Dewasa ini bangsa Indonesia lagi menggalakkan program KB. Program ini bertujuan untuk mengurangi laju pertumbuhan jumlah penduduk. Program KB hendak membatasi kepemilikan anak dalam rumah tangga yang hanya sebatas dua anak saja. Karena dorongan seks tak bisa dibatasi, maka dorongan seks, sebagai penyebab kehamilan yang berdampak pada penambahan jumlah penduduk, perlu dihalangi. Untuk menghalangi itu, pemerintah menawarkan metode kontrasepsi. Karena itulah, KB selalu diidentikkan dengan kontrasepsi, bukan pada BERENCANA-nya.
Di antara berbagai pilihan metode kontrasepsi, pil KB mungkin yang paling
popular selain kondom. Dokter sering menyarankannya karena memiliki efektivitas
yang sangat tinggi untuk mencegah kehamilan (hampir 100% untuk jenis pil
kombinasi). Wanita usia subur juga menyukainya karena praktis, tidak perlu ada
yang dikenakan atau dipasangkan. Selain itu pil KB memiliki manfaat lain
seperti mengurangi resiko pertumbuhan kista rahim dan tumor payudara serta
berdampak positif pada kulit dengan mengurangi jerawat dan memperhalus kulit.
Namun, di balik kelebihan-kelebihan tersebut, pil KB tampaknya perlu
diwaspadai. Pil KB dapat meningkatkan resiko thrombosis (pembekuan
darah), terutama yang memakai jenis drospirenon (progesteron
sintesis yang sangat mirip dengan progesteron alami). Thrombosis di pembuluh
darah berbahaya, bahkan berpotensi mematikan, karena dapat bermigrasi ke
paru-paru atau otak, yang menyebabkan embolisme paru dan stroke. Resiko
tertinggi terdapat pada wanita berusia di atas 35 tahun yang merokok. Faktor
resiko lainnya adalah obesitas dan riwayat keluarga thrombosis dan
tromboembolisme.
Keprihatinan mengenai kenaikan resiko thrombosis oleh pil KB berbasis drospirenon ini sebenarnya sudah cukup lama disuarakan, namun tampaknya baru mencapai puncaknya beberapa bulan terakhir ini. Setelah lebih dari 11.000 tuntutan hukum diajukan atas berbagai masalah kesehatan terkait kontrasepsi ini, badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat (FDA), beberapa waktu lalu, memerintahkan agar setiap produk pil KB yang berbasis drospirenon memuat peringatan mengenai resiko tersebut dalam kemasannya.
FDA mengutip beberapa hasil studi epidemiologi yang menunjukkan bahwa
kontrasespsi yang berbasis drospirenon meningkatkan resiko thrombosis sampai
300% dibandingkan pil KB jenis lain. Lebih lanjut, otoritas kesehatan itu
menekankan bahwa resiko thrombosis penggunakan pil KB meningkat pada kehamilan,
tak peduli apakah produknya mengandung drospirenon atau tidak.
Di dunia, produsen utama pil KB berbasis drospirenon adalah Bayer.
Produk-produk Bayer yang berbasis drospirenon dengan merek seperti Yasmin,
Yaz dan Yasmin Elle’ve sangat popular di dunia,
dengan penjualan global tahun 2011 mencapai 1,07 miliar euro (sekitar Rp 10
triliun). Dengan perkembangan terakhir, Bayer AS kini menghadapi rentetan
tuntutan hukum atas masalah-masalah kesehatan yang dikaitkan dengan penggunakan
produk-produk tersebut.
diambil dari tulisan 7 tahun lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar