Dalam perjalanan pulang kembali ke Roma, setelah lawatannya ke Filipina,
Paus Fransiskus menyatakan bahwa ada orang-orang katolik dan lembaga-lembaga
dalam Gereja katolik yang korup. Orang-orang ini bisa saja mengacu kepada kaum
awam, bisa juga kepada imam atau kaum tertahbis; dan lembaga bisa mengacu pada
paroki, yayasan atau perusahan yang dikelola orang katolik.
Sadar akan fakta ini, di hari terakhir kunjungannya di Filipina, Paus
Fransiskus mendesak umat Filipina untuk “menolak segala bentuk korupsi.” Hal
ini dapat dimaklumi mengingat korupsi di Filipina termasuk yang terburuk di
Asia Tenggara. Pernyataan Bapa Paus terkait korupsi yang melanda Gereja, bukan
baru pertama kali ini saja. Di tahun-tahun pertama kepemimpinannya, salah satu
gebrakan beliau adalah soal korupsi. Paus Fransiskus mengadakan transparansi di
lembaga keuangan di Vatikan. Tuntutan transparansi ini mengisyaratkan adanya
korupsi di dalam Gereja.
Oleh karena itu, ajakan Paus ke- 266 untuk menolak segala bentuk korupsi
tidak hanya ditujukan kepada warga Filipina, melainkan juga kepada semua umat
katolik di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Negara Indonesia tak jauh
berbeda dengan Filipina, malah lebih buruk dari Filipina.
Untuk mengatasi korupsi, Paus Fransiskus sudah memberi contoh, yaitu dengan
transparansi. Tentu harapan Paus,
yang bernama asli Jorge Mario Bergoglio, supaya tindakannya itu diikuti oleh
umat katolik di belahan bumi lainnya. Mengingat Gereja katolik masih lekat
dengan sistem hierarki, maka tindakan itu harus diawali dari pimpinan Gereja,
seperti uskup dan pastor paroki. Uskup dapat membuat kebijakan transparasi
keuangan di keuskupan, dan juga “memaksa” setiap paroki untuk membuka laporan
keuangan paroki kepada umat.
Ketika ada upaya menolak transparansi, maka haruslah dikatakan di sana ada indikasi kuat niat atau sudah terjadi tindak korupsi. Transparansi keuangan suatu lembaga, misalnya paroki, pertama-tama ditujukan kepada internal, yaitu rekan imam, dewan pengelola keuangan dan juga umat. Karena itu, sangatlah aneh dan lucu ketika ada pastor paroki dengan bangga mengatakan bahwa laporan keuangan sudah dibeberkan ke grup imam. Dia merasa diri sudah transparan, padahal salah sasaran. Bagaimana mungkin imam-imam di luar tahu persis tentang keuangan di paroki tersebut. Karena itu, tindakan tersebut bukanlah bentuk transparansi, tetapi akal-akalan saja. Bukan tidak mustahil, ada udang di balik batu.
diambil dari tulisan 7 tahun lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar