Dewasa
kini agama islam sudah dikenal sebagai agama teror, agama yang penuh dengan kekerasan.
Sekalipun umat islam membantahnya, baik eksplisit maupun implisit, sudah diakui
bahwa radikalisme diidentikkan dengan agama islam. Semua itu selalu dikaitkan
dengan islam karena demikianlah ajarannya. Hal inilah membuat tak sedikit orang
menilai bahwa tak ada kasih dalam ajaran islam. Akan tetapi, banyak tokoh islam
menyanggah penilaian tersebut bahkan tudingan bahwa islam dikaitkan dengan
terorisme dan radikalisme. Umumnya mereka berasionalisasi bahwa terorisme dan
radikalisme ada pada penganut agama lain, meski mereka lupa bahwa terorisme dan
radikalisme islam berakar pada ajaran agamanya.
Tak
sedikit tokoh islam, bahkan segelintir umat islam sendiri, menyatakan bahwa
agama islam telah dibajak oleh kaum teroris, radikalis dan intoleran. Dengan
berani mereka menyuarakan bahwa islam adalah agama kasih. Benarkah islam itu
agama kasih? Harus diketahui bahwa setiap ajaran agama selalu mengacu pada
kitab suci. Di sana ada pedoman dan tuntunan hidup bagi umatnya. Bagaimana
dengan islam?
Kitab
suci umat islam adalah Al-Qur’an. Umat islam yakin bahwa kitab sucinya langsung
diturunkan Allah kepada nabi Muhammad. Apa yang tertulis dalam Al-Qur’an
merupakan kata-kata Allah sendiri. Jika agama islam adalah agama kasih, maka
ajaran kasih itu tertulis juga di dalam Al-Qur’an. Dengan kata lain, Allah
mengajarkan tentang kasih kepada umat-Nya, dan pedoman itu tertuang dalam
Al-Qur’an. Seberapa kuat ajaran kasih itu tampak dalam Al-Qur’an?
Untuk melacak “ajaran cinta kasih” dalam Al-Qur’an, pertama-tama akan diusahakan penelusuran dan pencarian 2 kata tersebut, yaitu kasih dan cinta. Penelusuran inilah yang kemudian melahirkan apa yang disebut “ayat-ayat cinta”. Karena itu, perlu diketahui bahwa yang dimaksud dengan “ayat-ayat cinta” adalah ayat dalam Al-Qur’an yang di dalamnya terdapat kata dengan kata dasar “cinta” dan juga “kasih”. Dari 2 kata dasar itu muncul juga turunannya seperti kecintaan, mencintai, dicintai dan pecinta (untuk kata dasar cinta) dan mengasihi, dikasihi, kasihan, kekasih dan pengasih (untuk kata dasar kasih). Jadi, “ayat-ayat cinta” di sini bukan termasuk “ajaran cinta kasih” itu sendiri, namun dari sana kita dapat melihat ajaran cinta kasih tersebut.
Ayat-ayat
yang ada ini berdasarkan hasil tangkapan mata manusiawi. Sadar akan kelemahan
dan keterbatasan, tentu ada ayat yang terlewatkan. Inilah “ayat-ayat cinta”
Al-Qur’an.
Kelompok
Surah |
Surah
dan Ayat |
Surah Makkiyyah |
QS 1: 1, 3; QS 6: 12, 54; QS 11: 9, 47, 73, 90; QS
12: 8, 30; QS 13: 30; QS 16: 7, 47, 107; QS 17: 24; QS 18: 58; QS 19: 13,
18, 26, 41, 44, 45, 56, 58, 61, 69, 75, 78, 85, 87, 88, 91, 92, 93, 96; QS 20: 5, 39, 90, 108, 109; QS 21: 26, 36, 112; QS 23: 75; QS 25: 26, 59, 60, 63; QS
26: 5, 19; QS 27: 30; QS 28: 56; QS 29: 25; QS 30: 21; QS 36: 11, 15, 23, 52; QS 41: 2, 24; QS 42: 23; QS 43: 17,
19, 20, 33, 36, 45, 81; QS 50: 33;
QS 55: 1; QS 56: 37; QS 67: 3,
19, 20, 29; QS 75: 20; QS 78: 37, 38; QS 82: 6; QS 85: 14; QS 89: 20; QS 90: 17; QS 100: 8. |
Surah Madaniyyah |
QS 2: 93, 143,
163, 165, 177; QS 3: 14, 31, 76,
92, 146, 148, 159; QS 4: 69, 73,
129; QS 5: 18, 54; QS 9: 24, 117, 120; QS 22: 65; QS 24: 2; QS 48: 29; QS 49: 7, 9; QS 57: 19, 27; QS 58:
22; QS 59: 9, 22; QS 60: 1, 7, 8; QS 61: 4; QS 62: 6; QS 76: 9, 27. |
Tabel
– 8
Dari
tabel di atas “ayat-ayat cinta” terdapat pada 49
surah, yang tersebar di kelompok surah Makkiyyah maupun Madaniyyah. Total seluruh ayat yang memuat “ayat-ayat
cinta” ada 113 ayat. Jika
“ayat-ayat perang” terbanyak ada di kelompok surah Madaniyyah, “ayat-ayat cinta” justru kebalikannya. Ada 33 surah (sekitar 67,3%) dari kelompok surah
Makkiyyah yang berisi “ayat-ayat cinta” dengan jumlah ayatnya 76 ayat. Terbanyak ada di surah Maryam (19 ayat). Dalam kelompok
surah Madaniyyah hanya ada 16 surah dengan 37 ayat berisi “ayat-ayat
cinta”. Surah Ali Imran adalah surah yang mempunyai “ayat-ayat
cinta” paling banyak, yaitu 7 ayat.
Sebenarnya
jumlah ayat dan juga surah yang memuat “ayat-ayat cinta” ini bisa bertambah lagi.
Ada beberapa kata yang maknanya senilai dengan kata “cinta”. Misalnya, infak, berbuat baik, hormat, dll. Namun semua kata-kata
tersebut tidak masuk ke dalam
kategori ini demi
menjaga konsistensi pilihan (hanya 2
pilihan) sehingga sama seperti “ayat-ayat perang”,
yang juga terbatas pada 2 pilihan (perang
dan jihad).
Dari perbandingan yang ada antara kelompok surah Makkiyyah dan Madaniyyah,
dapatlah diajukan beberapa pertanyaan:
kenapa “ayat-ayat cinta”
jauh lebih banyak dalam kelompok surah
Makkiyyah daripada surah Madaniyyah? Apa yang bisa dimaknai dari perbandingan
ini? Apakah adanya “ayat-ayat cinta” membuktikan adanya ajaran cinta pada islam? Jika
membaca “ayat-ayat cinta”
dengan akal sehat yang jernih dan dengan
menelaahnya, maka kita dapat menemukan beberapa poin
penting sebagai jawaban.
1. Komposisi “ayat cinta”. Setelah membaca “ayat-ayat
cinta”, kita dapat menemukan bahwa tidak semua ayat berisi
ajakan untuk mencinta. Dari 113 ayat, ada beberapa kategori jenis ayat. Ada
sebanyak 78 ayat dari “ayat-ayat cinta” ini merujuk pada Allah (sifat Allah 66 ayat dan perbuatan
Allah 12 ayat). “Ayat cinta” yang terkait dengan sifat Allah terbanyak adalah
kata “pengasih”. Untuk sifat Allah ini, “ayat
cinta” berada pada kelompok surah Makkiyyah, yaitu sebanyak 61
ayat. Cinta yang dilakukan oleh Allah ditujukan kepada umat yang mencintai-Nya,
yang takwa, sabar dan tawakal, yang berbuat kebaikan dan berlaku adil, taat
kepada Muhammad serta ikut berperan di jalan-Nya.
“Ayat cinta” yang terkait dengan manusia, khususnya umat islam, ada
sebanyak 44 ayat. Akan tetapi tidak semua ayat itu mempunyai makna sebagai
perbuatan kasih. Ada 10 ayat menunjukkan cinta akan hal-hal duniawi, 2 ayat
sebagai “kekasih Allah”, 7 ayat menunjuk rasa empati, 2 ayat sebagai ucapan dan
2 ayat bermakna nafsu. “Ayat cinta” yang bermakna perbuatan kasih manusia ditujukan ke
banyak hal. Misalnya kepada keimanan, kepada diri sendiri dan kepada sesama
masing-masing 1 ayat. Kasih yang ditujukan kepada sesama muslim ada 7 ayat dan
kepada Allah ada 5 ayat. Kasih dalam kehidupan keluarga ada 4 ayat.
2. Cinta nada negatif. Cinta kasih umumnya dikonotasikan dengan hal-hal yang
positif. Akan tetapi, tidak semua “ayat cinta” dalam Al-Qur’an mempunyai nada
yang positif. Ada sekitar 16 ayat, sekalipun mengandung unsur cinta, memiliki
nada negatif.
Di atas
sudah dikatakan ada 10 “ayat cinta” yang menunjukkan cinta akan hal-hal duniawi
seperti cinta akan berhala, cinta akan harta dan cinta akan kehidupan dunia.
Ada ayat yang menjelaskan tentang orang yang tidak pantas dikasihani dan
tentang kasih sayang di antara orang yang menentang Allah dan Muhammad. Ada 2
ayat bermakna hawa nafsu. Selain itu, ada juga “ayat cinta” yang berisi
larangan untuk mengungkapkan kasihan, sekalipun orang sudah minta belas kasihan.
Ada larangan agar tidak menaruh rasa belas kasihan saat menghukum para pezinah,
serta larangan agar tidak terlalu cenderung kepada apa yang dicintai.
3. Terbanyak di surah
Makkiyyah. Dari penjelasan tentang “ayat-ayat
perang” dikatakan bahwa “ayat-ayat
perang” lebih banyak berada pada kelompok surah Madaniyyah. Hal
ini dapat dimaklumi mengingat ada beberapa fokus perhatian Muhammad yang
menuntutnya untuk berperang atau berjihad saat berada di Madinah. Saat itu, fokus
perhatian Muhammad adalah penghidupi para pengikutnya yang tak punya
ketrampilan dalam pertanian dan dagang, merebut Mekkah, menguatkan pengaruh dan
menyingkirkan ancaman. Karena itulah, di Madinah ini Muhammad banyak
“menciptakan” wahyu perang, sehingga wahyu cinta sedikit terabaikan.
Berbeda
dengan saat berada di Mekkah. Di sini Muhammad baru merintis mimpi atau
obsesinya. Ketika berada di Mekkah, Muhammad tidak hanya berusaha
memperkenalkan agama barunya, melainkan juga berupaya mendapatkan pengikut dan
pengaruh. Terkait dengan agama barunya itu, Muhammad memperkenalkan Allah yang
penuh kasih. Karena itu, “ayat cinta” yang terkait dengan Allah, menempati
posisi terbanyak. Mungkin Muhammad mau membangun pemahaman bahwa agama yang
dibawanya itu adalah agama kasih, karena sifat kasih banyak dikaitkan pada
Allah. Namun, sayangnya hal itu sama sekali tidak tampak.
4. Ayat kontradiksi. Setelah membaca dan mencermati “ayat-ayat
cinta”, maka akan ditemui adanya pertentangan “ayat cinta”
terkait dengan perintah. Ada 1 ayat mengajak umat islam untuk mengasihi orang
yang pernah dimusuhi (QS al-Mumtahanah: 7), dan Allah tidak melarang umat islam
untuk mengasihi orang yang memusuhi islam dan umat islam (QS al-Mumtahanah: 8).
Hal ini berbeda dengan Yesus yang tidak hanya mengajarkan untuk mencintai
mereka yang dimusuhi tetapi juga mereka yang memusuhi. Yang dimaksud dengan
orang yang pernah dimusuhi ini bisa saja orang kafir, orang musyrik, orang
zalim, orang fasik atau juga orang munafik. Akan tetapi ayat 7 bukan merupakan
perintah, tetapi masih merupakan harapan, sedangkan ayat 8 merupakan penegasan.
Dengan kata lain, ayat mengasihi orang yang pernah dimusuhi ini tidak bisa
dijadikan sebagai suatu kewajiban. Umat islam masih bisa saja tetap tidak
mengasihi, dan itu bukanlah salah.
Ayat 7 dan
8 di atas sangat jelas bertentangan dengan QS al-Fath: 29 dan QS al-Mumtahanah:
1. Di sini dinyatakan satu sikap yang perlu dibangun, yaitu keras terhadap
orang kafir dan berkasih sayang kepada sesama muslim. Wahyu Allah ini sejalan
dengan wahyu-wahyu lainnya yang meminta umat islam untuk memerangi, memusuhi
dan membunuh orang kafir, karena orang kafir adalah musuh bagi umat islam. Jika
ayat kasih kepada orang yang pernah dimusuhi (ayat 7) merupakan harapan, ayat
keras kepada orang kafir merupakan pernyataan, yang kemudian menjadi perintah
pada wahyu-wahyu Allah lainnya. Artinya, memusuhi bahkan membunuh orang kafir
merupakan satu kewajiban islam.
5. Ayat perintah. Dalam “ayat-ayat
perang” ditemukan sekitar 20 ayat dengan nada perintah
(perangilah, berperanglah dan berjihadlah), sehingga perang dijadikan kewajiban
dalam islam. Hal ini bertentangan dengan “ayat-ayat
cinta”. Dari hasil penelusuran, ada sekitar 3 ayat perintah
dengan nada negatif, yaitu larang. Umat islam dilarang untuk berbelas kasihan
kepada pezina yang akan dihukum, jangan berkasih sayang dengan musuh Allah dan
musuh umat islam (baca: kaum kafir) dan jangan pilih kasih terhadap istri-istri
(baca: harus bersikap adil).
DEMIKIANLAH 5 poin penting
hasil telaah atas “ayat-ayat cinta”.
Dari hasil telaah ini terlihat jelas bahwa
pernyataan islam sebagai agama kasih sangat tidak terbukti. Nyaris tidak ada
ayat kasih yang dapat dijadikan ajaran islam untuk mengasihi orang lain. Hal
ini jauh berbeda dengan ajaran kasih yang terdapat dalam agama-agama lain.
Ketidak-adaan ayat kasih tersebut, yang berbanding lurus dengan “ayat perang”,
seakan hendak menegaskan identitas islam sebagai agama perang.
Dabo Singkep, 5 Maret 2021
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar