Setiap manusia tentulah memiliki tahapan perkembangan.
Ibarat tumbuhan diawali dari biji lalu benih, kemudian tumbuh batang, daun dan
akhirnya menjadi pohon yang besar. Demikian halnya dengan manusia. Salah satu
tahapan perkembangan manusia adalah tahap pubertas. Biasanya istilah ini dimaknai
sebagai masa akil balig atau masa remaja. Pubertas sendiri bisa diartikan
sebagai masa ketika anak mengalami perubahan fisik, psikis dan terutama
pematangan fungsi seksual. Orangtua yang bijak akan mendampingi dan memberi
edukasi kepada anaknya saat melalui tahapan ini. Jangan biarkan anak menghadapi
sendiri atau mencari informasi di tempat lain, yang bisa saja keliru.
Salah satu alasan kenapa orangtua perlu
mendampingi anaknya adalah karena pada tahapan ini perubahan tersebut mempunyai
efek bagi sikap dan perilaku anak. Orangtua yang bijak tentulah tidak akan
kaget dan akan siap menghadapi perubahan sikap dan perilaku tersebut. Elizabeth
B. Hurlock, dalam bukunya PSIKOLOGI
PERKEMBANGAN: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (edisi 5),
memberikan beberapa bentuk sikap dan perilaku anak pada masa pubertas (hlm.
192).
Ingin Menyendiri
Kalau perubahan pada masa puber mulai tejadi, anak-anak biasanya menarik diri dari teman-teman dan dari pelbagai kegiatan keluarga, dan sering bertengkar dengan teman-teman dan dengan anggota keluarga. Anak puber kerap melamun betapa seringnya ia tidak dimengerti dan diperlakukan dengan kurang baik, dan ia juga mengadakan eksperimen seks melalui masturbasi. Gejaka menarik diri ini mencakup ketidakinginan berkomunikasi dengan orang-orang lain.
Bosan
Anak puber bosan dengan permainan yang sebelumnya amat digemari, tugas-tugas
sekolah, kegiatan-kegiatan social, dan kehidupan pada umumnya. Akibatnya, anak
sedikit sekali bekerja sehingga prestasinya di pelbagai bidang menurun. Anak
menjadi terbiasa untuk tidak mau berprestasi khususnya karena sering timbul
perasaan akan keadaan fisik yang tidak normal.
Inkoordinasi
Pertumbuhan pesat dan tidak seimbang mempengaruhi pola koordinasi gerakan,
dan anak akan merasa kikuk dan janggal selama beberapa waktu. Setelah
pertumbuhan melambat, koordinasi akan membaik secara bertahap.
Antagonisme Sosial
Anak puber sering kali tidak mau bekerja sama, sering membantah dan
menentang. Permusuhan terbuka antara dua seks yang berlainan diungkapkan dalam
kritik, dan komentar-komentar yang merendahkan. Dengan berlanjutnya masa puber,
anak kemudian menjadi lebih ramah, lebih dapat bekerja sama dan lebih sabar
kepada orang lain.
Emosi yang meninggi
Kemurungan, merajuk, ledakan amarah an kecenderungan untuk menangis karena
hasutan yang sangat kecil merupakan ciri-ciri bagian awal masa puber. Pada masa
ini anak merasa khawatir, gelisah dan cepat marah. Sedih, mudah marah dan
suasana hati yang negative sangat sering terjadi selama masa prahaid dan awal
periode haid. Dengan semakin matangnya keadaan fisik anak, ketegangan lambat
laun berkurang dan anak sudah mulai mampu mengendalikan emosinya.
Hilangnya Kepercayaan Diri
Anak remaja yang tadinya sangat yakin pada diri sendiri, sekarang menjadi
kurang percaya diri dan takut akan kegagalan karena daya tahan fisik menurun,
dan karena kritik yang bertubi-tubi dating dari orang tua dan teman-temannya.
Banyak anak laki-laki dan perempuan setelah masa puber mempunyai perasaan
rendah diri.
Terlalu Sederhana
Perubahan tubuh yang terjadi selama masa puber menyebabkan anak menjadi
sangat sederhana dalam segala penampilannya karena takut orang-orang lain akan
memperhatikan perubahan yang dialaminya dan memberi komentar yang buruk.
diambil dari tulisan 7 tahun lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar