Dalam
relasi antar manusia, cemburu biasa mewarnai kehidupan. Bagi orang yang baru
pertama kali menjalani hubungan, rasa cemburu sering kali membuat serba salah. Di
satu sisi ia merasa tertekan karena perasaan itu, di sisi lain ia juga merasa
bingung apakah perasaan itu dibenarkan. Apakah cemburu itu merupakan hal yang
normal atau berlebihan?
Dikutip
dari Cosmopolitan, Robert L. Leahy, PhD, penulis The Jealousy Insecure mengatakan,
cemburu itu adalah suatu hal yang normal. Cemburu juga ada dimana-mana bahkan
binatang juga dapat merasakannya. “Ini akan menjadi bagian dalam hubunganmu
setiap waktu. Namun, jika kamu menyangkalnya, kamu tidak akan bisa mengatasi
perasaan itu dengan baik,” ungkap Leahy.
Jika
kita bermasalah dengan perasaan cemburu, berikut ini ada beberapa cara yang
bisa dilakukan untuk menghadapi rasa cemburu itu. (Baca juga: Cemburu dan Cinta).
1. Dukunglah perasaan satu sama lain
“Ketika
kamu sedang menjalani hubungan yang berkomitmen, berarti kamu memiliki tanggung
jawab atas perasaan satu sama lain. Artinya kamu juga telah setuju untuk
mengorbankan kebebasan,” ujar Leahy. Ketika kita bisa mengakui bahwa rasa
cemburu merupakan hal yang normal, hal yang perlu diingat adalah pasangan kita
juga demikian. Jadi, sampaikanlah rasa cemburu kita itu kepadanya; kita juga
harus bisa mendengarkan pasangan kita dan membuatnya lebih nyaman. Lalu, kita
bisa memutuskan apakah penjelasan dia bisa dimengerti atau tidak; demikian pula
sebaliknya. Sedapat mungkin kita mengontrol perasaan dan tidak mengharapkan
balasan apa pun.
2. Kecemburuan dalam dosis kecil dapat
menjadi sinyal yang baik
Kecemburuan
tidak terjadi tanpa alasan, seringkali lebih dari sekedar ketika pasangan
menyukai foto mantannya di media sosial. Leahy mengatakan bahwa mungkin memang
pada awal hubungan rasa takut kehilangan belum terlalu banyak muncul. Namun ketika
relasi kita sudah berjalan lebih jauh dan berkembang, kita cenderung akan
sering merasakannya. Hal ini karena kita telah lebih banyak terhubung
dengannya. Jadi, rasa cemburu itu wajar karena relasi yang dijalani sangatlah
penting. Kita menjadi lebih peduli pada kelangsungan relasi. Penting bagi kita
dan pasangan untuk saling menerima bahwa cemburu itu normal, alih-alih memilih
untuk berpura-pura tidak terjadi ataupun memutuskan untuk mundur.
3. Luangkan waktu untuk melepaskan rasa
cemburu
Jika
kita merasa rasa cemburu sudah benar-benar menguasai, kita perlu melepaskannya
untuk mengatasi rasa cemburu agar tidak semakin membesar. Caranya dengan
meluangkan waktu untuk ‘waktu cemburu’. Leahy mengatakan bahwa ‘waktu cemburu’
adalah waktu dimana kita membuat perjanjian dengan pikiran cemburu. Jika kita
meluangkan waktu cemburu pada jam 8 malam, kita bisa menuliskannya.
‘Waktu
cemburu’ bisa diluangkan selama 20 menit, saat itu kita sangat sadar diri,
membiarkan diri sepenuhnya berkonsentrasi pada perasaan itu sehingga setiap
kali itu terulang, kita akan mulai terbiasa karena telah melakukannya pada
waktu yang sama. Jika kita ingin melangkah lebih jauh, kita bisa menggunakan
teknik yang dinamakan Leahy sebagai ‘teknik kebosanan’. Teknik ini dilakukan
dengan mengulangi pemikiran “Pasanganku bisa saja menipuku” selama 10 menit
sampai bosan. Hal ini dilakukan jika kita benar-benar merasa yakin bahwa
pasangan akan setia dan tidak ada dasar nyata untuk perasaan cinta.
4. Turunkan ekspektasi
Jika
kita yakin bahwa tidak masalah ketika pasangan kita tertarik pada orang lain,
kita mungkin harus tetap memeriksa rasa percaya kita padanya. Memang wajar
ketika ia menemukan seseorang yang menarik, tetapi hal itu menjadi salah jika
ia bertindak lebih karena ketertarikannya tersebut. Turunkan ekspektasi kita
kepadanya dan tetaplah bersikap jujur. “Jika dalam relasi banyak aturan yang
disepakati, itu akan membuat pasangan lebih rentan untuk merasakan cemburu,”
jelas Leahy. Merupakan hal yang wajar ketika kita telah membangun relasi
sedemikian rupa dan kita tetap merasakan cemburu karena banyak hal.
5. Evaluasi kembali toxic habits
Berbagai
tindakan yang menurut kita akan sangat meyakinkan apakah dia selingkuh atau
tidak seperti menginterogasi dengan memeriksa ponsel pasangan atau menguntit
media sosialnya, akan membuat kita semakin cemas jika tidak menemukan bukti. Menurut
Leahy, alih-alih menjadi lebih terhubung, strategi ini semakin menjauhkan kita
dengannya. Sementara itu, ketika pasangan kita memang mengakui kadang-kadang ia
berbohong dan kita tidak akan mengetahuinya jika kita tidak melihat media
sosial, kita perlu mengevaluasi kembali cara tersebut. Jangan sampai kita
menjadikan kebiasaan itu menjadi hal yang utama selama kita menjalin relasi
seumur hidup.
6. Ketahuilah bahwa pengkhianatan bukanlah
sebuah akhir
Kodependensi
membuat kita menjadi buta. Untuk mereka yang ada dalam kondisi kodependensi
atau adiktif terhadap relasi akan merasa bahwa pasangan kita adalah segalanya. Kita
rela menghindari rasa ketidak-nyamanan agar relasi kita tidak gagal. “Penelitian
menunjukkan orang-orang yang takut hubungannya gagal akan jauh mudah merasa
cemburu,” papar Leahy.
Pada
akhirnya, kondisi ini akan membuat kita sering merenung dan terobsesi terhadap
hal-hal yang terasa mengancam relasi kita. Kecemburuan dapat membantu kita
untuk lebih memahami tentang pasangan atau pun relasi lebih jauh. Kita juga
bisa mengetahui berbagai kemungkinan yang bisa membahayakan relasi kita.
Kita
memang tak dapat selalu mencegah pasangan melakukan cheating dengan orang lain, namun yang bisa kita lakukan adalah
mengomunikasikan rasa khawatir kita dengan baik. Memastikan bahwa cemburu tidak
benar-benar mengontrol diri kita. Kita mungkin tidak bisa mencegah tapi kita
bisa mencoba untuk mempertahankan.
diolah kembali dari MSN Gaya Hidup
Tidak ada komentar:
Posting Komentar