SANTO ANSELMUS, USKUP & PUJANGGA GEREJA
Anselmus
lahir di Aosta, Piedmont, kira-kira pada tahun 1033. Ayahnya Gondolvo, seorang
politikus dan bangsawan Lombardia, sedang ibunya Ermenberga, seorang wanita
Burgundia yang kaya raya. Dari orang tuanya yang saleh itu, Anselmus mewarisi
perangai yang lembut dan rendah hati. Anselmus bertumbuh besar menjadi seorang
pemuda yang berbudi luhur dan suka beribadah. Oleh ayahnya Gundolvo, Anselmus
yang brilian itu disiapkan untuk berkarya di bidang politik. Tetapi hal ini
tidak sesuai dengan gerak nurani Anselmus.
Ketika
berusia 27 tahun (1060), Anselmus masuk biara Benediktin di Bec, dekat Rouen,
Perancis. Di sana ia belajar di bawah bimbingan Lanfranc, seorang teolog
kawakan di Eropa. Segera terlihat oleh Lanfranc bahwa Anselmus adalah seorang
pemuda yang luar biasa pandai serta saleh. Ketika Lanfranc menjadi pemimpin
biara di Caen pada tahun 1066, Anselmus diangkat menjadi pemimpin biara di Bec.
Dalam kepemimpinannya itu, Anselmus menata biara itu menjadi suatu pusat ilmu
pengetahuan dan kerohanian. Prestasinya melampaui prestasi Lanfranc, gurunya.
Ketika itu, ia mulai giat menulis dua buah bukunya: Monologion dan Proslogion.
Pada tahun 1093, dalam perjalanannya mengunjungi wilayah-wilayah perlayanan di
wilayah Bec; Anselmus dipilih menjadi Uskup Agung Canterbury oleh raja William
II. Anselmus menyambut baik hal ini karena ia melihatnya sebagai kesempatan
emas untuk membaharui Gereja di Inggris. Namun ia menolak untuk ditabhiskan
sebelum raja William menyatakan kesediaannya mendukung Paus Urbanus II
(1088-1099), untuk melawan Paus tandingan Klemens III dan mengembalikan
tanah-tanah yang dicaplok di Canterbury.
Tiga
bulan kemudian Anselmus ditabhiskan, tetapi segera disusul dengan perselisihan
antara dia dengan raja. William yang bermaksud menyerang Normadia, menuntut
sejumlah besar uang dari Canterbury. Anselmus dengan tegas menolak tuntutan
itu. Sebaliknya, William melarang Anselmus pergi Roma untuk menerima pakaian
kebesarannya sebagai lambang martabatnya sebagai Uskup Agung dan juga
mengajukan berbagai tuduhan kepada Paus Urbanus II untuk melumpuhkan Anselmus.
Situasi ini dapat diatasi pada tahun 1095 ketika Anselmus berhasil mempengaruhi
para bangsawan Inggris dalam sinode Rockingham untuk menentang campurtangan
Raja William dalam urusan-urusan Gereja. Kemudian pakaian kebesarannya itu
dikirim ke Inggris dan Anselmus menobatkan dirinya untuk menghindarkan segala
hal yang bukan-bukan dari Raja William perihal martabatnya sebagai Uskup Agung Canterbury.
Bagaimanapun
juga, Anselmus masih agak takut untuk pergi ke Roma guna berkonsultasi dengan
Paus tentang campur tangan William dalam urusan-urusan intern Gereja. Pada
tahun 1097 William mengusir Anselmus, tetapi Anselmus tidak segera berangkat ketika
William mencaplok kembali tanah-tanah di Canterbury. Ketika di pengasingan,
Anselmus mengadakan Konsili Bari pada tahun 1098, di mana ia secara luar biasa
mempertahankan istilah Fillioque
("dan dari Putra") yang ditolak oleh Gereja Timur. Di tempat pengasingan
ini, Anselmus berhasil menulis bukunya yang berjudul "Cur Deus Homo?" (Mengapa Tuhan menjadi manusia?).
Pada
tahun 1100 William dibunuh. Penggantinya William I, mengajak Anselmus untuk
kembali ke Canterbury. Dengan senang hati Anselmus kembali ke tahkta
keuskupannya. Namun segera timbul lagi persoalan yang sama dalam hubungannya
dengan Henry I. Masalah yang terbesar adalah tuntutan Henry atas penobatan
uskup-uskup dan pemimpin biara dengan lencana yang khas sesuai dengan kekhasan
spiritualitasnya. Karena perselisihan ini, Anselmus kembali lagi ke Roma untuk
berkonsultasi dengan Paus. Paus Paskalis II (1099-1118) yang menggantikan Paus
Urbanus II, menegaskan sekali lagi kebijaksanaan yang telah ada. Raja Henry
marah dan segera mengasingkan Anselmus dan menyita semua tanah di Canterbury.
Sebagai balasannya, Anselmus menjatuhkan hukuman ekskomunikasi atas Henry.
Namun dalam waktu singkat tindakan ekskomunikasi dipulihkan kembali. Pada tahun
1107 ketika diadakan di Westminster, timbul lagi masalah. Raja melepaskan
tuntutannya untuk menobatkan uskup-uskup dan pemimpin-pemimpin biara tetapi
tetap mempertahankan haknya untuk menerima penghormatan mereka sebagai warga
negara.
Anselmus
menggunakan dua tahun terakhir masa hidupnya untuk mendorong sinode-sinode
regular, menghapuskan perdagangan budak belian dan meningkatkan penghayatan
hidup selibat. Anselmus meninggal pada tahun 1109. Ia digelar sebagai "Pujangga
Gereja" pada tahun 1720.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar