Sebagai
sosok yang melahirkan, seorang ibu tentu mempunyai peran yang sangat penting
untuk anak-anaknya. (Baca juga: Ibu dan Pertumbuhan Moralitas Anak) Bahkan ikatan di antara anak dan ibu sudah terbangun sejak
masih dalam kandungan. Asuhan dari ibu juga akan sangat berpengaruh terhadap
perkembangan mental dan emosional anak. Namun, bagaimana jadinya jika anak
dibesarkan tanpa kehadiran seorang ibu?
Ketidak-hadiran
seorang ibu dalam kehidupan anak akan memberi dampak yang berbeda-beda
bergantung pada beberapa faktor. Salah satu faktor terbesar adalah peristiwa
yang menyebabkan seorang anak kehilangan ibunya. Ada yang ditinggalkan karena
kematian, ada yang pergi akibat perceraian atau pekerjaan (TKW), ada juga yang
ditelantarkan meski masih tinggal dalam satu rumah atau berdekatan.
Selain
itu, faktor lainnya seperti usia anak saat ditinggal ibu juga berpengaruh pada
cara anak bereaksi terhadap rasa kehilangan. Meski demikian, hidup tanpa ibu
tentu akan memberi dampak yang besar pada keadaan emosional anak. Pada awalnya
mereka cenderung berkutat pada pikiran sendiri dan mempertanyakan alasan
kepergian sang ibu.
Anak
mungkin akan merasa kesepian, terlebih ketika mengingat bahwa mereka tidak
mendapat perawatan dan kasih sayang yang dibutuhkan dari seorang ibu. Katika tak
mendapatkan jawabannya, tumbuhlah perasaan marah dan frustrasi pada diri anak. Hal
ini membuat anak sering mengalami perubahan emosi yang mendadak. Perubahan inilah
yang membuatnya akan sulit berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya.
Anak yang tumbuh besar tanpa kasih sayang ibu juga cenderung mempunyai tingkat kepercayaan yang rendah, baik pada diri sendiri maupun orang lain. Hal ini sering terjadi pada anak-anak yang ditelantarkan oleh sosok itu. Terbiasa diabaikan membuat anak kerap merasa tidak bahagia. Akibatnya anaknya selalu merasa ragu dan tidak yakin akan kemampuan diri sendiri. Ketika mereka berhasil melakukan suatu pencapaian, alih-alih merasa senang, mereka malah menganggap bahwa pencapaian tersebut bukanlah usaha dari diri sendiri melainkan hanya sebuah keberuntungan.
Saat tumbuh dewasa nanti anak mungkin akan mengalami kesulitan saat membangun relasi dengan orang lain. Saat ibu sebagai orang terdekatnya bahkan tidak memberikan kasih sayang yang diinginkan, anak jadi tak mau berekspektasi untuk mendapatkannya dari orang lain.
Walaupun dampak di atas umumnya tidak dialami oleh anak-anak yang hidup tanpa ibu karena kematian, kehilangan sosok terdekat untuk selama-lamanya juga tentu akan meninggalkan luka batin pada anak. Katika anak terlalu lama berduka dan tidak menemukan jalan keluar untuk menghentikan kesedihan, anak jadi lebih rentan terhadap gejala depresi. Ia akan cenderung menarik diri dari lingkungannya serta mengalami penurunan dalam kinerja akademis daripada sebelumnya.
Membesarkan anak tanpa kehadiran seorang ibu mungkin bukanlah hal yang mudah. Terlebih jika seorang ayah baru saja kehilangan istri. Namun jangan terlalu lama berlarut dalam kesedihan. Berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membantu:
1. Beri anak perhatian seutuhnya, terutama jika anak hanya satu-satunya. Anak yang hidup tanpa ibu tentu sering merasa kesepian. Sisakan waktu untuk bermain bersama anak.
2. Jika jadwal pekerjaan tidak memungkinkan, carilah tempat penitipan anak yang tepat dan berlisensi atau pengasuh untuk menjaganya.
3. Ikut sertakan anak pada kegiatan yang disenanginya seperti olahraga atau ikut kelas melukis, bisa juga mengajak anak mencoba kegiatan yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
4. Mengadopsi hewan peliharaan. Cara ini dipercaya dapat mengurangi stres dan rasa sedih.
5. Ajari anak disiplin dengan menerapkan aturan kecil seperti meletakkan sepatu di tempatnya setiap habis bepergian dan membereskan ruangan setelah bemain.
6. Berikan makanan sehat dan bernutrisi. Hal ini penting untuk menjaganya tetap sehat.
Bukanlah hal yang buruk jika seorang ayah jujur kepada anaknya akan masa sulit yang dialami. Tetap yakinkan kepada anak-anak bahwa hal ini akan segera berlalu dan semuanya akan baik-baik saja walau tanpa kehadiran ibu. Jika anak mulai menunjukkan gejala dan perubahan perilaku yang drastis, segera pergi berkonsultasi.
Jika merasa tidak sanggup menangani sendiri dan benar-benar membutuhkan kehadiran pendamping hidup, sebagai istri dan ibu bagi anak, sangat dianjurkan untuk membicarakannya dengan anak. Perlahan-lahan anak diperkenalkan akan niat tersebut.
diolah dari MSN Gaya Hidup
Tidak ada komentar:
Posting Komentar