1. Tindakan Yesus Menyatakan Kerajaan Allah.
Kerajaan Allah yang
diwartakan oleh Yesus tidak ditujukan pada kelompok atau golongan tertentu,
tetapi ditujukan untuk semua orang.
Ia merangkul semua orang yang baik maupun yang jahat agar dapat merasakan
keselamatan. Tegaknya Kerajaan Allah
justru terjadi bilamana yang baik maupun yang jahat dapat hidup berdampingan
dalam kebersamaan dan dengan penuh kesabaran serta kasih mendorong yang jahat
menjadi baik. Bukan malah mengucilkan yang jahat dan berdosa. Maka Yesus
dekat dengan sesama-Nya, Ia juga sangat terbuka kepada semua orang. Ia bergaul
dengan semua orang. Ia tidak mengkotak-kotakkan dan membuat kelas-kelas di
antara manusia.
Yesus tidak mau merangkul
hanya sekelompok orang dan menyingkirkan kelompok yang lainnya. Ia akrab dengan
semua orang. Bahkan Yesus mau bergaul dengan orang-orang yang dianggap berdosa
(lih. Luk 7:36-50, 19:1-10). Sikap Yesus yang mau bergaul dengan
orangorang yang berdosa dan najis amat tidak sesuai dengan adat sopan-santun
dan peraturan agama yang berlaku pada saat itu. Yesus telah menjungkirbalikkan
peraturan-peraturan yang telah mapan.
Bagi orang Yahudi pada
umumnya yang masih memegang kuat tradisi mereka, sikap Yesus yang seperti itu
tidak bisa dibiarkan dan tidak bisa ditolerir, karena dianggap akan mengganggu,
merusak dan membahayakan tatanan hidup yang sudah mapan.
a.
Sikap Yesus terhadap Kaum Pendosa
Bagi orang Yahudi dosa itu menular seperti kuman. Maka tinggal
serumah dengan orang jahat, apalagi makan bersama dengan mereka berarti kena
dosa itu sendiri, menjadi orang berdosa. Maka seorang yang saleh tidak boleh
bergaul dengan yang tidak saleh. Seorang Yahudi akan rusak namanya kalau
berhubungan dengan seorang kafir. Kaum pendosa harus dijauhi, disingkirkan dan
dikucilkan. Mereka dianggap tidak layak hidup di tengah-tengah masyarakat pada
umumnya.
Dan Yesus? Ia telah
melanggar semua peraturan dan adat.
§ Yesus bergaul dengan para
pegawai pajak yang dianggap umum sebagai koruptor dan pemeras.
§ Yesus bertemu dan menyapa orang-orang setengah kafir seperti
bangsa Samaria.
§ Yesus mendatangi negeri-negeri orang kafir dan berbicara akrab
dengan mereka (Mat 15:21-28).
b. Sikap Yesus terhadap Wanita
Anggapan masyarakat Yahudi
adalah bahwa wanita itu penggoda. Oleh karenanya orang laki-laki, terlebih
seorang guru agama tidak boleh berbicara dengan seorang perempuan yang belum
dikenalnya. Bagaimana sikap Yesus?
§ Yesus bergaul bebas dengan wanita. Bahkan ada wanita-wanita tertentu yang tetap mengikuti-Nya kemana pun Dia pergi.
§ Yesus juga menyapa dan bergaul dengan wanita-wanita kafir yang
belum dikenal-Nya seperti wanita Samaria.
§ Yesus tidak saja bergaul
dengan sembarang wanita, tetapi juga berusaha dan membela wanita-wanita sundal
yang tertangkap basah (Yoh 8:1-11).
Dari contoh-contoh di atas
menjadi jelas bagi kita bahwa Yesus tidak hanya mewartakan Kerajaan Allah,
melainkan mewujudkannya melalui tindakan-Nya. Jika Kerajaan Allah adalah
situasi di mana semua orang dikasihi Allah, di mana semua orang tidak
tersekat-sekat oleh jurang antara kaya dan miskin; maka Yesus menunjukkan hal
itu dengan bergaul dengan siapa saja, terutama dengan mereka yang miskin dan
berdosa yang selama ini disingkirkan oleh masyarakat. Yesus mau makan dengan
bersama dengan Zakheus dan bergaul dengan lewi pemungut cukai yang dipandang
oleh orang-orang Yahudi sebagai orang-orang berdosa. Kalau Allah yang meraja
adalah Allah yang memerintah dengan penuh pengampunan. Maka Yesus pun
mengampuni orang berdosa. Ia tidak takut menjadi najis. Yesus tahu bahwa hanya
dengan dikasihi orang-orang berdosa akan bertobat, sebagai mana nampak dalam
cerita wanita yang ketahuan berbuat zinah (lih. Yoh 8:2-11). Dan masih banyak
lagi tindakan lain yang dilakukan oleh Yesus yang menunjukkan bahwa dalam diri
Yesus sesungguhnya Allah sudah menunjukkan Diri sebagai Raja.
Sikap Yesus ini sungguh
berbeda dengan nabi Muhammad. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari cerita
berikut ini:
Suatu hari seorang wanita yang telah melakukan perzinahan dibawa
ke hadapan Muhammad oleh sekelompok orang. Mereka bertanya padanya, ”Apa yang
harus kami perbuat padanya?”
Muhammad menjawab, ”Pergilah. Bawa dia kembali setelah dia
melahirkan bayinya.”
Jadi mereka membawa wanita tersebut kembali menghadap Muhammad
setelah bayinya lahir. Mereka mempertanyakan lagi apa yang harus dilakukan
terhadap wanita itu. Muhammad menjawab, ”Biarkan dia pergi dan menyusui anak
itu. Bawa dia kembali setelah anak itu berumur dua tahun.”
Kemudian mereka membawa wanita tersebut kembali setelah dua tahun,
dan Muhammad berkata, “Ambil bayi itu darinya dan bunuh dia.”
Dan itulah yang mereka lakukan. Sekarang mari kita bandingan
dengan Yesus. Pada suatu kali, sekelompok orang membawa seorang wanita yang
kedapatan berbuat zinah ke hadapan Yesus.
”Apakah kita akan melempari dia dengan batu?” Kata orang-orang
ini. Mereka punya dasar, yaitu hukum Taurat. Dan menurut Hukum Taurat wanita
seperti itu harus mati dibunuh. Tapi apa kata Yesus?
Yesus menjawab, "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa,
hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
Maka pergilah semua orang. Tidak ada seorang pun yang tinggal
untuk melempari dia karena mereka semua tahu bahwa mereka pun telah berdosa.
Lalu Yesus berkata kepada wanita itu, "Aku pun tidak menghukum engkau.
Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi."
2. Mukjizat Sebagai Tanda Kehadiran Allah.
Dengan mengerjakan mukjizat,
Yesus memperlihatkan kehadiran Kerajaan Allah. Tanda-tanda mukjizat yang
dikerjakan Yesus itu memperlihatkan bahwa dalam
diri Yesus genaplah nubuat para nabi tentang Mesias yang kedatangan-Nya
telah dijanjikan kepada para leluhur Israel. Dengan mengerjakan mukjizat,
dengan ”menjadikan segala-galanya baik” (Mrk 7:37), Yesus menjelmakan
pemerintahan Allah.
Para pengarang Injil
menceritakan mukjizat-mukjizat Yesus guna memaklumkan bahwa Yesus tidak hanya
menyampaikan kabar yang menggembirakan itu, tetapi Ia sendirilah Kabar Gembira,
”Injil”. Yesus sendirilah keselamatan, rahmat, dan penyembuhan bagi manusia
yang sedang susah. Kalau begitu, pemerintahan Allah yang eskatologis itu
betul-betul sedang mendobrak masuk ke dunia ini. ”Jika Aku mengusir setan
dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu”
(Luk 11:20).
Beberapa contoh mukjizat
yang dilakukan Yesus sebagai tanda Kehadiran Allah:
a.
Yesus Membangkitkan Anak Seorang Janda di Nain (Luk 7:11-17)
Melalui mukjizat
membangkitkan anak muda di Nain, Yesus ingin menunjukkan bahwa Allah berkuasa
atas kehidupan dan kematian manusia. Dengan melakukan itu Ia ingin menunjukkan
bahwa Ia adalah Mesias, Penyelamat yang mereka nantikan.
b.
Yesus Meredakan Angin Ribut (Mat 8:23-27)
Mukjizat yang dilakukan
Yesus meredakan angin ribut, Yesus hendak menunjukkan bahwa Allah berkuasa atas
alam semesta. Tidak ada kekuatan lain yang mampu mengalahkan kekuatan Allah
sendiri. Kekuasaan Allah mengatasi kekuatan apapun yang ada di dunia ini. Maka
semua ciptaan harus tunduk pada kekuatan Allah.
c.
Yesus Mengusir Roh Jahat (Mrk 1:21-28)
Dengan mengusir roh jahat,
Yesus ingin menunjukkan bahwa Allah lebih berkuasa dari roh-roh yang ada. Roh
jahat selalu mengarahkan manusia pada perbuatan yang tidak dikehendaki Allah
yang membawa kehancuran dan
kebinasaan. Sedangkan Roh
Allah membawa manusia pada kebenaran dan kebahagiaan hidup bersama Allah.
Sebagai Murid Yesus, kita harus mampu meneladani apa yang telah dilakukan- Nya,
menyandarkan hidup kita kepada kekuatan Allah sebagai satu-satunya sumber
kekuatan hidup kita. Dan kalau Yesus mewartakan Kerajaan Allah melalui tindakan
belas kasih, kitapun juga mesti mampu berbuat belaskasih pada sesama terutama
mereka yang menderita, yang tersingkirkan dan kurang mendapat perhatian.
3. Memahami Tanda Kehadiran Kerajaan Allah
Kerajaan
Allah biasa juga dimaknai dengan sorga. Tiap agama punya pemahaman dan juga
gambaran tersendiri. Umumnya sorga itu dilihat situasi di masa yang akan
datang, setelah dunia kiamat. Bagi kita, sorga itu tidak hanya masa depan,
tetapi juga masa kini. Yesus sendiri telah berusaha mewujudkan kerajaan sorga
itu ketika Dia hidup di dunia. Karena itu, kita terpanggil untuk mulai
mewujudkan sorga atau Kerajaan Allah di tengah kehidupan kita.
Sederhananya
adalah dengan membuat sesuatu yang baik dalam kehidupan, kita telah
menghadirkan Kerajaan Allah. Misalnya, dengan tidak membalas kejahatan yang
dilakukan orang, dengan mengasihi sesama kita, dengan mendengarkan orangtua dan
guru kita, dengan hidup “sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan
dengan panggilan itu” (Ef 4: 1). Singkatnya, hendaknya kita hidup dengan baik
dan benar.
Kesimpulan:
a. Kerajaan Allah yang
diwartakan oleh Yesus tidak ditujukan pada kelompok atau golongan tertentu,
tetapi ditujukan untuk semua orang. Ia merangkul semua orang yang baik maupun yang jahat agar
dapat merasakan keselamatan. Yesus tidak mau merangkul hanya sekelompok orang
dan menyingkirkan kelompok yang lainnya. Ia akrab dengan semua orang. Bahkan
Yesus mau bergaul dengan orang-orang yang dianggap berdosa.
b. Yesus tidak hanya
mewartakan Kerajaan Allah, melainkan mewujudkannya melalui tindakan-Nya. Jika Kerajaan
Allah adalah situasi dimana semua orang dikasihi Allah, di mana semua orang
tidak tersekat-sekat oleh jurang antara kaya dan miskin; maka Yesus menunjukkan
hal itu dengan bergaul dengan siapa saja, terutama dengan mereka yang miskin
dan berdosa yang selama ini disingkirkan oleh masyarakat.
c. Dengan mengerjakan
mukjizat, Yesus memperlihatkan kehadiran Kerajaan Allah. Ia sendirilah Mesias
yang dinantikan. Yesus tidak hanya menyampaikan kabar yang menggembirakan itu,
tetapi Ia sendirilah Kabar Gembira, ”Injil”.
Yesus sendirilah keselamatan, rahmat, dan penyembuhan bagi manusia yang
sedang susah.
d. Sebagai Murid Yesus, kita
harus mampu meneladani apa yang telah dilakukan-Nya, menyandarkan hidup kita
kepada kekuatan Allah sebagai satu-satunya sumber kekuatan hidup kita. Dan
kalau Yesus mewartakan Kerajaan Allah melalui tindakan belas kasih, kitapun
juga mesti mampu berbuat belaskasih pada sesama terutama mereka yang menderita,
yang tersingkirkan dan kurang mendapat perhatian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar