Suatu hari Sang Guru bercerita.
Ada seorang kaya raya. Setiap hari ia selalu bersukaria dalam kemewahan.
Ada pula seorang miskin. Badannya penuh dengan borok. Hari-hari ia berbaring
dekat pintu rumah orang kaya itu berharap mendapatkan sisa makanan dari orang
kaya itu. Kerap anjing-anjing datang dan menjilat boroknya.
Suatu ketika matilah orang miskin itu. Oleh para malaikat, ia dibawa ke
pangkuan Allah. Tak lama kemudian orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Ia
dibawa ke alam siksa. Sementara si kaya menderita sengsara di alam
siksa, ia memandang ke atas dan dilihatnya Tuhan Allah bersama si miskin duduk
di pangkuannya.
Ia berseru, ”Tuhan, kasihanilah aku! Suruhlah dia, supaya ia mencelupkan
ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan
dalam nyala api ini.”
Akan tetapi Tuhan Allah berkata, “Anakku, ingatlah, bahwa engkau telah
menerima segala yang enak sewaktu hidupmu, sedangkan dia segala yang buruk.
Sekarang ia mendapat hiburan. Selain itu di antara kita ada jurang yang tak
terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka
yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.”
Kata si kaya itu, “Kalau demikian, aku minta kepadamu, ya Tuhan, supaya
Engkau menyuruh dia ke rumah keluargaku. Masih ada lima orang saudaraku. Aku
mau supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan
masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini.”
Namun kata Tuhan, “Ada pada mereka kesaksian orang-orang bijak. Ada pada
mereka Kitab Suci. Baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu.”
Jawab orang itu, “Tidak, ya Tuhan! Mereka tidak akan percaya. Namun jika
ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan
bertobat.”
Kata Tuhan kepadanya, “Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian orang-orang
bijak dan Kitab Suci, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh
seorang yang bangkit dari antara orang mati."
diambil dari tulisan 7 tahun lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar