Memiliki anak adalah dambaan setiap pasangan
suami istri. Anak bisa menjadi jawaban atas setiap doa yang selalu dipanjatkan
segera setelah menikah. Akan tetapi, perlu juga diketahui bahwa menjadi
orangtua tidak hanya sebatas mendapatkan anak, tetapi juga harus
ditindak-lanjutnya dengan merawat, menjaga, membesarkan dan terutama mendidik
anak. Untuk menunjang tugas ini, orangtua perlu tahu perilaku anak.
Dilansir dari Elizabeth B. Hurlock, PSIKOLOGI PERKEMBANGAN: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. (edisi 5). Jakarta: Erlangga, 1980, hlm. 118-119, orangtua
harus memperhatikan pola perilaku sosial dan pola perilaku tidak sosial pada
anak. Berikut ini beberapa deskripsi pola perilaku sosial dan pola perilaku
tidak sosial pada anak.
POLA SOSIAL
Meniru
Agar sama dengan kelompok, anak meniru sikap dan prilaku orang yang sangat
ia kagumi.
Persaingan
Keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan orang-orang lain sudah tampak pada usia empat tahun. Ini dimulai di rumah dan kemudian berkembang dalam bermain dengan anak di luar rumah.
Kerja Sama
Pada akhir tahun ketiga bermain kooperatif dan kegiatan kelompok mulai
berkembang dan meningkat baik dalam frekuensi maupun lamnya berlangsung,
bersamaan dengan meningkatnya kesempatan untuk bermain dengan anak lain.
Simpati
Karena simpati membutuhkan pengertian tentang perasaan-perasaan dan emosi
orang lain maka hal ini hanya kadang-kadang timbul sebelum tiga tahun. Semakin
banyak kontak bermain, semakin cepat simpati akan berkembang.
Empati
Seperti halnya simpati, empati membutuhkan pengertian tentang perasaan dan
emosi orang-orang lain tetapi di samping itu juga membutuhkan kemampuan untuk
membayangkan diri sendiri di tempat orang lain. Relatif hanya sedikit anak yang
dapat melakukan hal itu sampai awal masa kanak-kanak berakhir.
Dukungan Sosial
Menjelang berakhirnya awal masa kanak-kanak dukungan dari teman-teman
menjadi lebih penting daripada persetujuan orang-orang dewasa. Anak beranggapan
bahwa prilaku nakal dan perilaku mengganggu merupakan cara untuk memperoleh
dukungan dari teman-teman sebaya.
Membagi
Dari pengalaman bersama orang-orang lain, anak mengetahui bahwa salah satu
cara untuk memperoleh persetujuan sosial adalah dengan membagi miliknya –
terutama mainan – untuk anak-anak lain. Lambat laun sifat mementingkan diri
sendiri berubah menjadi sifat murah hati.
Perilaku Akrab
Anak yang pada waktu bayi memperoleh kepuasan dari hubungan yang hangat,
erat dan personal dengan orang lain berangsur-angsur memberikan kasih saying
kepada orang di luar rumah, seperti guru taman indria atau benda-benda mati
seperti mainan kegemarannya atau bahkan selimut. Benda-benda ini disebut obyek
kesayangan.
POLA TIDAK SOSIAL
Negativisme
Negativisme atau melawan otoritas orang dewasa mencapai puncaknya antara
usia tiga dan empat tahun dan kemudian menurun. Perlawanan fisik lambat laun
berubah menjadi perlawanan verbal dan pura-pura tidak mendengar atau tidak
mengerti permintaan orang dewasa.
Agresif
Perilaku agresif meningkat antara usia dua dan empat tahun dan kemudian
menurun. Serangan-serangan fisik mulai diganti dengan serangan-serangan verbal
dalam bentuk memaki-maki atau menyalahkan orang lain.
Perilaku Berkuasa
Perilaku berkuasa atau “merajai” mulai sekitar usia tiga tahun dan semakin
meningkat dengan bertambah banyaknya kesempatan untuk kontak sosial. Anak
perempuan cenderung lebih meraja daripada anak laki-laki.
Memikirkan Diri Sendiri
Karena cakrawala sosial anak terutama terbatas di rumah, maka anak
seringkali memikirkan dan mementingkan dirinya sendiri. Dengan meluasnya
cakrawala lambat laun perilaku memikirkan diri sendiri berkurang tetapi
perilaku murah hati masih sangat sedikit.
Mementingkan Diri Sendiri
Seperti halnya perilaku memikirkan diri sendiri, perilaku mementingkan diri
sendiri lambat laun digantikan oleh minat dan perhatian kepada orang-orang
lain. Cepatnya perubahan ini bergantung pada banyaknya kontak dengan
orang-orang di luar rumah dan berapa besar keinginan mereka untuk diterima oleh
teman-teman.
Merusak
Ledakan amarah sering disertai dengan tindakan merusak benda-benda di
sekitarnya, tidak perduli miliknya sendiri atau milik orang lain. Semakin hebat
amarahnya, semakin luas tindakan merusaknya.
Pertentangan Seks
Sampai empat tahun anak laki-laki dan perempuan bermain bersama-sama dengan
baik. Setelah itu anak laki-laki mengalami tekanan sosial yang tidak
menghendaki aktivitas bermain yang dianggap sebagai ‘banci’. Banyak anak
laki-laki yang berperilaku agresif yang melawan anak perempuan.
Prasangka
Sebagian besar anak prasekolah lebih suka bermain dengan teman-teman yang
berasal dari ras yang sama, tetapi mereka jarang menolak bermain dengan
anak-anak ras lain. Prasangka sosial timbul pertama-tama dari prasangka agama
atau sosial ekonomi, tetapi lebih lambat dari prasangka seks.
diambil dari tulisan 7 tahun lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar