ABRAHAM, BAPA KAUM BERIMAN
Abraham, leluhur bangsa Yahudi, diakui dalam iman kristiani
sebagai Bapa Bangsa, Bapa para beriman dan tokoh teladan iman kepercayaan
kepada Allah. Di kalangan bangsa Arab, beliau dikenal sebagai “Sahabat Allah”. Gelaran
itu terdapat di dalam Kitab II Paralipomenon 20: 7.
Abraham adalah putera Terah dan lahir di Us Kasdim. Menurut Kitab
Kejadian 25: 7, ia meninggal dunia pada umur 175 tahun dan dimakamkan oleh
anaknya Ishak dan Ismael. Mulanya ia bernama ‘Abram’ yang berarti “Bapa yang
Agung”, diubah Tuhan menjadi ‘Abraham’ yang berarti “Bapa banyak orang” atau “Bapa
sejumlah besar bangsa” (Kej 17: 4, 5). Dalam surat Roma bab 4, Paulus
menunjukkan bahwa Abraham adalah bapa semua orang beriman, “bukan hanya mereka
yang bersunat, tetapi juga yang mengikuti jejak iman Abraham.” (Rom 4: 12).
Sekitar tahun 1850 seb Masehi, Abraham dipanggil Tuhan untuk
meninggalkan negerinya sendiri dan pergi ke suatu negeri baru yang akan
ditunjukkan Tuhan kepadanya. Tuhan berjanji kepadanya bahwa ia akan menjadi
bapa bagi suatu bangsa yang besar dan dalam namanya banyak bangsa akan
diberkati. Sara, isteri Abraham, mandul dan tidak mungkin mempunyai anak lagi. Kanaan,
tanah terjanji itu, telah dihuni oleh banyak suku bangsa yang menyembah
dewa-dewi kafir. Meskipun demikian, Abraham melakukan apa yang Tuhan katakan kepadanya
dengan penuh iman sehingga Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai
kebenaran. Karena imannya itu, Tuhan membuatnya kudus dan layak bagi-Nya.
Janji Tuhan mulai dipenuhi dalam kelahiran Ishak pada masa tua Sara. Tetapi Tuhan sekali lagi mau mencobai Abraham dengan meminta Abraham mempersembahkan Ishak, puteranya yang tunggal. Demi imannya, Abraham melakukan apa yang diminta Tuhan dari padanya. Ia membawa Ishak untuk dikorbankan di gunung Moria, tetapi Tuhan akhirnya membatalkan hal itu. Cerita ini mau menunjukkan secara tegas bahwa Tuhan tidak menghendaki lagi korban manusia, sebagaimana dipraktekkan oleh suku-suku bangsa di sekitar. Iman Abraham yang kokoh itu dipuji di dalam Kitab Sirakh 44: 19 – 21; Rom 4; Gal 3: 7 dan Ibr 11: 8 – 12.
Kedermawanan dan keramah-tamahan Abraham ditunjukkan secara
jelas di dalam hubungan pribadinya dengan keponakannya, Lot. Ketika ternak
gembalaan mereka semakin banyak sehingga tidak memungkinkan mereka hidup
bersama di suatu daerah, maka Abraham membiarkan Lot memilih tanah yang
disukainya (Kej 13: 5 – 9). Kejadian 18: 1 – 15 menguraikan keramah-tamahan Abraham
kepada 3 orang asing yang dating ke perkemahannya. Pertemuan dengan Melkisedekh
yang diceritakan di dalam Kitab Kejadian 14: 18 – 20 menunjukkan hubungan
pertama bangsa Hibrani dengan Yerusalem, yang kemudian menjadi Kota Suci. Dalam
Kejadian 23 Abraham memperoleh tuntutannya atas tanah Palestina dengan membeli
tanah pekuburan di Machphela. Pembelian tanah itu sesungguhnya menjadi bukti
yang paling kuat dari realitas sejarah Abraham, yang kemudian dipersoalkan
beberapa ahli.
sumber: Iman Katolik
Baca juga riwayat orang kudus 9 Oktober:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar