Kamis, 21 Februari 2013

Cara Baru Melihat Konflik Israel vs Palestina

Perang antara Palestina dan Israel memang sudah berlangsung cukup lama. Akan tetapi ada banyak orang menyikapi keliru persoalan tersebut, khususnya rakyat Indonesia. Ketika terjadi konflik antara Palestina dan Israel, misalnya tentara Israel menembak mati warga Palestina, dengan sangat mudah segelintir orang mengklaimnya sebagai konflik agama: Islam vs Yahudi. Karena itu, banyak demo yang mengutuk tindakan Israel dengan menggunakan atribut keagamaan atau mengatasnamakan agama.
Melihat fenomena itu tentulah kita berpikir bahwa Palestina itu adalah negara Islam dan Israel adalah negara Yahudi. Padahal kita tidak tahu banyak soal persentase penduduk, baik di Palestina maupun di Israel. Satu hal yang harus disadari adalah bahwa TIDAK semua penduduk Palestina itu beragama Islam; demikian pula dengan Israel, tidak semua warga Israel itu beragama Yahudi. Tidak semua korban kekejaman Israel itu adalah umat Islam.
Tentulah kita akan terkejut dengan pengakuan Fariz Mehdawi, Duta besar Palestina untuk Indonesia, bahwa persentase terbesar penduduk di Palestina adalah penganut Yahudi bukan Islam atau Kristen yang selama ini dikenal. Hal ini disampaikan Fariz Mehdawi ketika ditemui dalam seminar memperingati Hari Internasional Solidaritas untuk Palestina yang berlangsung di Auditorium Yustinus Universitas Atmadjaya, Jakarta Rabu (30/11/2011).
Fariz Mehdawi menjelaskan, “Di Palestina 50% penduduknya beragama Yahudi dan sisanya beragama Kristen dan Muslim yang berada di daerah Tepi Barat dan Yerusalem.” Karena itulah Mehdawi heran dengan beberapa orang dan kelompok yang selalu berteriak “alahu akbar” dan membawa atribut agama untuk mendukung Palestina serta mengutuk Israel tanpa mengetahui permasalahan yang terjadi di Palestina.
“Saya bingung dan heran dengan isu dan teriakan “alahu akbar” dari orang-orang terhadap yang terjadi antara Palestina dan Israel padahal mereka tidak tahu apa-apa dan tidak ada peran sama sekali untuk membantu kami, nol besar.” Ungkapnya
Hal yang sama juga bila kita melihat ke Israel, khususnya tentaranya. Ada sekitar lebih dari 10.000 orang tentara Israel beragama Islam. Perlu diketahui juga bahwa lebih dari 20 % dari jumlah total penduduk Israel adalah umat Islam. Jadi, ketika ada berita tentara Israel menyerang Palestina, bisa saja terjadi di sana tentara Israel yang muslin menyerang orang Palestina yang Yahudi atau juga yang Islam; atau tentara Israel yang Yahudi menyerang orang Palestina yang Yahudi.

Perlu diketahui juga bahwa tidak semua orang Israel membenci Palestina dan suka perang. Malahan di Israel ada kelompok pemuda mendirikan gerakan Shalom Akshav atau Peace Now Movement. Mereka juga menekan pemerintahan Israel untuk merealisasikan perdamaian, bukan hanya dengan negara-negara di kawasan Timur Tengah tetapi juga terlebih-lebih dengan Palestina. Karena itu tidak heran jika hasil survei baru-baru ini (thn 2012) dari lembaga survei Israel, Hayon, mengatakan mayoritas warga Israel menginginkan Palestina merdeka.
Karena itu sangat menyedihkan bila kita melihat reaksi orang yang tidak tahu apa-apa soal Palestina dan Israel. Mereka dengan sangat mudah menghujat Israel karena keyahudiannya; dan membela Palestina karena keislamannya. Untuk itu, kita perlu membuka diri dan melihat masalah ini dengan hati yang bening. Jauh lebih bijaksana jika kita melihat permasalahan Palestina dan Israel dengan menanggalkan jubah keagamaan, suku, golongan dan bangsa kita sehingga kita hanya melihat sisi kemanusiaan saja.
by: adrian
sumber:
      3.       Karen Amstrong, Perang Suci: Kisah Detail Perang Salib, Akar Pemicunya dan Dampaknya terhadap Zaman Sekarang (terjemahan). Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2003.

Orang Kudus 21 Februari: St. Petrus Damianus

SANTO PETRUS DAMIANUS, USKUP & PUJANGGA GEREJA
Orang tua Petrus Damianus meninggal selagi ia masih kecil. Kakaknya yang sulung memikul tanggung jawab untuk membesarkan Petrus Damianus. Meskipun demikian, Petrus Damianus tidak menikmati suatu hidup yang baik dan membahagiakan di rumah kakaknya itu. Ia diperlakukan secara kejam. Menyaksikan keadaan Petrus Damianus, seorang saudaranya yang sudah menjadi imam, mengirim di untuk belajar di Parma.

Di sekolah ini Petrus Damianus mengalami perkembangan yang sangat baik. Tingkah lakunya disenangi banyak orang. Ia meraih prestasi luar biasa dalam semua mata pelajaran. Di antara kawan-kawannya, Petrus Damianus dikenal sebagai anak yang suka menolong kawan-kawannya yang mengalami kesusahan dan berbagai kesulitan. Ia memberikan uang kepada mereka yang meskipun tunjangan hidupnya sendiri sangat tidak memadai.

Setelah menjalani suatu sejarah hidup yang kelam dan panjang, ia akhirnya ditahbiskan menjadi imam. Tekadnya sebagai imam ialah ‘tidak mau mengabdi Tuhan setengah-setengah’. Karena itu ia mengambil keputusan untuk meninggalkan segala-galanya, lalu menjadi seorang rahib di pertapaan Fonte Avellana.

Kebijaksanaan, kepintaran dan kerendahan hatinya membuat dia disenangi oleh semua rahib di pertapaan itu. Akhirnya ia diangkat menjadi pemimpin pertapaan itu. Dalam kedudukannya sebagai pemimpin, pertapaannya mengalami perubahan-perubahan yang menggembirakan. Ia juga sering diminta untuk membantu membereskan masalah-masalah yang menimpa biara-biara lain. Ia pun diangkat penasehat pribadi untuk tujuh orang paus. Karena semua prestasinya itu, Petrus Damianus akhirnya dipilih menjadi uskup dan kardinal di Ostia oleh Paus Stephanus IX (1057 – 1058). Jabatan mulia ini kemudian diletakkannya kembali karena ia lebih suka hidup menyendiri di biara pertapaan Fonte Avellana.

Sungguhpun Petrus Damianus dikenal luas sebagai seorang intelektual, namun ia tetap menampilkan dirinya setara dengan kawan-kawannya. Ia dengan senang hati mengerjakan tugas-tugas dari biaranya, mengikuti aturan-aturan yang berlaku, menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tangan seperti membuat sendok dari kayu, memperbaiki keranjang, dll.

Pada tahun 1072, Petrus Damianus meninggal dunia. Tulisan-tulisan tentang berbagai soal iman sangat bermutu dan menjadi warisan Gereja yang bernilai tinggi. Oleh Gereja, Petrus Damianus dihormati sebagai pujangga Gereja

Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Kamis Prapaskah I-C

Renungan Hari Kamis Prapaskah I, Thn C/I
Bac I : TEst 4 10 – 12, 17 – 19; Injil       : Mat 7: 7 – 12

Bacaan pertama memuat doa Ester kepada Tuhan, sang penolongnya. Tuhan sebagai penolong sudah diyakini Ester sejak kecil (ay. 12). Bagi Ester tidak ada penolong lain lagi selain Tuhan (ay. 19). Keyakinan itu sudah terbukti, karena Tuhan selalu menepati janji-Nya

Keyakinan Ester ini dipertegas kembali oleh Yesus dalam Injil hari ini. Bagi Yesus Tuhan akan memberikan apa yang baik kepada umat-Nya. Karena itu, "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu." (ay. 7).

Setiap manusia tentulah mempunyai kebutuhan. Dalam memenuhi kebutuhan itu, terkadang manusia menemui halangan. Untuk itu manusia perlu datang kepada Tuhan agar halangan itu disingkirkan sehingga terkabullah kebutuhan itu. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk datang kepada Tuhan memohonkan kebutuhan kita.

Sabda Tuhan pertama-tama mau menyadarkan kita bahwa Tuhan adalah satu-satunya penolong kita, sama seperti keyakinan Ester. Sabda Tuhan juga menghendaki agar kita selalu datang meminta kepada-Nya. Kita harus punya keyakinan bahwa jika "yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." (ay. 11).

by: adrian