INGIN BAHAGIA, KENDALIKAN EMOSI
Masalah datang silih berganti. Tekanan berat dan tuntutan
yang tinggi membuat emosi mudah meledak-ledak. Jika sudah begini, bagaimana
bisa merasa bahagia?
Sebenarnya, agar lebih merasa bahagia, tidak hanya mindset yang perlu diubah. Seseorang pun
perlu mencermati hal-hal di sekelilingnya yang bisa memicu timbulnya stress atau
depresi. Tidak hanya masalah besar, masalah kecil yang tidak dipedulikan bisa
menjadi masalah besar nantinya. Apabila digolongkan, ada beberapa sumber pemicu
stress menurut lokasi.
Keluarga
Masalah terbesar kerap kali muncul dari orang-orang terdekat.
Inilah yang bisa menjadi sumber pemicu timbulnya stress. Stress terbesar di
antaranya berasal dari masalah dalam lingkup keluarga. Misalnya, kematian
pasangan hidup atau keluarga dekat. Kematian kerap membuat orang merasa
kehilangan, sedih teramat dalam dan tidak bisa menerima perpisahan.
Kehidupan baru dalam masa pernikahan juga bisa menjadi sumber
masalah. Dua orang dengan latar belakang, gaya hidup dan pemikiran berbeda yang
disatukan adalah perkara yang tidak mudah. Merupakan hal yang umum bila terjadi
konflik-konflik pada awal pernikahan. Masalah lainnya adalah perceraian. Rasa kecewa,
putus asa dan sedih muncul ketika terjadi perceraian.
Pekerjaan
Ada banyak hal yang bisa memicu stress dalam pekerjaan. Di antaranya
tuntutan target yang tinggi, atasan yang bersikap diktator, beban pekerjaan
terlalu tinggi, gaji yang telalu kecil dan pekerjaan tidak sesuai dengan bakat
dan kemampuan.
Pemicu stress dalam pekerjaan lannya adalah permasalahan
dengan rekan kerja, jam kerja berlebihan, deadline
yang ketat dan prospek jenjang karier yang minim. Faktor-faktor pemicu yang
secara tidak langsung berpengaruh pada pekerjaan adalah kondisi dan situasi
ekonomi secara umum, tuntutan atau komplain pelanggan dan kegagalan dalan pengerjaan
suatu proyek.
Lingkungan Sosial
Jangan salah, lingkungan sosial juga bisa menjadi pemicu stress.
Salah satunya terjadi jika seseorang dari suatu negara ke negara lain atau
mengalami culture shock. Namun,
dengan penguasaan bahasa dan kemampuan bersosialisasi, biasanya culture shock hanya terjadi pada
bulan-bulan awal di tempat yang asing. Selebihnya seseorang akan lebih dapat
menyesuaikan diri.
Pertikaian antar kelompok atau golongan juga bisa menjadi
pemicu stress. Sanksi sosial terhadap seseorang dan pengucilan juga bisa
membuat seseorang menjadi depresi. Ini bisa terjadi jika seseorang melanggar hukum
adat atau norma-norma sosial suatu kelompok masayarakat.
Diri Sendiri
Stress juga bisa dipicu oleh sikap dan pemikiran individual. Beberapa
pemicunya antara lain perasaan takut, gelisah dan cemas. Gelisah dan takut
memang umum. Namun, jika perasaan ini muncul setiap hari, efeknya berdampak
pada stress.
Faktor dari dalam diri yang dapat menyebabkan stress adalah
iri akan materi atau kesuksesan orang lain. Atau bisa juga dipicu oleh
kebiasaan membanding-bandingan diri sendiri dengan orang lain. Perasaan bersalah,
kesepian dan jenuh juga bisa memicu datangnya stress. Biasanya orang yang mudah
stress adalah orang yang ambisius atau perfeksionis. Sikap yang selalu
menginginkan segala sesuatu sempurna, tetapi tidak tercapai juga bisa
menyebabkan frustasi yang berujung pada stress atau bahkan depresi.
Untuk itu, jika ingin berbahagia, sebaiknya berhati-hatilah
dalam menanggapi masalah hidup. Kendalikan diri dan emosi dengan lebih banyak bersyukur dan bersikap ikhlas.
sumber: KOMPAS, 30
September 2014, hlm 38
Baca juga:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar