUAT KORLANTAS POLRI

Tanggal 22 September merupakan hari jadi Korps Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia yang ke-61. Acara syukuran ulangtahun ini diadakan di JCC Jakarta Pusat. Hadir dalam acara ini Bapak Kapolri, Jenderal Polisi Tito Karnavian. Akan tetapi, berita tentang acara ulangtahun Korlantas ini seakan tenggelam oleh pemberitaan DKI1 dan juga Kopi Bersianida.
Dalam acara syukuran itu Bapak Kapolri memberikan penghargaan kepada lima anggota polisi lalu lintas yang berjasa dalam menjalankan tugasnya. Sangat menarik untuk mencermati kata sambutan Kapolri. Dalam kata sambutan itu Kapolri menyampaikan dua harapan besar terhadap polisi, khususnya Korlantas. Pertama, agar polisi, dalam hal ini Korlantas, harus bekerja lebih baik lagi. Kedua, supaya tidak ada oknum polisi yang bermain dalam pembuatan SIM.
Tentulah kita sudah tahu apa yang dimaksud dengan permainan dalam pembuatan SIM. Semuanya ujung-ujungnya adalah duit. Ada praktek percaloan atau juga penipuan terkait urusan SIM. Berhubung dengan hal ini, saya mau berbagi pengalaman. Mungkin Bapak Kapolri dan Kakorlantas Mabes Polri berkenan membacanya. Pengalaman ini terkait juga dengan dua harapan Bapak Kapolri di atas.
Pada 12 Juli lalu, sekitar pukul 09.00 WIB saya mengurus mutasi keluar SIM A dan C di Polres Karimun. Semua berkas administrasi sudah lengkap. Petugas yang menarima bernama Cendy. Setelah menerima berkas tersebut, beliau mengatakan bahwa kemungkinan selesai sekitar pukul 15.00. Beliau akan menghubungi saya pada nomor HP yang saya berikan.
Hingga pukul 16.00 tidak ada telepon yang masuk, sementara pukul 17.00 saya ada acara di Sei Bati. Saya berangkat ke Sei Bati sekitar pukul 16.30, dan saat itu pun tidak ada telepon. Pada pukul 22.30 saya baru tiba di rumah, dan menemukan ada 2 kali panggilan dari nomor baru. Saya menduga itu panggilan dari Polres Karimun, sehingga saya memutuskan kembali ke sana besok.
Berhubung 13 Juli kota Tanjung Balai Karimun diguyur hujan hampir seharian, saya memutuskan untuk ke Polres pada 14 Juli. Kembali saya menghadap Bapak Cendy. Setelah menjelaskan perihal surat mutasi keluar SIM saya, beliau menyatakan bahwa biaya mutasi per sim adalah Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah). Karena ada dua SIM (A dan C) maka total semuanya Rp. 200.000,-
Baru pada 20 September saya tiba di Pangkalpinang. Keesokan harinya saya langsung mengurus mutasi masuk SIM. Dengan berkas yang ada, sekitar pukul 09.00 WIB saya menghadap petugas. Beliau langsung menyerahkan dua formulir beserta kwitansi yang harus saya isi. Sebelumnya petugas ini menjelaskan proses dan apa yang bakal terjadi dengan dua SIM saya yang lama. Penjelasan beliau sesuai juga dengan keinginan saya, yaitu bahwa SIM yang baru nanti sudah langsung perpanjangan.