Semua
orang tentu sepakat bahwa hidup manusia itu tidaklah selalu berjalan mulus. Dalam
kehidupan pasti ada pertentangan, dimana pertentangan itu bukan hanya berasal
dari luar saja melainkan juga dari dalam. Pertentangan dari dalam itu terjadi
pada diri setiap manusia. Sumbernya ada dalam diri manusia. Mungkin dalam
dunia freudian ini disebut dengan
istilah pertarungan antara id dan superego.
Di dalam
dunia religius (agama), hal ini dikenal dengan sebutan pertarungan antara
kebaikan dan kejahatan; antara kebenaran dan ketidak-benaran; antara setan dan
malaikat. Pertarungan ini tidak hanya terjadi di luar diri manusia, tetapi juga
di dalam hidup manusia itu sendiri.
Inilah
yang dimaksudkan dengan kontradiksi dalam
hidup. Dalam hidup setiap manusia selalu terjadi kontradiksi antara
keinginan dan realitas; antara harapan dan fakta. Misalnya, seorang pelajar
tentulah berkeinginan menjadi siswa teladan dan berprestasi dalam pendidikan. Akan
tetapi, dalam kenyataannya keinginan itu tidak diwujud-nyatakan dengan tindakan.
Atau dengan kata lain, tindakannya bertentangan dengan keinginannya. Contohnya,
malas belajar, sibuk bermain, bergaul dengan orang-orang yang tak benar, dll.
Contoh
lain lagi. Seorang bapak berharap supaya anaknya bisa sekolah sampai tingkat
yang tinggi. Namun, dalam kehidupan hariannya ia sibuk berjudi, mabuk-mabukan, hidup
boros, dan ditunjang dengan tidak adanya perhatian terhadap pendidikan anaknya.
Hal ini bisa dikatakan bahwa tindakan-tindakannya dalam hidup bertentangan
dengan harapan dan keinginannya.
Contoh
paling gamblang dapat ditemui dalam diri perokok. Dapat dipastikan bahwa setiap
orang menginginkan kesehatan yang baik dalam hidup. Atau dengan lain perkataan,
setiap orang tak ingin dirinya sakit. Akan tetapi, sekalipun tahu bahwa rokok
itu berbahaya bagi kesehatan (tertulis dalam bungkus kemasan rokok), tetap saja
orang merokok.
Masih
begitu banyak contoh lain yang dapat disebutkan. Sekedar menyebut satu saja
adalah, banyak orang ingin kaya tapi malas bekerja, hidup boros, suka berjudi,
dll. Kehidupannya tidak sesuai dengan keinginannya.
Fenomena
kontradiksi dalam hidup ini pernah disinggung Tuhan Yesus dalam satu
perumpamaan dua orang anak (Matius 21: 28 -31). Dikisahkan ada seorang bapak mempunyai dua
putra. Dia datang kepada anaknya yang pertama dan memintanya untuk bekerja di
kebun. Anak itu mengiyakan, namun kenyataannya dia tidak pergi. Lalu bapak itu
meminta anaknya yang kedua, dan anak itu menolak, namun kenyataannya dia pergi
juga. Dari dua anak ini, anak kedua mendapat pujian, karena dia melakukan
kehendak bapaknya.
Baik
anak pertama maupun anak kedua terdapat kontradiksi dalam hidup. Akan tetapi,
pujian dialamatkan kepada anak kedua. Sesuatu yang positip terjadi, sekalipun
awalnya negatip (menolak permintaan bapaknya). Berbeda dengan anak pertama. Dari
hidupnya lahir sesuatu yang negatip, meski awalnya positip. Di sini terlihat
bahwa akhir menentukan. Ende gut alles
gut, demikian pepatah Jerman, sekedar menggambarkan situasi ini.
Dari
contoh perumpamaan Tuhan Yesus di atas, sebenarnya masih bisa ditampilkan
contoh anak yang paling baik. Anak yang paling baik adalah anak yang mengiyakan
permintaan bapaknya dan langsung pergi melaksanakannya. Artinya, positip –
positip. Akan tetapi, hal ini bukan termasuk kontradiksi dalam hidup. Tidak ternjadi
kontradiksi di dalamnya. Dan memang hal ini merupakan suatu hal yang ideal
dalam kehidupan manusia. Namun, sesuatu yang ideal itu jarang sekali terjadi.
Yang
selalu terjadi dalam hidup adalah kontradiksi kehidupan. Dan jika melihat contoh
perumpamaan Tuhan Yesus di atas, dapat disimpulkan bahwa kontradiksi dalam
hidup dengan akhir positip merupakan pilihan yang terbaik. Sekalipun tidak
punya keinginan untuk sukses, namun dalam hidup senantiasa berusaha untuk
rajin, fokus dan berjuang, maka sukses itu dengan sendirinya akan menghampiri.
Jika
mau menghindari kontradiksi dalam hidup, maka kita harus berusaha hidup selaras
antara keinginan dengan sikap perbuatan; antara harapan dan kenyataan. Ini sejalan
dengan nasehat Tuhan Yesus bahwa anggur baru harus disimpan dalam kirbat atau kantong anggur yang baru (Matius 9: 17). Cita-cita bagus harus ditunjang
dengan tindakan dan sikap yang bagus, dan keinginan yang baik mesti didukung
dengan perbuatan dan tingkah laku yang baik. Jika tidak, semuanya menjadi
percuma.
Koba,
23 Januari 2017
by: adrian
Baca juga tulisan
lain:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar