Selasa, 12 April 2016

Orang Kudus 12 April: St. Sabas Goth


SANTO SABAS GOTH, MARTIR

Informasi masa kecil dan latar belakang keluarga Santo Sabas kurang diketahui dengan pasti. Yang jelas Sabas hidup di kota Targovosta, Dasia (Rumania) pada abad IV. Ia kenal sebagai seorang martir karena giat sekali meneguhkan iman orang-orang Kristen Goth. Ia miskin dan tidak mempunyai kedudukan dalam masyarakat. Oleh karena berbudi luhur dan beriman teguh, ia ditahbiskan menjadi lektor untuk membantu imam-imam dalam upacara-upacara gerejawi.
Ia pun giat meneguhkan iman saudara-saudaranya agar tidak mengikuti praktek-praktek kekafiran kepada dewa-dewi. Kepada walikota yang merencanakan penganiayaan besar-besaran terhadap orang-orang Kristen, Sabas dengan tegas menyataan dirinya sebagai orang kristiani yang rela mati bagi Kristus. Pada tahun 372, ketika ia menyelenggarakan perayaan Paskah di rumahnya, ia ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh walikota. Ia ditenggelamkan ke sungai dekat Buzan, Rumania. Kepada para pelaksana hukuman mati atas dirinya, ia berkata, “Lakukanlah sebaik-baiknya apa yang menjadi kewajibanmu saat ini. Aku tidak gentar sedikit pun sebab aku tahu apa yang akan kuterima dari Tuhanku sebagai pahala, yakni takhta kemuliaan surgawi bersama-Nya.”
sumber: Iman Katolik
Baca juga orang kudus hari ini:
St. Yulius I

Mari Belajar dari Hewan: Bersatu Atasi Masalah Bersama

Tentu kita sudah pernah mendengar pepatah: “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”. Pepatah ini bukanlah sekedar slogan kosong belaka, melainkan memiliki makna. Pepatah ini mengajak kita untuk bersatu dalam menghadapi tantangan dan masalah. Jika kita menghadapi masalah bersama secara sendiri-sendiri, pastilah kita akan binasa. Namun jika dihadapi dalam kebersamaan dan kesatuan, kita pasti menang.
Tayangan di atas ini mau menggambarkan pepatah tersebut. Di sana ada kepiting, semut dan penguin. Ketiganya merupakan hewan terlemah bila dihadapkan dengan lawannya: burung camar, tapir dan paus orcha. Namun mereka dapat mengatasi masalah mereka. Meski terlihat kecil dan rapuh, mereka dapat menang atas lawannya yang besar dan kuat.
Bagaimana dengan kita???

Minggu, 10 April 2016

Pesan Paus Fransiskus untuk Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-50

KOMUNIKASI & KERAHIMAN: PERJUMPAAN YANG MEMERDEKAKAN
Saudara dan saudari terkasih,
TAHUN SUCI Kerahiman mengajak kita semua untuk merefleksikan keterkaitan antara komunikasi dan kerahiman. Gereja, dalam kesatuan dengan Kristus sebagai penjelmaan yang hidup dari Bapa Yang Maha Rahim, dipanggil untuk mewujudkan kerahiman sebagai ciri khas dari seluruh diri dan perbuatannya. Apa yang kita katakan dan cara kita mengatakannya, setiap kata dan sikap kita, harus mengungkapkan kemurahan, kelembutan dan pengampunan Allah bagi semua orang. Kasih, pada hakikatnya, adalah komunikasi; kasih mengarah kepada keterbukaan dan kesediaan untuk berbagi. Jika hati dan tindakan kita diilhami oleh kasih insani, kasih ilahi, maka komunikasi kita akan disentuh oleh kuasa Allah sendiri.
Sebagai putra dan putri Allah, kita dipanggil untuk berkomunikasi dengan semua orang, tanpa kecuali. Dengan caranya yang khusus, perkataan dan perbuatan Gereja dimaksudkan seluruhnya untuk menyampaikan kerahiman, menjamah hati orang-orang dan mendukung perjalanan manusia menuju kepenuhan hidup seperti yang dimaksudkan Bapa ketika mengutus Yesus Kristus ke dunia. Ini berarti bahwa kita sendiri haruslah bersedia menerima kehangatan Bunda Gereja dan berbagi kehangatan itu dengan orang lain, sehingga Yesus dapat dikenal dan dikasihi. Kehangatan itulah yang memberi hakikat kepada sabda iman; melalui pewartaan dan kesaksian kita, sabda iman itu menyalakan “percikan api” yang memberi mereka kehidupan.
Komunikasi memiliki kekuatan untuk mempertemukan, menciptakan perjumpaan dan penyertaan, dan dengan demikian memperkaya manusia. Betapa indahnya ketika orang-orang memilih kata-kata dan melakukan perbuatan dengan penuh kepekaan, agar bisa terhindar dari kesalahpahaman, untuk menyembuhkan kenangan-kenangan yang terluka dan membangun perdamaian dan keharmonisan. Kata-kata dapat mempertemukan pribadi-pribadi, antar anggota keluarga, dunia nyata maupun dunia digital. Perkataan dan perbuatan kita seharusnya diungkapkan dan dilakukan untuk membantu kita semua agar terbebas dari lingkaran setan untuk selalu menyalahkan dan membalas dendam yang terus menerus menghantui manusia baik secara pribadi maupun dalam komunitasnya, yang pada akhirnya memicu ungkapan-ungkapan kebencian. Perkataan orang-orang Kristen haruslah menjadi sebuah dukungan terus menerus bagi komunitas dan bahkan dalam hal dimana manusia harus mengutuk kejahatan dengan tegas, hal ini seharusnya tidak sampai memutuskan relasi dan komunikasi.