Renungan
St. Maria Berdukacita
Bac
I Ibr 5: 7 – 9; Injil Luk 2: 33 – 35;
Hari ini Gereja Semesta mengajak umatnya untuk memperingati Santa Perawan Maria Bunda Berdukacita. Injil hari ini dapat diambil untuk melukiskan dukacita Bunda Maria ini. Ketika ia dan suaminya membawa Tuhan Yesus yang masih bayi ke Bait Allah untuk dipersembahkan, ia mendapat ramalan dari Simeon terkait dengan anaknya itu. Dikatakan bahwa “suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri.” (ay. 35). Tentulah pernyataan Simeon itu sangat tidak menggembirakan. Bunda Maria akan mengalami penderitaan, yang bukan hanya fisik saja, melainkan juga jiwa. Namun, sebagaimana yang sudah diketahui, Bunda Maria merenungkan semua itu dalam hati. Ia tidak lari menghindar.
Bacaan kedua, yang diambil
dari Surat kepada Orang Ibrani, menggambarkan juga orang yang berdukacita. Hal ini
tampak dalam kata-kata “ratap tangis dan keluhan” (ay. 7), dan “derita” (ay.
8). Akan tetapi, gambaran orang yang berdukacita ini tidak mengacu kepada Bunda
Maria. Orang yang berdukacita ini adalah Tuhan Yesus, putera Maria. Akan tetapi,
sama seperti Tuhan Yesus, yang karena dukacita-Nya menjadi pokok keselamatan
abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya (ay. 9), demikianlah pula Bunda
Maria.
Santa Maria adalah Bunda
yang berdukacita, sama seperti puteranya, Tuhan Yesus Kristus. Peringatan Santa
Perawan Maria Berdukacita ini memiliki dua makna bagi kita. Pertama, penghormatan kepada Bunda
Maria. Bunda Maria memberikan dirinya bagi rencana keselamatan Allah, sekalipun
untuk itu ia harus menderita. Melalui Maria, keselamatan Allah hadir di dunia. Kedua, teladan Bunda Maria. Peringatan Santa
Maria Berdukacita ini mengajak kita untuk mengikuti teladannya. Sekalipun derita
menghadang, Bunda Maria tidak lari. Bunda Maria menghadapi semuanya itu dengan
sikap berserah kepada Tuhan.***
by:
adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar