MISTERI IMAN DAN SIKAP RENDAH HATI
“Putra-putraku
terkasih, mengungsilah di dalam Hatiku yang Tak Bernoda. Datangnya Kerajaan
Kristus yang mulia akan didahului penderitaan berat yang akan digunakan untuk
memurnikan Gereja dan dunia, dan untuk menuntun mereka ke pembaruan
sempurnanya.
Aneka tanda
menunjukkan kepadamu bahwa saat pemurnian bagi Gereja telah tiba: tanda yang
pertama di antaranya adalah kekacauan yang akan merajalela. Sungguh, saat ini
adalah saat kekacauan besar. Kekacauan merajalela dalam Gereja; di sana segala
sesuatu dalam bidang dogma, liturgi dan ajaran sedang dirongrong. Di dalamnya
termasuk kebenaran-kebenaran yang diwahyukan oleh Puteraku dan
kebenaran-kebenaran yang ditetapkan oleh Gereja satu kali untuk selama-lamanya,
lewat wewenang ilahinya yang tidak dapat salah.
Kebenaran-kebenaran
ini tidak dapat diubah, sebagaimana kebenaran tentang Allah sendiri tidak dapat
diubah. Banyak dari kebenaran ini merupakan bagian dari misteri dalam arti kata
yang sebenarnya, sebab kebenaran-kebenaran itu tidak pernah dapat dipahami oleh
nalar manusia. Manusia harus menerimanya
dengan rendah hati, dengan sikap iman yang tulus dan dengan kepercayaan teguh
kepada Allah yang telah mewahyukan dan menyampaikan-Nya kepada manusia di
segala zaman, lewat Magisterium Gereja.
Tetapi sekarang merajalela
kecenderungan yang sangat berbahaya yang ingin menggali dan memahami segala
sesuatu – termasuk misteri-misteri – sampai pada titik bahwa yang sungguh benar
hanyalah yang dapat dimengerti oleh nalar manusia. Bahkan muncul keinginan
untuk menyingkap misteri Allah sendiri.
Setiap kebenaran
yang tidak dipahami oleh nalar ditolak. Di sini ada kecenderungan untuk secara
baru dan secara rasionalistis memaparkan semua kebenaran yang diwahyukan sambil
mengkhayal untuk membuat kebenaran-kebenaran itu dapat diterima oleh semua
orang.”
28 Januari 1979
diedit dari: Marian Centre Indonesia,
Kepada Para Imam: Putra-putra Terkasih
Bunda Maria. (hlm 374 – 375)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar