Pada hari pernikahan, Joko membopong istrinya, Sri. Mobil pengantin berhenti di depan flat mereka yang cuma berkamar satu. Sahabat-sahabat Joko menyuruhnya membopong Sri begitu keluar dari mobil. Maka Joko membopong Sri memasuki rumah mereka. Mereka kelihatan malu-malu. Joko merasa dirinya adalah seorang pengantin pria yang sangat bahagia. Ini adalah kejadian 10 tahun yang lalu.
Hari-hari selanjutnya berlalu demikian simpel seperti secangkir air bening. Mereka mempunyai seorang anak. Joko terjun ke dunia usaha dan berusaha untuk menghasilkan banyak uang. Begitu kemakmuran meningkat, jalinan kasih di antara mereka pun semakin surut. Sri adalah pegawai sipil. Setiap pagi mereka berangkat kerja bersama-sama dan sampai di rumah juga pada waktu yang kurang lebih bersamaan.
Anak mereka sedang belajar di luar negeri. Perkawinan mereka kelihatan bahagia. Tapi ketenangan hidup berubah dipengaruhi oleh perubahan yang tidak kusangka-sangka. Dewi hadir dalam kehidupan Joko. Waktu itu adalah hari yang cerah. Joko berdiri di balkon dengan Dewi yang sedang merangkulnya. Hatinya sekali lagi terbenam dalam aliran cinta. Ini adalah apartmen yang dibelikan untuknya. Dewi berkata, “Kamu adalah jenis pria terbaik yang menarik para gadis.” Kata-katanya tiba-tiba mengingatkan Joko pada istrinya. Ketika mereka baru menikah, istrinya pernah berkata, “Pria sepertimu, begitu sukses, akan menjadi sangat menarik bagi para gadis.” Berpikir tentang ini, Joko menjadi ragu-ragu. Joko tahu kalau dirinya telah mengkhianati Sri. Tapi dia tidak sanggup menghentikannya. Joko melepaskan tangan Dewi dan berkata, “Kamu harus pergi membeli beberapa perabot, O.K.? Aku ada sedikit urusan di kantor” Kelihatan Dewi jadi tidak senang karena Joko telah berjanji menemaninya.
Pada saat tersebut, ide perceraian menjadi semakin jelas dipikiran Joko walaupun kelihatan tidak mungkin. Bagaimanapun, Joko merasa sangat sulit untuk membicarakan hal ini pada Sri. Walau bagaimanapun dijelaskan, ia pasti akan sangat terluka. Sejujurnya, ia adalah seorang istri yang baik. Setiap malam ia sibuk menyiapkan makan malam. Aku duduk santai di depan TV. Makan malam segera tersedia. Lalu mereka akan menonton TV sama-sama. Atau Joko akan menghidupkan komputer, membayangkan tubuh Dewi. Ini adalah hiburan.
Suatu hari Joko berbicara dalam guyon, “Seandainya kita bercerai, apa yang akan kau lakukan?” Sri menatap selama beberapa detik tanpa bersuara. Kenyataannya ia percaya bahwa perceraian adalah sesuatu yang sangat jauh darinya. Joko tidak bisa membayangkan bagaimana ia akan menghadapi kenyataan jika tahu bahwa dirinya serius.