Narsistik adalah kondisi gangguan kepribadian dimana seseorang akan
menganggap dirinya sangat penting dan harus dikagumi. Seorang narsistik
biasanya merasa bahwa dirinya memiliki pencapaian yang luar biasa dan lebih
baik dari orang lain dan merasa bangga secara berlebihan pada dirinya, meski
pencapaian yang dimiliki biasa saja. Pengidap narsistik juga biasanya mempunyai
tingkat empati yang rendah kepada orang lain, dan menganggap dirinya memiliki
kepentingan yang lebih tinggi dari orang lain. Pengidap gangguan kepribadian
narsistik memiliki perasaan yang mudah tersinggung dan bisa dengan mudah
merasakan depresi ketika mereka dikritik oleh orang lain, meskipun mereka
memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi.
Umumnya kepribadian narsistik muncul pada awal usia dewasa, meski pada
beberapa kasus terdapat juga pada sebagian remaja yang baru mengalami pubertas.
Penyebab utama gangguan kepribadian narsistik belum diketahui karena biasanya sangat
kompleks. Masa kanak-kanak yang disfungsional bisa saja berkorelasi dengan
gangguan kepribadian narsisitik. Faktor disfungsional tersebut terjadi karena
orangtua yang memanjakan anaknya terlalu berlebihan, memiliki ekspektasi yang
tinggi terhadap anak, perlakuan kejam terhadap anak, ataupun anak sering
diabaikan oleh orangtua. Ada juga faktor genetik yang membentuk perilaku
narsistik.
Orang narsistik umumnya menunjukkan kebiasaan anti kritik. Mereka sulit
menerima kritikan, dan menganggap kritikan itu sebagai penghinaan. Menghadapi kritikan,
orang dengan kepribadian narsistik akan bereaksi dengan kemarahan, penghinaan
serta berbagai cara untuk meremehkan orang lain sehingga membuat dirinya
terlihat lebih baik. Selain anti kritik, orang narsistik masih menunjukkan
beberapa gejala. Berikut ini gejala dari gangguan kepribadian narsistik:
1.
Percaya bahwa dirinya lebih baik dari
orang lain
2.
Khayalan tentang kekuasaan, kesuksesan dan
daya tarik
3.
Melebih-lebihkan prestasi atau bakat
4.
Mengharapkan pujian konstan dan kekaguman
5.
Percaya bahwa diri sendiri istimewa dan
berperilaku sebagai seorang yang istimewa
6.
Gagal untuk mengenal emosi dan perasaan
orang lain
7.
Mengharapkan orang lain untuk menyetujui
ide dan rencana yang dibuatnya
8.
Mengambil keuntungan dari orang lain
9.
Mengekspresikan sebuah bentuk penghinaan
terhadap orang-orang yang dianggap inferior
10. Menjadi iri terhadap orang lain
11. Percaya bahwa orang lain iri terhadap diri sendiri
12. Kesulitan menjaga hubungan yang sehat
13. Menetapkan tujuan yang tidak realistis
14. Mudah terluka dan mengalami penolakan
15. Memiliki harga diri yang rapuh
16. Menampilkan diri sebagai orang yang keras kepala dan tidak emosional
Bagaimana dengan nabi Muhammad SAW? Apakah kriteria orang dengan
kepribadian narsistik terdapat juga pada diri Muhammad?
Dari riwayat hidupnya, diketahui bahwa Muhammad terlahir sebagai anak
yatim. Bukan sekedar kehilangan orangtua, sejak bayi Muhammad sudah ditolak
oleh kaum keluarganya. Mereka tidak menginginkannya. Di sana ada pengabaian. Namun
ada seorang wanita badui yang merelakan dirinya untuk merawat Muhammad. Dari kisah
kecil ini terlihat ada disfungsional pada masa kanak-kanak Muhammad, dan ini
dapat menjadi benih bagi tumbuhnya kepribadian narsistik.
Penolakan yang dialami Muhammad sejak bayi tentu akan membekas dalam
hidupnya. Perasaan ditolak itu dapat menumbuhkan motivasi untuk menjadi orang
penting, sehingga orang-orang akan datang dan menghormatinya. Hal ini mungkin
sudah dipikirkan Muhammad ketika ia kembali ke Mekkah setelah dibesarkan di
dalam keluarga suku badui. Muhammad berpikir, dia tidak mau terpinggirkan lagi.
Ia harus jadi orang penting. Untuk menjadi orang penting maka ia harus jadi
penguasa.
Langkah pertama yang ditempuh Muhammad untuk menjadi penguasa adalah dengan
menjadi nabi atau utusan Allah. Muhammad mulai mengidentikkan dirinya dengan
nabi. Pada tahap ini Muhammad tampil lembut, penuh kasih sayang. Semua unsur
positif, yaitu yang menjadi ciri khas seorang nabi atau utusan Allah, diusahakan
ada pada dirinya. Tujuan yang hendak dibangun di sini adalah pengikut. Muhammad
mau ada orang yang mengikutinya. Jika ada pengikut, tentu akan ada yang
mendengarkan dia, melakukan perintahnya; dan bukan tidak mungkin pengikut ini
juga yang kelak akan menyanjung-nyanjungnya. Sedikit demi sedikit beberapa
orang Arab tertarik dan mengikutinya. Mereka juga mengakui Muhammad sebagai
nabi, meski mereka sendiri tidak paham soal nabi karena mereka tidak punya konsep
tentang sosok nabi. Berbeda dengan orang Yahudi, yang ada di sana. Mereka punya
konsep nabi sehingga mereka menolak kenabian Muhammad.
Ketika sudah mempunyai pengikut, Muhammad masuk ke tahap kedua, yaitu
menjadi pemimpin. Di sini salah satu ciri kepribadian narsistik sudah terlihat,
yaitu menganggap dirinya sangat penting dan harus dikagumi. Muhammad sudah
mempunyai orang yang bisa mendengarkannya, atau juga mengikuti apa yang
dikatakannya. Ciri kepribadian narsistik lainnya yang terlihat adalah percaya bahwa
dirinya lebih baik dari orang lain (membandingkan dengan suku Arab yang masih
menyembah berhala), mengharapkan pujian konstan dan kekaguman (misalnya, kekaguman
Waraqah dan beberapa orang terhadap sosok Muhammad, meski tak ada kisah Waraqah
menjadi muslim), percaya bahwa orang lain iri (hal ini terlihat dari tudingan
terhadap penolakan atas pewartaan Muhamman).
Akhirnya Muhammad sampai pada tahap ketiga, yaitu penguasa. Saat jadi
penguasa inilah ciri narsistiknya semakin terlihat jelas. Khayalan tentang
kekuasaan, kesuksesan dan daya tarik pribadinya selalu dibangun. Karena itu, pengikut
Muhammad selalu mengatakan hal positif Muhammad sebagai daya tarik dengan
menutup mata terhadap hal negatif yang dilakukannya; juga selalu
menggembar-gemborkan kesuksesannya dengan melupakan beberapa kegagalan dalam
hidupnya. Muhammad juga percaya bahwa dirinya istimewa dan berperilaku sebagai
seorang yang istimewa. Untuk mendukung ini maka diturunkanlah wahyu Allah bahwa
Muhammad adalah teladan tingkah laku yang sempurna (QS al-Azhab: 21 dan QS
al-Qalam: 4); bahwa taat kepada Muhammad sama dengan taat kepada Allah (QS
an-Nisa: 80). Keistimewaan lainnya terlihat dari syarat untuk menjadi islam,
yaitu dengan menyebut nama Muhammad. Sekalipun ada begitu banyak nabi dalam
islam yang memiliki keistimewaan dan prestasi lebih besar dari Muhammad, tapi
mereka tidak mencantumkan namanya sebagai persyaratan untuk menjadi islam.
Dapat dikatakan bahwa sebagian besar dari 16 gejala dari gangguan
kepribadian narsistik di atas dapat ditemui dalam diri Muhammad. Hal inilah
yang membuat banyak orang menilai Muhammad mempunyai gangguan kepribadian
narsistik. Yang paling menonjol adalah sikap anti kritik. Muhammad menganggap
kritikan itu sebagai penghinaan sehingga ia akan marah, dan memandang hina
mereka yang mengkritiknya supaya dirinya terlihat lebih baik, bahkan membunuh
mereka yang mengkritiknya. Mungkin ini menjadi landasan bagi turunnya wahyu
Allah yang melegalkan membunuh orang yang menghina Muhammad (QS al-Maidah: 33).
Dalam sejarah hidupnya, setidaknya ada 3 orang yang dibunuh lantaran selalu
menyampaikan kritik terhadap Muhammad. Ketiga orang itu adalah Abu ‘Afak, Asma
bint Marwan dan Ka’b bin Al-Ashraf.
Lingga, 10 Juni 2020
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar