Umumnya semua agama mengajak umatnya untuk selalu bersyukur atas apa yang
terjadi dalam hidupnya. Namun apa kata psikologi tentang bersyukur? Dalam
kajian psikologi, terutama psikologi positif, perasaan bersyukur selama ini
telah banyak dijelaskan dalam berbagai konsep seperti sebuah emosi, sikap,
watak, kebiasaan, nilai moral dan juga sebagai sebuah respon untuk mengurangi
stress.
McCullough, seorang peneliti yang telah banyak
meneliti mengenai fenomena bersyukur mendefinisikannya sebagai detektor yang
mengingatkan seseorang secara emosi, bahwa mereka telah mendapatkan keuntungan
dari pertolongan orang lain, Tuhan, hewan, dll.
Perasaan bersyukur berbeda dari perasaan memiliki kewajiban (obligation).
Singkatnya, kalimat “Saya harus membalas kebaikanmu” berbeda dengan kalimat
“Saya bersyukur atas bantuanmu”, walaupun di masa depan orang yang mendapat
bantuan akan membalas kebaikan yang didapat. Perasaan memiliki kewajiban untuk
“mengganti” pertolongan orang lain lebih dekat perasaan negatif dan tidak
nyaman. Sementara perasaan bersyukur biasanya dihubungkan dengan kesejahteraan
dan perasaan bahwa hidup terasa utuh.
“Kewajiban” ini mirip dengan perasaan berhutang budi (indebtedness)
yang biasanya keluar saat si pemberi menunjukkan ekspektasi atau keinginan
adanya sebuah balasan. Biasanya reaksi yang terjadi adalah stress dan keinginan
untuk menghindar si pemberi. Sedangkan saat orang bersyukur, ia akan lebih
cenderung untuk menolong, memuji dan berdekatan dengan si pemberi.
Apa yang bisa dipelajari dari hal di atas? Bahwa pemberian kita dapat
diartikan berbeda-beda oleh orang yang menerimanya. Jadi, ikhlaslah dalam
memberi. Bagi seseorang yang mendapatkan pemberian, berprasangkalah baik saat
menemukan pertolongan yang ikhlas dan bersyukurlah.
Ada banyak manfaat dari sikap bersyukur ini. Pertama, dari
penelitian McCullough dan Emmons didapat bahwa orang yang bersyukur lebih
merasa bahwa mereka lebih memiliki kehidupan yang baik dan pandangan yang
optimis mengenai minggu depan. Selain itu, mereka jarang sekali mengeluh soal
keluhan fisik dan cenderung untuk menghabiskan banyak waktu berolaraga.
Kedua, dari penelitian Masingale didapat
bahwa orang yang dapat bersyukur merasakan trauma yang lebih ringan saat
sesuatu yang buruk terjadi pada mereka. Ini sejalan dengan penelitian
McCullough dan Emmons, yang melihat orang bersyukur jarang menderita depresi.
Hal ini dikarenakan mereka memiliki cara yang tepat untuk berhadapan dengan
keadaan hidup yang menyulitkan dan lebih mampu mengingat hal-hal positif.
Ketiga, kehidupan sosial sehari-hari dapat dipengaruhi secara positif oleh kebiasaan bersyukur. Perasaan bersyukur dapat memotivasi seseorang untuk membantu orang lain dan mengurangi motivasi untuk berperilaku merusak.
Keempat, orang yang bersyukur juga cenderung tidak
terlalu mengejar hal materialistik. Asumsinya karena mereka sudah bersyukur
dengan apa yang telah dimiliki, maka hasrat untuk memiliki hal material menjadi
lebih sedikit. Mereka juga tidak terburu-buru untuk mendapatkan kepuasan
materi.
Kelima, orang yang bersyukur memiliki harga diri
yang tinggi dan lebih mudah melihat dukungan sosial dari sekitarnya. Setelah
memiliki cukup rasa syukur, orang yang sering bersyukur cenderung akan mudah
dalam membantu orang lain dan tidak memiliki banyak rasa iri.
Perasaan bersyukur memiliki kaitan timbal balik dengan spiritualitas. Orang
yang memiliki spiritualitas tinggi lebih mudah untuk bersyukur; dan orang yang
bersyukur juga mudah menjadi sangat religius.
Melihat aneka manfaat dari bersyukur, tentulah tak salah jika kita mulai
menerapkannya dalam kehidupan. Berikut ini ada beberapa tips bersyukur yang
diberikan oleh Emmons, dalam tulisannya di Challenge in
Good Health.
1.
Berjanji untuk bersyukur terlebih dahulu
sebelum memulai sesuatu
2.
Membuat jurnal rasa syukur. Setiap harinya
catatlah 3 hal yang kita syukuri
3.
Gunakan pengingat visual seperti foto dari
orang yang disayangi atau pemandangan alam yang indah untuk membawa perasaan
syukur ini.
4.
Rasakan semua indera bekerja. Hargai tubuh
fisik dan banyak fungsinya yang menakjubkan. Bersyukurlah atas kemampuan untuk
melihat, mendengar, berjalan, makan dan lain sebagainya.
5.
Perhatikan bahasa yang digunakan.
Pembicaraan positif akan meningkatkan perilaku bersyukur sementara pembicaraan
negatif akan menurunkan tingkat bersyukur dan menciptakan ketidakbahagiaan.
6.
Biasakan diri untuk membuat orang lain
tahu bagaimana kita berterima kasih dan menghargai mereka setiap harinya. Bukan
hanya akan meningkatkan kebahagiaan, tapi juga dapat membuat orang tersebut
bahagia mendengar penghargaan kita.
7.
Tulis dan sampaikan sebuah surat penuh
rasa syukur kepada seseorang yang telah memiliki dampak positif di dalam hidup
kita. Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa satu kali saja melakukan ini
dapat menyebabkan perasaan positif untuk lebih dari sebulan.
8. Berpikir di luar kotak. Pikirkan daftar hal-hal yang mungkin selama ini tidak terlihat untuk disyukuri.
diambil dari tulisan 7 tahun lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar