Sabtu, 17 Agustus 2013

HUT Proklamasi dlm Liturgi Katolik

Merayakan ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia, sama artinya merayakan proklamasi bangsa Indonesia yang dikumandangkan oleh Bung Karno. Alasannya karena kemerdekaan bangsa Indonesia dimulai saat Bung Karno, atas nama bangsa Indonesia, membacakan teks proklamasi kemerdekaan, yang diketik Sayuti Melik. Kemerdekaan itu adalah kemerdekaan seluruh rakyat Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Karena itu juga, kegembiraan atas ulang tahun kemerdekaan RI ini adalah kegembiraan semua rakyat Indonesia.
Atas kegembiraan itu, rakyat Indonesia diajak untuk menghaturkan syukur. Semua rakyat Indonesia bergembira merayakan hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia. Mereka merayakan dengan berbagai macam kegiatan. Umat Katolik di seluruh Indonesia merayakannya dengan perayaan ekaristi. Ulang tahun proklamasi dalam liturgi orang Katolik termasuk Hari Raya. Karena itu, perayaan ekaristinya meriah.
Dalam perayaan ekaristi itu, umat Katolik diajak untuk menghaturkan syukur kepada Tuhan karena anugerah kemerdekaan yang diberikan-Nya. Bagi umat Katolik, kemerdekaan yang didapat bangsa Indonesia bukan semata-mata perjuangan anak bangsa, melainkan juga anugerah, rahmat dan berkat Tuhan. Hal ini senada dengan bunyi alinea ketiga mukadimah UUD’45, “Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.”
Umat Katolik juga diajak untuk mengenangkan jasa para pahlawan serta mendoakan mereka. Perjuangan merekalah (dan dengan karunia Allah) yang menghasilkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Selain itu, dalam perayaan ekaristi itu juga umat Katolik berdoa untuk bangsa Indonesia, seluruh rakyat Indonesia agar terhindar dari mala petaka dan dapat mencapai kesejahteraan serta hidup damai. Umat berdoa bukan hanya untuk umat Katolik atau Kristen saja, melainkan untuk semua rakyat Indonesia, tanpa melihat suku, ras, agama, golongan dan aliran ideologinya.
Selain bersyukur dan berdoa, umat Katolik diajak juga untuk merenung Sabda Tuhan. Berhubung ulang tahun kemerdekaan ini dalam liturgi Katolik termasuk Hari Raya, maka ada 3 bacaan Sabda Tuhan untuk direnungkan.
Bacaan Pertama: Kitab Putra Sirakh 10:1-8
"Para penguasa bertanggung jawab atas rakyatnya."

Pemerintah yang bijak menjamin ketertiban dalam masyarakat, pemerintah yang arif adalah yang teratur. Seperti para penguasa, demikian pula para pegawainya, seperti pemerintah kota, demikian pula semua penduduknya. Raja yang tidak terdidik membinasakan rakyatnya, tetapi sebuah kota sejahtera berkat kearifan para pembesarnya. Di dalam tangan Tuhan terletak kuasa atas bumi, dan pada waktunya Ia mengangkat orang yang serasi atasnya. Di dalam tangan Tuhanlah terletak kemujuran seseorang, dan kepada para pejabat Tuhan mengaruniakan martabat. Janganlah pernah menaruh benci kepada sesamamu, apa pun juga kesalahannya, dan jangan berbuat apa-apa terpengaruh oleh nafsu. Kecongkakan dibenci oleh Tuhan maupun manusia, dan bagi kedua-duanya kelaliman adalah salah. Pemerintahan beralih dari bangsa yang satu kepada bangsa yang lain akibat kelaliman, kekerasan, dan uang.

Bacaan Kedua: Surat 1 Petrus 2:13-17
"Berlakulah sebagai orang yang merdeka."

Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik. Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh. Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah. Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!

Bacaan Injil: Matius 22:15-21
" Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."

Kemudian pergilah orang-orang Farisi; mereka berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama orang-orang Herodian bertanya kepada-Nya: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?" Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu." Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya. Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah ini?" Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah." Mendengar itu heranlah mereka dan meninggalkan Yesus lalu pergi.

Penutup
Ibadat merupakan salah satu kegiatan keagamaan sebagai wujud dari iman. Setiap agama pasti mempunyai cara ibadatnya. Ibadat adalah bentuk komunikasi manusia dengan Allahnya. Dalam komunikasi itulah manusia menyampaikan beberapa hal dalam hidupnya, baik syukur maupun permohonan.
Berkaitan dengan hari kemerdekaan Republik Indonesia, umat Katolik mengadakan ibadat. Dalam ibadat tersebut terjadilah komunikasi antara Allah dan umat-Nya. Ada dialog antara manusia dan Allah. Manusia menyampaikan rasa syukur dan mohon berkat Tuhan atas bangsa dan tanah air. Allah menyampaikan pesan-Nya berkaitan dengan hari kemerdekaan lewat sabda-Nya. Setelah manusia mendengar sabda Allah, langkah lanjutnya adalah merenungkannya. Dan setelah merenungkannya manusia diajak untuk melakukannya dalam kehidupan sesuai pesan Allah dalam sabda-Nya.
Tanjung Balai Karimun, 16 Agustus 2012
by: adrian

Orang Kudus 17 Agustus: St. Hyasintus

SANTO HYASINTUS, PENGAKU IMAN
Hyasintus lahir pada tahun 1185 di Breslan, Silesia, Jerman Timur, dari keluarga bangsawan Odrowaz. Setelah menamatkan studinya, ia ditahbiskan menjadi imam. Karya imamatnya dimulai di Katedral Krakau, Polandia. Pada umur 35 tahun, bersama adiknya Seslaus, Hyasintus menemani uskupnya dalam perjalanan ke Roma.

Kesempatan itu dipakai untuk menemui Santo Dominikus, pendiri Ordo Pengkotbah. Semangat kerasulan dan kemiskinan para biarawan ordo itu sangat mereka kagumi. Pada pertemuan itu, Hyasintus meminta Dominikus agar mengutus beberapa biarawannya untuk mewartakan Injil di Eropa Utara. Permohonan itu tidak dikabulkan karena masalah kekurangan tenaga imam. Secara tak terduga, kedua bersaudara itu meminta Dominikus agar diterima dalam Ordo Pengkotbah. Dengan senang hati, Dominikus menerima kedua bersaudara itu dalam pangkuan ordonya.

Hyasintus bersama Seslaus, meskipun sudah lama bekerja sebagai imam, bersedia menjalani lagi masa novisiat untuk melatih diri dan membentuk diri mengikuti semangat Ordo Pengkotbah dan semua keutamaan kristen yang diperjuangkan ordo itu. Setelah mereka mengikrarkan kaul-kaul kebiaraan, Hyasintus dan Seslaus diutus ke Eropa Utara sebagai misionaris Dominikan pertama di wilayah itu.

Sebagai perintis Ordo Pengkotbah di Eropa Utara, kedua bersaudara itu mengalami banyak hambatan dalam karyanya. Namun Tuhan senantiasa menyertai mereka dengan banyak karuniamujizat. Mula-mula Hyasintus menjelajahi seluruh Polandia untuk mewartakan Injil. Ia berhasil menobatkan banyak orang di semua kota. Selanjutnya ia berkotbah di wilayah-wilayah Jerman, Denmark, Swedia, Austria dan Rusia sampai ke Laut Hitam. Kehidupannya yang sederhana dan sucimenjadi pendukung kuat bagi kotbah-kotbahnya dan hal ini berhasil menarik minat banyak pemuda.

Pemuda-pemuda yang dengan rela meledani Hyasintus dibina untuk menjadi imam-imam Dominikan. Untuk itu Hyasintus mendirikan banyak biara Dominikan di berbagai tempat sebagai pusat pendidikan bagi semua pemuda yang mau menjadi imam dalam Ordo Dominikan.

Dikatakan bahwa Hyasintus sepanjang hidupnya (72 tahun) pernah mengalami sakit, termasuk penyakit ketuaan dan semua penderitaan lain yang disebabkan oleh usia yang sudah lanjut. Ia akhirnya gugur sebagai seorang ksatria Kristus yang memberi kesaksian iman secara luar biasa. Pada tanggal 14 Agustus 1257, ia jatuh sakit dan meninggal dunia pada tanggal 15 Agustus 1257, tepat dengan Pesta Maria Diangkat Ke Surga.

sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Proklamasi RI, Thn I - C

Renungan Hari Proklamasi RI, Thn C/I
Bac I   : Sir 10: 1 – 8; Bac II          : 1Ptr 2: 13 – 17;
Injil     : Mat 20: 3 – 12

Hari ini, sebagai warga negara, kita merayakan hari kemerdekaan bangsa kita dari penjajahan bangsa asing. Tema sabda Tuhan dalam bacaan liturgi kemerdekaan ini adalah bijaksana. Secara tidak langsung Tuhan menghendaki agar kita menggunakan kemerdekaan kita dengan bijaksana.

Dalam bacaan pertama, penulis Putera Sirakh mengatakan bahwa pemimpin yang bijaksana akan mendatangkan ketertiban dan keteraturan (ay.1) dan kesejahteraan (ay. 3). Sedangkan dalam bacaan kedua, Petrus dalam suratnya yang pertama, menegaskan agar kita tidak menyalahgunakan kemerdekaan demi kepentingan diri sendiri. Petrus menghendaki agar kita hidup “sebagai orang merdeka” (ay. 16), yang berarti menggunakan kemerdekaan dengan bijaksana. Hidup merdeka dengan bijaksana dapat terlihat dalam sikap menghormati dan mengasihi sesama, takut akan Allah dan menghormati pemimpin pemerintahan (ay. 17).

Sikap bijaksana diperlihatkan Yesus dalam kisah perumpamaan orang-orang upahan di kebun anggur. Meski secara manusiawi ada kesan tidak adil, di sini Yesus mau menunjukkan bagaimana tuan empunya kebun menggunakan kemerdekaannya secara bijaksana, tanpa pilih-pilih.

Sabda Tuhan hari ini mengajak kita menghayati kemerdekaan negara kita dengan bijaksana. Kita dapat memulai dari diri kita. Dengan kebijaksanaan itulah maka akan tercipta cita-cita bangsa ini, yaitu kesejahteraan hidup, yang dalam bahasa imannya adalah Kerajaan Allah.

by: adrian