Pemanasan
global karena efek rumah kaca membawa dampak pada perubahan iklim dan juga
cuaca. Banyak orang mengatakan bahwa cuaca dewasa kini sulit diprediksi; yang
seharusnya panas, koq malah hujan. Hal ini setidaknya yang kami alami. Bagi generasi
70-an, tentu masih ingat akan perkataan bapak dan ibu guru waktu di sekolah
terkait dengan pelajaran IPA. Soal musim hujan dan kemarau sudah ada
patokannya. Umumnya selama bulan September hingga Desember adalah puncak musim
hujan. Satu ciri utamanya adalah suku kata terakhir dari tiap bulan tersebut,
yaitu ber, yang diasosiasikan dengan ember (bandingkan 2 suku kata terakhir 3
bulan tersebut kecuali Oktober). Hal ini hendak memberitahukan bahwa dalam
bulan-bulan itu masyarakat harus menyiapkan ember untuk menampung air hujan. Sementara
bulan-bulan lain dianggap sebagai musim kemarau.
Akan
tetapi, sudah beberapa tahun terakhir ini pembagian musim tersebut seakan sudah
berubah. Untuk itulah, diperlukan pengamatan untuk membaca tanda-tanda alam
ini. Di tahun 2020 ini musim hujan malah dimulai pada pertengahan bulan April
dengan intensitas ringan. Dalam bulan Mei intensitas hujan mulai sedang, dan
dalam bulan Juni berubah menjadi lebat. Hampir setiap hari dalam bulan Juni,
hujan dengan intensitas lebat. Memasuki bulan Juli intensitas hujan kembali
menjadi ringan. Hujan memang tidak setiap hari, tapi dalam seminggu pasti ada
hujan cukup lebat.
Berikut
ini gambaran singkat hujan di 4 bulan (April – Juli)
Bulan
|
Intensitas Hujan
|
Keterangan
|
1 – 15 April
|
Tidak ada hujan
|
Kemarau
|
15 – 30 April
|
Hujan ringan
|
Tak setiap hari
|
Mei
|
Hujan sedang
|
Seminggu sekali hujan turun
|
Juni
|
Hujan lebat
|
Hampir setiap hari hujan lebat
|
Juli
|
Hujan sedang
|
Seminggu sekali hujan turun
|
Dabo Singkep, 30 Juli 2020
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar