Masalah selalu mengiringi kehidupan setiap manusia. Tidak ada manusia yang
tidak punya masalah. Masing-masing kita memiliki masalah, entah itu besar atau
pun kecil, berkaitan dengan diri sendiri maupun dengan orang lain dan
lingkungan. Salah satu masalah yang biasa kita jumpai, terlebih dalam berelasi
dengan orang lain, entah itu di lingkungan masyarakat atau juga di lingkungan
kerja, adalah orang bermasalah.
Tak sedikit dari kita menilai bahwa orang bermasalah adalah orang yang
salah. Dengan sangat mudah kita memvonis bersalah pada mereka yang bermasalah,
tanpa pernah berusaha menyelami mengapa mereka itu bermasalah. Kita sudah
dirasuki oleh pendapat umum bahwa orang bermasalah adalah salah. Mereka harus
dibenahi.
Sebuah contoh pengalaman. Di sebuah tempat kerja, Tono selalu membuat Joko,
sang pimpinannya, stress, tertekan dan lain sebagainya. Karena situasi ini,
maka kebanyakan orang melihat kalau kondisi fisik Joko yang kurus dan kurang
ceria sebagai efek langsung dari perilaku Tono. Joko makan hati. Dan orang pun
menilai Tono sebagai orang bermasalah. Orang melihat bahwa Tono-lah biangnya
sehingga ia harus dibenahi.
Akhirnya, pimpinan pusat membuat kebijakan untuk memindahkan Tono ke tempat kerja lain. Ketika sudah terjadi perpindahan itu, seorang teman langsung berkomentar kepada Joko, ”Wah, wajahmu sudah berseri ya. Kelihatan juga badan makin gemuk. Maklumlah, Tono sudah pindah.” Teman ini melihat bahwa Joko sudah terbebas dari beban deritanya, yang adalah si Tono. Teman ini melihat bahwa Tono adalah akar masalahnya. Bukan tidak mungkin, para penasehat pimpinan umum juga melihat hal yang sama sehingga mereka mengambil kebijakan untuk membenahi si Tono dengan cara memindahkannya.
Apakah orang bermasalah selalu berarti salah? Harus diyakini bahwa tak
selamanya orang bermasalah itu salah. Yesus, selama hidup-Nya, selalu menjadi
masalah bagi para imam, kaum Farisi dan para ahli Taurat, tapi Yesus tidak
salah. Pada masa perjuangan, Bung Karno dinilai menjadi biang masalah bagi
pemerintahan Belanda sehingga ia harus diungsikan. Tentu kita kenal Albert
Einstein, ilmuwan terbesar, yang pada tahun 1999 dianugerahi gelar “Tokoh Abad
Ini” oleh majalah time. Waktu masih kecil, di sekolah
guru-guru melihat bahwa Arbert ini sebagai siswa bermasalah. Karena itu, dia
akhirnya dikeluarkan dari sekolah dan dipulangkan ke rumahnya.
Akan tetapi, apa yang terjadi sebenarnya? Justru mereka-mereka yang
dianggap bermasalah itulah yang benar. Mereka yang dianggap bermasalah justru
cemerlang. Mungkin karena kecemerlangan itu di luar kebiasaan sehingga dilihat
orang sebagai orang yang salah. Padahal yang salah adalah orang-orang yang
mempermasalahkan mereka. Jadi kesalahan bukan terletak pada orang yang
bermasalah, tapi pada orang yang mempermasalahkan.
Tentulah kesimpulan ini tidak bisa diterapkan kesemua hal. Kita tak boleh
membuat genaralisasi. Harus ada pemilah-milahan kasus. Intinya adalah: tidak
semua orang bermasalah itu adalah orang yang salah. Kita harus membuang
pemikiran ini. Kita jangan terlalu cepat mengadili orang bermasalah sebagai
salah. Karena bisa saja kesalahan itu ada pada orang lain atau juga lingkungan
yang tidak kondusif yang membuat orang menjadi bermasalah.
diambil dari tulisan 7 tahun lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar