Kehebohan
tersebut dapat dirasakan atau disaksikan saat menyaksikan acara Indonesia Lawyers Club di TV One
(silakan tonton di sini; kami ambil
dari Youtube.com). Hampir semua penonton terpingkal-pingkal mendengarkan
keterangan Rangga Sasana, seorang petinggi Sunda Empire. Dia mengatakan Sunda
Empire sudah ada sejak Alexander Agung, bahwa PBB dan Pentagon lahir di
Bandung, tidak ada satu negara pun bisa berdiri tanpa sepengetahuan Sunda
Empire, hingga membawa-bawa Vatikan dalam pusarannya. Ketika ada protes terkait
soal data sejarah, dengan santai Rangga mengatakan bahwa kalau sejarahwan dan
budayawan tidak tahu Sunda Empire, mereka harus belajar lagi. Yang protes soal
data sejarah yang dipaparkan Rangga, maka mereka itu dikatakan kurang paham
sejarah atau pengetahuan sejarahnya masih kurang. Ini juga yang membuat heboh.
Pada
prinsipnya, data-data historis atau juga keterangan yang disampaikan oleh pihak
Sunda Empire, selain tidak sesuai dengan data sejarah, juga tidak masuk akal.
Misalnya, dikatakan bahwa Pakualam itu ada di Solo, padahal sebenarnya ada di
Yogyakarta; atau pernyataan “Yang bisa hentikan atas nuklir tidak diledakkan
adalah Sunda Empire dan saya akan umumkan itu. Segera dalam waktu dekat ini
akan diumumkan sebuah sistem, yaitu empire sistem dan Jack Ma dan Bill Gates
ada disana.” sungguh dirasakan sulit diterima akal sehat.
Yang
menariknya adalah ternyata ada juga yang percaya kepada keterangan-keterangan
Rangga (Sunda Empire) tersebut. Hal ini terbukti dari banyaknya orang yang
menjadi pengikut Sunda Empire. Tercatat lebih dari seribu orang, yang tersebar
di beberapa wilayah Indonesia. Mereka percaya data historis yang disampaikan
pihak Sunda Empire sebagai suatu kebenaran, sekalipun bertentangan dengan data
historis yang sudah ada sebelumnya.
Akan tetapi, sebagaimana telah diketahui umum, Sunda Empire akhirnya bubar. Para petingginya ditangkap polisi dengan dakwaan penyebaran berita bohong. Ribuan pengikutnya mengundurkan diri karena merasa dibohongi. Semua ini bisa terjadi, pertama-tama bukan karena kesigapan aparat polisi, tetapi karena negara mempunyai aturan hukum. Siapa saja yang melakukan kebohongan publik dan menimbulkan keresahan akan berhadapan dengan hukum, dan polisi bertindak atas amanat hukum. Tanpa ada hukum yang dibantu oleh aparat polisi, tentulah Sunda Empire tetap eksis. Terkait kebenaran data historis, mungkin akan muncul gesekan di tengah masyarakat yang bisa mengarah ke anarkis.
Sangat
menarik kalau kemunculan Sunda Empire ini dibandingkan dengan kemunculan islam.
Kira-kira pada awal abad VII, Muhammad tampil dan membawa satu misi baru, yaitu
islam. Perlu diketahui bahwa jauh sebelum Muhammad lahir, di Arab sudah ada
masyarakat kristiani, yang diyakini berasal dari aliran Nestorianisme. Orang
Yahudi pun sudah ada. Kedua kaum ini sudah memiliki kitab suci, jauh sebelum
buyut Muhammad lahir. Tak jarang warta Muhammad, yang juga bersinggungan dengan
isi kitab suci kristen dan Yahudi, bertentangan dengan apa yang ada dalam kitab
suci tersebut.
Muhammad
menyebut Daud dan Sulaiman (Salomo, dalam tradisi kristen dan Yahudi) sebagai
nabi, padahal kitab suci kristen dan Yahudi tak pernah menganggap mereka
sebagai nabi kecuali sebagai raja. Muhammad menyampaikan kisah Adam dan Hawa,
dimana dalam kisah itu terbersit suatu fakta bahwa Adam dan Hawa serta setan
atau iblis ada di sorga, padahal kitab suci kristen dan Yahudi menyebut Adam,
Hawa dan juga setan atau iblis ada di bumi; tak akan mungkin setan atau iblis
ada di sorga. Muhammad menyebut Maria sebagai putri Imran, padahal orang
kristen dan Yahudi tahu Maria dan Imran sudah beda zaman puluhan abad. Muhammad
mengatakan bahwa Yesus tidak mati di salib, padahal kitab suci kristen dan
orang Yahudi tahu bahwa Yesus mati di kayu salib. Terkait dengan kematian Yesus
ini, ternyata sejarah dunia juga mengakui bahwa Yesus mati di salib. Contoh lain, Muhammad mengatakan bahwa ka'bah adalah makam Ibrahim (orang kristen dan Yahudi menyebutnya Abraham), padahal tidak hanya orang Yahudi dan kristen saja tetapi juga orang Hindu, Arab lainnya tahu bahwa sama sekali tidak ada kaitan antara Ka'bah dengan Ibrahim.
Demikianlah
pertentangan yang tampak pada warta Muhammad (islam) dengan data yang sudah ada
sebelumnya. Masih banyak perbedaan dan pertentangan yang ada. Hal tersebut sama
seperti pertentangan yang tampak pada warta Rangga Sasana (Sunda Empire) dengan
data yang sudah ada sebelumnya. Cara menyikapi pertentangan atau perbedaan itu
pun tak jauh berbeda. Jika Rangga Sasana mengatakan bahwa yang berbeda dengan
Sunda Empire itu berarti pengetahuan sejarahnya kurang lengkap atau kurang
paham akan sejarah, Muhammad menyatakan kitab suci Yahudi dan kristen sudah
dipalsukan. Artinya, kesalahan ada pada pihak lain; selalu berada di pihak
luar.
Karena
itu, patut diduga bahwa sama seperti kemunculan Sunda Empire menimbulkan
kehebohan, demikian pula kehadiran islam. Sama seperti kebanyakan orang yang
paham sejarah dunia terpingkal-pingkal mendengar keterangan Rangga, demikian
pula yang dialami orang kristen dan Yahudi, yang tahu isi kitab suci, saat
mendengar warta Muhammad. Bukan tidak mustahil, orang Yahudi dan kristen dulu
menilai bahwa Muhammad telah melakukan kebohongan, sama seperti orang dewasa
ini yang menilai keterangan Rangga Sasana.
Akan
tetapi, nasib Sunda Empire berbeda dengan nasib islam. Sunda Empire akhirnya
bubar dan tinggal menunggu waktu akan hilang, kecuali kisahnya akan tetap terus
dikenang. Sementara islam tetap eksis. Kenapa islam bisa tetap ada hingga kini?
Pertama-tama patut diakui bahwa kedua entitas ini hadir pada masa yang berbeda.
Sunda Empire hadir dimana masyarakat sudah mempunyai pengetahuan luas
(ditunjang internet dan media sosial) dan sudah dilengkapi dengan aturan hukum
serta aparat penegak hukum. Sementara islam hadir dimana pengetahuan masyarakat
belum luas (belum ada internet dan media sosial), dan belum ada aturan hukum
serta aparat yang menegakkannya. Jika dulu sudah ada hukum yang mendakwa
kebohongan, bukan tidak mustahil nasib Muhammad tak jauh berbeda dengan Rangga
Sasana. Demikian halnya, jika saat ini tidak ada hukum dan aparat penegak
hukum, tentulah Sunda Emipre tetap eksis meski akan terjadi gesekan di tengah
masyarakat. Selain itu, satu hal lain yang membedakannya adalah Muhammad menggunakan nama Allah untuk menutupi kebohongannya, sementara Sunda Empire hanya mengandalkan kekuatan manusia. Namun biar bagaimana pun, situasi zaman yang berbeda turut mempengaruhi. Sekalipun saat tampil Sunda Empire membawa-bawa nama Allah, tetap saja ia akan hancur.
Kebohongan
Muhammad (islam) pun terlihat di kemudian hari ketika ilmu pengetahuan sudah
berkembang. Misalnya, soal pernyataan bahwa matahari beredar pada orbitnya. Zaman
dulu, ketika pengetahuan belum berkembang, masyarakat menerima saja hal itu
sebagai suatu kebenaran. Namun, perkembangan pengetahuan akhirnya membuktikan
bahwa matahari tidak beredar, tetapi tetap. Atau contoh lain soal proses
terjadinya manusia, dimana Muhammad mengatakan bahwa manusia berasal dari
campuran tanah dan setetes mani yang ditempatkan dalam rahim. Masyarakat dulu
menerima saja karena memang tidak tahu. Tapi sekarang, dengan kemajuan
teknologi dan ilmu, orang tahu bahwa sama sekali tidak ada unsur tanah, dan
orang bisa membedakan antara mani dengan sperma. Bukan air mani yang membentuk
manusia, tetapi sperma. Akan tetapi, kebenaran apa pun tetap saja disalahkan. Kebenaran
hanya milik Muhammad (islam).
Bisakah
kebohongan tersebut diadili?
Dabo
Singkep, 20 September 2020
by:
adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar