ROMO JUGA MANUSIA # 1
Tentulah kita sering
mendengar pernyataan ini: “Romo juga
manusia!” Pernyataan ini biasanya diucapkan oleh romonya sendiri atau orang
lain, yang ingin “membela” romonya. Umumnya pernyataan ini diungkapkan di saat
romo melakukan kesalahan, entah itu kecil ataupun besar. Tujuannya supaya orang
lain dapat memaklumi kesalahan itu.
Misalnya, ketika ada suatu
kali roma datang terlambat saat misa karena bangun telat, dengan santai romonya
berujar, “Maaf. Romo juga manusia.” Atau ada seorang imam “jatuh” karena
skandal, ada umat yang ingin membela imamnya itu berkata, “Romo kan manusia
juga.”
Dasar pemikiran dari
pernyataan ini adalah bahwa semua manusia itu lemah. Ia mudah jatuh ke dalam
kesalahan. Atau dengan kata lain, tidak ada manusia yang sempurna. Setiap orang
punya kelemahan dan kekurangan. Seorang imam atau romo adalah juga manusia.
Karena itu, wajar kalau ia berbuat kesalahan.
Tentulah tidak ada orang
yang menyangkal pernyataan tersebut. Karena seorang imam adalah manusia, maka
ia punya kelemahan. Kelemahan manusiawi itulah yang membuat dia terkadang jatuh
ke dalam kesalahan.
Akan tetapi, di balik
pernyataan itu terkandung niat pembenaran diri. Banyak imam berusaha
menyembunyikan kesalahannya di balik pernyataan dirinya manusia. Dengan
menyatakan diri sebagai manusia yang lemah, yang mudah jatuh ke dalam
kesalahan, seorang imam dapat dengan mudah memaklumi kesalahan, yang adalah
kelemahannya. Umat pun “dipaksa” untuk menerimanya.
Sebagai contoh, ada imam
yang selalu jatuh ke dalam kesalahan yang itu itu saja. Ketika ia jatuh ke
dalam kesalahan itu, dengan mudah ia berkata, “Romo juga manusia.” Di sini
terlihat kalau ia “membenarkan” kesalahannya itu.
Bukan berarti mau menyangkal
pernyataan tersebut. Setiap manusia memang punya kelemahan. Tidak ada manusia
yang sempurna. Namun, manusia dipanggil untuk menjadi sempurna. “Hendaklah kamu
sempurna, seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Matius 5: 48). Dari
pernyataan Tuhan Yesus ini terlihat jelas bahwa Yesus tahu pasti kalau manusia
tidak sempurna. Karena itulah, Tuhan Yesus mengajak mereka untuk sempurna.
Oleh karena itu, kelemahan
manusia, yang menyebabkan kita mudah jatuh ke dalam pelanggaran, bukan lantas
berarti dibenarkan. Manusia dipanggil untuk berjuang mengatasi
kelamahan-kelemahannya. Lewat perjuangan mengatasi kelemahan itulah langkah
menuju kesempurnaan terbuka. Artinya, sekalipun sadar bahwa diri kita punya
kelemahan, kita diminta untuk tidak mengikuti kelemahan itu. kita musti
mengalahkan kelemahan itu. Paulus pernah memberi nasehat, “Janganlah kamu
menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu,
sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang
berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Rom 12: 2).
Karena itu, kepada mereka
yang mau mengikuti-Nya, Tuhan Yesus berpesan supaya mereka berani menyangkal
dirinya (bdk. Matius 16: 24). Salah satuh wujud penyangkalan diri adalah
mengatasi kelemahan, yang berawal dari keinginan diri. Maka, dalam suratnya kepada
jemaat di Roma, Paulus berkata, “Hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam
tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya.” (Rom 6: 12).
Semua pengikut Kristus
dipanggil untuk menyangkal diri, melawan kelemahan diri. Kaum awam saja diminta
demikian, maka lebih lagilah kaum imam. Dengan kesadaran ini, maka orang, baik
imam maupun awam, tidak akan mudah terjebak dalam pernyataan: “Romo juga
manusia.”
Pangkalpinang,
10 Agustus 2015
by:
adrian
Baca
juga refleksi lainnya:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar