Minggu, 07 Juni 2015

Renungan HR Tubuh & Darah Kristus, Thn B

Renungan Hari Raya Tubuh & Darah Kristus, Thn B/I
Bac I  Kel 24: 3 – 8; Bac II        Ibr 9: 11 – 15;

Hari ini Gereja Universal mengajak kita untuk merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Tubuh dan Darah, dalam tradisi Israel, merupakan lambang korban keselamatan. Karena itu, tubuh dan darah Kristus adalah korban untuk keselamatan umat manusia. Bacaan-bacaan liturgi hari ini mengungkapkan hal tersebut. Bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Keluaran, bisa menjadi latar belakang tradisi korban ini. Diceritakan bahwa Musa meminta orang-orang muda bangsa Israel untuk “mempersembahkan korban bakaran dan menyembelih lembu-lembu jantan sebagai korban keselamatan kepada Tuhan.” (ay. 5). Kemudian darah korban itu direciki ke umat.
Tradisi Israel ini kemudian direfleksikan penulis Kitab Surat kepada Orang Ibrani dengan mengaitkannya pada korban Kristus di salib. Penulis melihat bahwa Tuhan Yesus hadir sebagai Imam Besar yang membawa korban persembahan. Namun berbeda dengan imam besar lainnya, Tuhan Yesus tidak membawa domba jantan atau anak lembu melainkan diri-Nya sendiri sebagai persembahan itu. Darah yang dicurahkan untuk “menguduskan mereka yang najis” (ay. 13) bukanlah darah domba jantan atau anak lembu, tetapi darah Tuhan Yesus sendiri. Karena itu, penulis surat ini mengatakan bahwa jika darah domba jantan atau anak lembu saja bisa menyucikan, lebih lagi darah Kristus (ay. 14).
Injil hari ini berkisah tentang perjamuan malam terakhir Tuhan Yesus bersama para murid-Nya. Meski perjamuan, di sana ada juga persembahan. Dalam perjamuan itu, Tuhan Yesus seakan mengulang kembali tradisi korban persembahan dengan menggunakan media yang berbeda. Dia tidak memakai tubuh hewan dan darahnya, melainkan roti dan anggur. Namun nilai keduanya serupa dengan korban biasanya, karena roti itu menjadi tubuh-Nya, dan anggur itu adalah darah-Nya. Secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa Tuhan Yesus tengah mempersiapkan komunitas baru dengan suatu tradisi baru. Mereka tidak lagi merayakan korban keselamatan itu dengan korban bakaran domba jantan atau anak lembu, melainkan dengan perjamuan roti dan anggur. Inilah ekaristi yang hingga kini dijalani umat kristiani.
Sabda Tuhan hari ini mau menjelaskan dan menegaskan kepada kita tentang perjalanan tubuh dan darah Kristus sebagai korban keselamatan. Dewasa kini tubuh dan darah Kristus hadir dalam perayaan ekaristi. Kita disadarkan bahwa perayaan ekaristi memiliki latar belakang tradisi korban dari bangsa Israel, yang mempunyai tujuan untuk keselamatan. Karena itu, ekaristi pun harus dilihat sebagai perayaan keselamatan. Dengan merayakan ekaristi, kita disadarkan bahwa Tuhan Yesus telah mengorbankan diri-Nya di kayu salib demi keselamatan kita. Oleh karena itu, karena begitu mulianya perayaan itu, hendaklah kita menaruh hormat pada perayaan ekaristi dan senantiasa bersyukur pada Kristus yang rela berkorban demi kita.***
by: adrian

Sabtu, 06 Juni 2015

Ziarah ke Israel #2

MENGUNJUNGI BUKIT NEBO

Ini merupakan tempat terakhir Musa. Dari sini ia menatap Negeri Kanaan. Namun, ia tidak diperkenankan Tuhan untuk masuk ke Kanaan.

Renungan Hari Sabtu Biasa IX - Thn I

Renungan Hari Sabtu Biasa IX, Thn B/I
Bac I  Tob 12: 1, 5 – 15, 20; Injil        Mrk 12: 38 – 44;

Sabda Tuhan dalam bacaan liturgi hari ini berbicara tentang persembahan. Dalam Injil hari ini Tuhan Yesus menerangkan mengenai persembahan janda miskin. Dikatakan bahwa Tuhan Yesus duduk di dekat peti persembahan dan memperhatikan orang-orang yang memberikan persembahannya. Ada orang kaya yang memberi persembahan dalam jumlah yang besar. Namun ada seorang janda miskin yang hanya memasukkan satu duit. Dari sini Tuhan Yesus menegaskan bahwa janda miskin itu memberikan persembahan yang lebih besar ketimbang persembahan orang-orang kaya. Alasanya, selain ia memberikan seluruh nafkahnya, ada ketulusan dan kejujuran di dalam persembahannya.
Pengajaran Tuhan Yesus mengenai persembahan kembali terlihat dalam bacaan pertama yang diambil dari Kitab Tobit. Dalam bacaan pertama ditampilkan pernyataan Rafael kepada Tobit dan Tobia. Salah satu poin yang disampaikannya adalah “Lebih baiklah doa benar dan sedekah jujur daripada kekayaan orang lalim.” (ay. 8). Di sini Rafael hendak menekankan bahwa sedekah itu harus lahir dari kejujuran dan ketulusan hati.
Dalam kehidupan kita sering diajak untuk memberi sedekah atau persembahan kepada Tuhan dan sesama. Tak jarang dalam memberikan sedekah atau persembahan itu kita sering membuat berbagai perhitungan. Sering perhitungan ekonomis selalu masuk dalam kriteria. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk memberi dengan jujur dan tulus. Tuhan menghendaki supaya persembahan dan sedekah itu lahir dari hati kita. Sedekah atau persembahan dari hati pertama-tama bertujuan demi kemuliaan Allah.***
by: adrian