Ketika
kami membuat tulisan yang membahas ujaran kebencian dalam ceramah keagamaan (08 Juli 2017), kami sudah menegaskan betapa sulitnya menangani kasus ujaran
kebencian dalam ceramah keagamaan islam. Alasannya adalah bahwa ujaran
kebencian itu ada dalam ajaran islam atau dapat dikatakan merupakan akidah islam. Dengan kata
lain, ada akidah islam, yang bila disampaikan dalam ceramah keagamaan, mau
tidak mau pasti akan bernuansa kebencian atau penghinaan.
Ada
beberapa contoh untuk membuktikan hal itu. Pertama,
ketika membahas surah an-Nisa:
157, tentulah penceramah akan mengatakan bahwa Yesus tidak pernah disalibkan di
kayu salib. Yang mati di kayu salib itu adalah orang yang menyerupai Yesus. Bukan
tidak mustahil, dengan gaya ‘guyon’ si penceramah akan berkata, “Orang Kristen sudah
dibodohi Injil.”
Kedua, ketika
mengulas surah al-Maidah: 41, mau
tidak mau penceramah akan mengatakan bahwa Alkitab sudah dipalsukan. Bukan tidak
mungkin penceramah akan mengutip juga surah
al-Baqarah: 75 untuk menguatkan argumennya. Berbagai ekspresi tentu akan
ditampilkan untuk menjelaskan kajian tersebut, termasuk dengan mengatakan, “Orang
Kristen memang sudah bodoh, mau-maunya dibohongi Alkitab.”
Ketiga, seperti
yang diberi contoh Ustadz Abdul Somad, usai memenuhi undangan Majelis Ulama
Indonesia di Jakarta, dengan mengutip surah
al-Maidah: 73. Ditunjang juga dengan ayat 72, akidah ini menegaskan
kekafiran orang Kristen. Tentulah, saat berceramah, penceramah akan mengatakan
bahwa orang Kristen itu kafir. Dan bukan tidak mungkin, pendengar akan
dinasehati untuk tidak bekerja sama, untuk tidak berteman dengan orang kafir
atau memilih pemimpin kafir. Untuk menguatkan ajaran ini pastilah penceramah
akan mengutip ayat-ayat Al-Qur’an, seperti Ali Imran: 28; an-Nisa: 144; al-Maidah:
57; at-Taubah: 16; al-Mumtahanah: 13; dan masih banyak lagi ayat yang mendukung
hal tersebut. (lebih lanjut, silahkan baca di sini).
Ketiga
hal di atas merupakan akidah islam, yang bila dikaji dapat terlihat sebagai
bentuk penghinaan terhadap agama Kristen. Tapi tentulah tak mungkin pula lantas
menghapus ayat-ayat suci, yang diyakini langsung berasal dari Allah. karena
itulah, dapat disimpulkan bahwa memang agama islam mengajarkan soal kebencian
dan penghinaan pada agama lain, khususnya agama Kristen.
Soal
agama islam memang menghina agama lain pernah kami ulas pada 18 Juli 2016. Di sana
kami mencoba memaparkan hasil refleksi Raymond Ibrahim terkait berbagai kasus penistaan
agama yang melanda islam. Refleksi Raymon berangkat dari seruan Organisasi
Kerjasama Islam (OKI) menyikapi penghinaan terhadap agama islam yang sedang
marak. OKI mendorong penegakan hukum “penodaan agama” untuk melindungi semua
agama dari penghinaan.
Raymond
membuka mata para pemuka islam yang berbicara atas nama OKI agar benar-benar
menyadari tuntutan mereka. Terkesan bahwa OKI hanya menuntut orang lain untuk
tidak menghina islam, sementara islam sendiri dapat menghina agama lain. Dari situ
Raymond memaparkan beberapa akidah islam, yang dilihat sangat menghina agama Kristen.
Dengan
demikian terlihat jelas bahwa akidah islam membenarkan menghina agama lain. Persoalannya
adalah banyak orang islam tidak melihat itu sebagai penghinaan bila disampaikan
di kalangan tertutup, disampaikan sudah lampau dan sedang saat kajian islam. Dengan
kata lain, jika itu suatu kajian islam yang disampaikan tertutup dan sudah
terjadi di masa lalu, maka itu bukanlah penghinaan
Karena
itulah, kasus Ustadz Abdul Somad ini menjadi cerminan bagi agama islam. Kenapa kami
katakan ‘ini menjadi cerminan bagi agama islam’? Dasarnya adalah pernyataan
Ustadz Abdul Somad yang dinilai menghina agama Kristen justru malah dibela oleh
MUI dan tokoh islam lainnya. Malah Wakil Ketua MUI SUMUT berani mengatakan, “SEMUA ulama telah sepakat bahwa isi
ceramah itu tidak bermasalah.” Artinya, secara tidak langsung MUI menyetujui
bahwa menghina agama lain masuk dalam akidah islam.
Lantas
bagaimana jika dikaitkan dengan cerminan islam rahmatan lil alamin? Bagaimana cerminan islam itu damai dan indah? Semua
itu hanya OMONG KOSONG belaka. Karena itu, mencermati kasus Ustadz Abdul Somad,
orang lantas berkata: “Untukmu, agamamu;
Untukku, agamaku. Tapi aku bebas menghina agamamu.”
Dabo,
27 Agustus 2019
by:
adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar