Selama
ini sering terjadi konflik antara islam dan kristen. Konflik ini bukan hanya
terjadi secara fisik, tetapi terlebih dalam argumen-argumen terkait dengan
ajaran. Beberapa tokoh menyebutnya dengan istilah “perang teologis”. Tak bisa
dipungkiri “perang teologis” ini terjadi dilatar-belakangi oleh perbedaan
konsep, yang terutama berakar pada beda cara pandang. Padahal, jika ditelaah
dengan nurani jernih, ternyata antara islam dan kristen mempunyai kesamaan atau
titik temu. Salah satu titik temu itu adalah sosok Yesus Kristus, yang dalam
islam lebih dikenal sebagai Isa Al-Masih.
Memang
harus diakui dan juga dihormati adanya perbedaan dalam menyikap tokoh yang satu
ini. Jika umat kristen melihat Yesus sebagai Allah, umat islam justru hanya
melihat-Nya sebagai nabi. Sekalipun mempunyai segudang keistimewaan, yang
bahkan mengalahkan nabi Muhammad SAW, tetap saja Yesus dipandang sebagai nabi.
Hal ini dapat dimaklumi karena umat islam berpegang teguh pada konsep tauhid, dimana “tiada tuhan selain
Allah.” akan tetapi, harus jujur juga mengakui adanya kegagalan dalam memahami
kesatuan Yesus dengan Allah, sebagaimana yang dipahami kristen. Artinya, islam
tak bisa memahami konsep trinitas dengan baik sehingga menilai Allah kristen
itu tiga.
Namun,
biar bagaimana pun, umat islam dan kristen tidak perlu terlalu memperdebatkan
hal tersebut. Adalah lebih baik mencari titik temu sehingga memudahkan dialog
dan komunikasi. Setidaknya ada 3 titik temu tentang Yesus atau Isa Almasih.
KRISTEN
|
ISLAM
|
Allah
bekerja dalam diri Yesus (Yoh 5: 17 – 19)
|
Allah
bekerja dalam diri Isa Almasih (QS 5: 110)
|
Firman
Allah (Yoh 1: 1 – 3, 14)
|
Kalimat
Allah (QS 4: 171)
|
Yesus
dari Roh Kudus (Luk 1: 35; Mat 1: 20)
|
Dari
Roh Allah (QS 4: 171)
|
Alfa
dan Omega (Why 1: 8; 21: 6; 22: 13)
|
Yang
Awal dan Yang Akhir (QS 57: 3)
|
1. Allah bekerja dalam diri Yesus
Berhadapan dengan kritikan dan amarah orang-orang
Yahudi atas tindakkan-Nya menyembuhkan orang lumpuh pada hari Sabat, Yesus
berkata,
Bapa-Ku bekerja sampai
sekarang, maka Aku pun bekerja juga. [....] Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia
melihat Bapa menerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang
dikerjakan Anak. (Yoh. 5: 17, 19)
Sangat menarik kalau
mencermati ayat 18. Di sini dikatakan bahwa orang-orang Yahudi tidak hanya
sekedar marah, tetapi berusaha untuk membunuh Yesus. Titik persoalannya bukan
saja karena Yesus meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Yesus menyamakan
diri-Nya dengan Allah.
Kata-kata Yesus di atas tak
jauh beda dengan wahyu Allah dalam surah al-Maidah. Allah SWT menegaskan bahwa
Isa Almasih dapat melakukan aneka mukjizat, seperti menyembuhkan orang buta,
orang kusta, membangkitkan orang mati, setelah mendapat izin dari Allah (QS
al-Maidah: 110). Dapatlah dikatakan bahwa jika tidak ada izin dari Allah, maka
Isa Almasih tidak bisa melakukan mukjizat.
Ada kemiripan antara “apa
yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak” dengan mukjizat Isa
Almasih yang dilakukan dengan seizin Allah. Umat islam melihat hal ini dan
menafsirkan adanya, bukan saja perbedaan tetapi juga, pemisahan antara Anak dan
Bapa, antara Isa Almasih dan Allah. Berbeda dengan orang Yahudi, yang melihat
Yesus telah menyamakan diri-Nya dengan Allah. Dengan kata lain, Anak dan Bapa
itu berbeda tapi satu. Orang kristen juga melihat seperti itu.
Karena itu, sebenarnya Al-Qur’an
sudah menegaskan aspek keilahian Isa Almasih lewat teks ini. Kekuatan melakukan
mukjizat hanya milik Allah. dengan melakukan mukjizat, maka Isa Almasih
mempunyai aspek ilahi. Tentulah umat islam akan menyanggah bahwa sekalipun
dapat membuat mukjizat, tapi semua itu terjadi atas izin Allah. Tanpa izin
Allah, maka tidak akan terjadi. Demikian logikanya. Namun orang bisa bertanya,
kenapa Allah tidak melakukan hal tersebut kepada Muhammad? Kenapa Allah SWT
tidak memberi izin agar Muhammad bisa melakukan mukjizat?
2. Firman Allah
Prolog Injil Yohanes sedikit filosofis.
Jika dua Injil Sinoptik (Matius dan Lukas) memaparkan keallahan Yesus di awal
kitab mereka melalui kisah narasi, Injil Yohanes mengungkapkannya dalam bentuk
madah. Yohanes menulis,
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.
Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah
jadi dari segala yang telah dijadikan. [....] Firman itu telah menjadi manusia,
dan diam di antara kita .... (Yoh. 1: 1 – 3, 14)
Lewat prolog Injil Yohanes
ini, umat kristiani memahami Yesus itu sebagai Firman Allah yang telah menjadi manusia. Konsep ini sangat mirip
dengan yang disampaikan Allah SWT kepada Muhammad bahwa Isa Almasih itu adalah kalimat Allah (QS an-Nisa: 171). Dalam
teks surah ini kita dapat mengetahui bahwa Isa Almasih itu adalah (1) utusan
Allah, (2) Kalimat Allah, dan (3) Roh Allah. Kata “firman” tak berbeda dengan
kata “kalimat” atau “sabda” atau juga “wahyu”. Sekalipun ada kesamaan konsep,
yaitu bahwa Yesus (Isa Almasih) adalah Sabda Allah, namun umat islam dan
kristen berbeda dalam cara pandang. Orang kristen tidak bisa memisahkan Firman
dari Allah, karena “Firman itu adalah Allah”, sementara umat islam tidak hanya
membedakannya tetapi juga memisahkannya.
3. Roh Allah
Dalam kisah kelahiran Yesus, yang
dinarasikan oleh Matius dan Lukas, dikatakan bahwa Yesus itu berasal dari Roh
Kudus. Dalam Matius, pernyataan bahwa Yesus berasal dari Roh Kudus disampaikan
kepada Yosef, sedangkan dalam Lukas disampaikan kepada Maria.
.... anak yang di dalam
kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia
akan melahirkan anak laki-laki dan engkau menamakan Dia Yesus (Mat. 1: 20 – 21)
Sesungguhnya engkau akan
mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau
menamai Dia Yesus. [....] Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa
Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan
itu akan disebut kudus. (Luk 1: 31,
35)
Orang kristen tidak bisa
memisahkan Roh Kudus dari Allah. Orang kristen memahami bahwa Roh Kudus itu
adalah Allah, sama seperti Firman itu adalah Allah. Bagi orang kristen, Roh
Kudus adalah pribadi lain dari Allah yang sama dan satu dengan pribadi Allah
yang lain, yaitu Sang Firman. Sebenarnya konsep ini, bahwa Yesus itu adalah
(atau berasal dari) Roh Allah, sama seperti konsep islam yang tertuang dalam
surah an-Nisa. Di atas telah dinyatakan bahwa berdasarkan kutipan QS an-Nisa:
171, Isa Almasih itu adalah (1) utusan Allah, (2) Kalimat Allah, dan (3) Roh Allah. Karena itu, jika dalam Injil
Lukas Malaikat Gabriel mengatakan bahwa Yesus itu kudus, dalam QS Maryam: 19,
Malaikat Jibril mengatakan bahwa Isa Almasih itu suci. (Sekedar diketahui saja,
Gabriel itu sama saja dengan Jibril; yang pertama adalah sebutan dalam tradisi
kristiani, sedangkan Jibril dikenal dalam islam).
4. Alfa dan Omega
Umat kristiani memandang Yesus sebagai
alfa dan omega, yang awal dan yang akhir. Gelar ini didapat dalam kitab Wahyu
kepada Yohanes (1: 8; 21: 6; 22: 13). Yesus bersabda, “Aku adalah Alfa dan Omega, [....], Yang Awal dan Yang Akhir.”
Sangat menarik bahwa ternyata Al-Qur’an juga memiliki istilah “Yang Awal, Yang
Akhir” ini. Dalam QS al-Hadid: 3, Allah SWT berfirman, “Dialah Yang Awal, Yang Akhir....; dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu.“
Dalam kutipan Al-Qur’an di atas,
dikatakan bahwa Allah menyebut sosok lain, yang disebut-Nya dengan kata Dia, sebagai “Yang Awal, Yang Akhir”.
Dengan kata lain, “Yang Awal, Yang Akhir” bukanlah Allah yang saat itu sedang
berfirman, melainkan Dia. Menjadi
pertanyaan, siapa “Dia” itu? Menjadi semakin menarik bahwa sosok “Dia” ini
dikatakan “Maha Mengetahui segala sesuatu”. Jika dikaitkan dengan konsep
kristen tadi, maka sosok “Dia” ini adalah Isa Almasih atau Yesus Kristus.
Dabo Singkep, 10
September 2020
by: adrian