Senin, 04 Januari 2016
Kamis, 31 Desember 2015
Memahami Maria sebagai Bunda Allah
MARIA BUNDA ALLAH
Setiap tanggal 1 Januari
Gereja Semesta mempersembahkannya kepada Bunda Maria sebagai Hari Raya Santa
Maria Bunda Allah. Banyak orang sinis terhadap gelar ini. Bukankah Maria itu
manusia biasa. Kenapa dia disebut Bunda Allah? Orang menilai bahwa dengan gelar
tersebut Bunda Maria dilihat sebagai Allah. Dan ada yang mengidentikkan Roh
Kudus dengan Bunda Maria.
Untuk memahami gelar “Bunda
Allah”, pertama-tama kita harus mengerti dengan jelas siapa Yesus, yang
dikandung dan dilahirkan oleh Maria. Injil sudah mengatakan bahwa Maria
mengandung dari kuasa Roh Kudus (lih. Luk 1: 26 – 38 dan Mat 1: 18 – 25). Dan
yang dikandung adalah Yesus Kristus. Jadi, dari sini pemahaman kita akan
beralih dari siapa Yesus kepada peran Maria sebagai Bunda Yesus Kristus.
Sebagai orang katolik, kita
sungguh-sungguh yakin bahwa Yesus adalah sungguh Allah dan sungguh manusia.
Melalui Maria, Yesus Kristus, yang adalah pribadi kedua dari Tritunggal
Mahakudus, memasuki dunia ini dengan mengenakan daging manusia dan jiwa
manusia. Jadi, dalam rahim Maria bersemayam Allah yang sekaligus juga manusia,
yang kelak akan diberi nama Yesus. Namun kehamilan itu tidak mengubah
kemanusiaan Maria menjadi ilahi. Maria tetaplah manusia biasa, tapi memiliki
keistimewaan.
Gelar “Bunda Allah” yang
melekat pada Maria sudah menjadi keyakinan umat sejak Gereja Perdana. Santo Yohanes Krisostomus (wafat tahun 404), misalnya, mengubah dalam Doa Syukur
Agung Misanya, suatu madah untuk menghormati Bunda Maria. “Sungguh, semata-mata
guna memaklumkan bahwa engkau terberkati, ya Bunda Allah, yang paling
terberkati, yang sepenuhnya murni dan Bunda Allah kami. Kami mengagungkan
engkau yang lebih terhormat daripada kerubim dan lebih mulia secara tak bertara
daripada seraphim. Engkau, yang tanpa kehilangan keperawananmu, melahirkan
Sabda Tuhan. Engkau yang adalah sungguh Bunda Allah.”
Orang Kudus 31 Desember: St. Silvester
SANTO SILVESTER, PAUS
Paus Silvester adalah Paus
dan orang kudus pertama yang wafat bukan sebagai martir. Informasi tentang
kehidupannya sangat terbatas. Silvester menjadi Paus antara tahun 314 – 335,
pada masa pemerintahan Kaisar Konstantin Agung. Pada masa itu, sesuai ketetapan
kaisar di dalam Edikta Milano, agama Kristen menjadi agama resmi yang berlaku
di seluruh kekaisaran. Dengan itu, orang-orang Kristen mulai keluar dari tempat
persembunyiannya di katakombe-katakombe dan tidak takut-takut lagi melakukan
kegiatan-kegiatan keagamaan di hadapan umum.
Posisi hukum Gereja menjadi
sangat kuat di bawah Kaisar Konstantin Agung. Istana Lateran dihadiakan kepad
Takhta Suci oleh Konstantin. Oleh Paus Silvester, istana itu diubah menjadi
Gereja Katedral Keuskupan Roma. Gereja Katedral ini menjadi lambing kemerdekaan
Gereja dari penguasaan kaisar-kaisar Romawi semenjak kelahirannya. Pada masa
kepemimpinannya, Silvester juga mendirikan Gereja Santo Petrus di Vatikan dan
rumah-rumah ibadat lainnya di seluruh kota Roma.
Bersama kaisar, Silvester
mengambil bagian juga di dalam penyelenggaraan Konsili Ekumenis Pertama di
Nicea pada tahun 325 untuk menghukum ajaran sesat Arianisme. Selama masa
pontifikatnya, buku “Para Martir Romawi” (Martyrology Romanum) dikerjakan. Ia juga
berjuang memajukan kehidupan liturgy dan mendirikan sekolah seni suara di Roma.
sumber:
Iman Katolik
Baca
juga orang kudus hari ini:
Langganan:
Postingan (Atom)