Dengan
nyanyian, puisi dan tarian – termasuk hip-hop – anak-anak muda berbagi dengan
Paus Fransiskus dan anggota Sinode Para Uskup tentang kisah hidup mereka,
harapan, mimpi dan terutama pertanyaan. Pertemuan pada sore, 6 Oktober,
dihadiri oleh lebih dari 5.000 anak muda, kebanyakan siswa sekolah menengah dan
mahasiswa Italia, di balai pertemuan Vatikan.
Orang-orang
muda dari beberapa Negara menceritakan kisah pribadi mereka tentang pengalaman
iman. Seorang remaja putera menceritakan tentang masa remajanya dimana ia
terlibat dalam kejahatan, ditahan dan akhirnya dipenjara; sedangkan seorang
yang lain bercerita tentang kesembuhannya dari kecanduan.
Seorang
wanita muda Italia bercerita tentang pekerjaan sukarela yang dilakukannya. Ia tinggal
dan bekerja di sebuah kamp pengungsi Suriah di Lebanon. Seorang wanita muda
lainnya bertutur tentang pilihan hidupnya sebagai seorang novis dalam sebuah
ordo religius.
Lalu
pertanyaan bermunculan: apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah bunuh diri
pada remaja? Bagaimana kita menemukan makna dalam hidup? Bagaimana kita bisa melawan
diskriminasi dan ketidaksetaraan? Bagaimana kita bisa melawan rasa takut pada
orang asing? Apa yang dapat Gereja lakukan untuk membantu kaum muda kristen di Negara
dimana mereka adalah minoritas? Bagaimana orang-orang muda seharusnya
menanggapi teman-teman mereka yang bertanya tentang skandal pelecehan seks dan
beranggapan Gereja adalah “sarang dari orang-orang yang lebih tertarik pada
uang dan kekuasaan daripada kebaikan”?
Ketika tiba giliran untuk berbicara lebih dari 90 menit pada kesempatan itu, Paus Fransiskus mengatakan dia tidak dapat menjawab semua pertanyaan itu dalam sinode ini. Namun dia mengatakan penggunaan kata “konsisten” atau “koherensi” oleh anak muda pada pertemuan ini sangat mencolok.
:Ini kata yang kuat: konsistensi. Konsistensi dalam hidup,” kata Paus Fransiskus. “Ketika Anda melihat Gereja yang tidak konsisten, Gereja yang menawarkan sabda bahagia untuk Anda, tetapi kemudian jatuh ke dalam sikap seperti seorang pangeran dan dalam skandal seperti klerikalisme – saya mengerti Anda. Saya mengerti.”
Seorang pengikuti Kristus, ungkap Paus Fransiskus, harus mempraktekkan Sabda Bahagia dalam Matius 5: 1 – 12 dengan menjadi miskin dalam roh, memiliki hati yang tulus, lemah lembut dan penuh belas kasihan, bekerja untuk keadilan dan perdamaian.
Dan, terutama jika orang Kristen itu adalah seorang imam atau religius, Paus Fransiskus mengatakan “ikutilah sabda bahagia, bukan jalan keduniawian, jalan klerikalisme, yang merupakan salah satu penyimpangan terburuk di Gereja.” Kaum muda juga, papar Paus Fransiskus, “harus kkonsisten dalam perjalanan Anda dan tanyakan pada diri Anda sendiri, apakah saya konsisten dalam hidup saya?”
Sumber: UCAN Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar